Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas (Yohanes 19:11a)
Kita dapat melihat suatu ironi dalam pertemuan Pilatus dengan Yesus. Pilatus merasa bahwa dirinya berkuasa untuk menyelamatkan atau menyalibkan Yesus, sumber segala kuasa itu. Yesus menyatakan bahwa segala kuasa yang manusia miliki adalah kuasa yang telah diberikan oleh Allah sendiri. Manusia pada dirinya sendiri tidak memiliki kuasa apapun. Ketika banyak orang mencari kuasa, seharusnya orang Kristen mencari Allah, sumber segala kuasa. Pada mulanya, Allah memang memberikan manusia kuasa untuk menaklukkan bumi dan menguasai seluruh hewan (Kejadian 1:28). Manusia harus menggunakan kuasa yang telah diberikan itu dengan bertanggung jawab. Namun setelah kejatuhan di dalam dosa, manusia menyalahgunakan kuasa yang diberikan oleh Allah. Kuasa yang seharusnya dipakai untuk menjalankan perintah Allah pada kenyataannya dipakai untuk memberontak terhadap Allah. Alih-alih menghormati Allah sebagai sumber segala kuasa, manusia berdosa malah melawan Allah.
Setelah kita percaya dan ditebus oleh Tuhan Yesus Kristus, kita diberikan kuasa sebagai anak-anak Allah (Yohanes 1:12). Ini bukan datang dari kelayakan kita tetapi anugerah Allah. Di dalam kesadaran bahwa kuasa yang kita miliki ini bersumber dari Allah, seharusnya kita memakai kuasa itu dengan rasa tanggung jawab kepada Allah. Kuasa itu harus kita pakai untuk menciptakan perubahan yang positif di dunia ini. Peran kita adalah memengaruhi dunia dan bukan dipengaruhi oleh dunia.
Pertanyaan renungan: apakah kita mencari kuasa atau Allah sebagai sumber segala kuasa? Pernahkah kita haus akan kekuasaan? Apakah kita sudah menggunakan kuasa yang diberikan Allah dengan bertanggung jawab atau justru kita sering menyalahgunakannya?