Bekerja dengan Keras dan Hidup Berbagi dengan Orang Lain Pdt. Tumpal Hutahaean

Efesus 4: 25 – 5:4

Bagaimana kita tahu bahwa kita sudah hidup dalam kebenaran dan kekudusan ? Orang yang benar dan kudus selalu memiliki amarah yang suci. Dan kita harus memiliki kemurahan kasih dimana ada kesabaran di dalamnya – makrotemia. Itu menjelaskan orang yang sabar itu adalah orang yang bisa menahan sesuatu yang besar yang mungkin menjengkelkan, merugikan, dan yang bisa membuat dia marah. Di sini kita melihat orang sabar ada waktunya. Kita bisa marah untuk kebenaran dan membangun.

Terkadang kita dikagetkan dgn sikap atau tingkah laku orang Kristen yg hidupnya sangat duniawi.  Mengapa hal ini dapat terjadi? Apakah mereka ini adalah orang yang hanya mengaku Kristen tetapi tanpa Kristus? .. Atau Mereka sudah pernah lahir baru tetapi belum sungguh-sungguh hidup di dalam Kristus? Kita mendapat laporan pada tahun baru puluhan orang mati karena kecelakaan. Tidak sedikit orang mabuk, termasuk juga orang kristen apalagi di daerah yang mayoritas kristen seperti di Papua dan Manado. Mereka adalah orang-orang yang mungkin kita pikir orang kristen, tapi tingkah laku mereka kacau, rusak, dan tidak melihat itu sebagai suatu yang harus diperbaiki. Orang-orang demikian pasti akan terlihat dalam pengujian ruang dan waktu dimana justru akan semakin memperlihatkan bagaimana sebenarnya hati mereka kepada Kristus. Mereka mungkin sudah pernah percaya tapi tidak sungguh-sungguh membangun imannya di dalam Kristus, sehingga bukan Kristus yang bercahaya dalam hidup mereka tapi masih manusia lama yang berdosa menguasai hidup mereka.

Paulus mendorong kita sekalian untuk tidak mencuri tapi bekerja keras. Dalam pengertian kata mencuri bahasa ibrani dan yunani, istilah mencuri ini bukan hanya menunjukan pengambilan benda secara fisik yang bukan milik kita. Pengertian mencuri di sini termasuk juga tindakan memanipulasi data untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Atau memperoleh keuntungan begitu besar dan tidak dalam ukuran sewajarnya misalnya sampai 100%. Dalam pengertian yang luas, Paulus mengajarkan kepada jemaat di Efesus, baik orang kecil, orang besar, orang mapan: jangan mencuri!

Ada beberapa kebudayaan di Indonesia seperti melegalkan pencurian. Orang Papua beranggapan jikalau sudah matahari terbenam ada benda-benda diluar rumah itu artinya boleh dinikmati semua orang. Jadi kalau kita punya buah yang sudah matang dan belum diambil, berarti berhak orang yang tahu itu mengambilnya. Mereka tidak menganggap dosa, sehingga ketika mereka ambil pun mereka tidak ada rasa bersalah dan tidak ada hukum yang bisa menghukum, karena itu sudah lumrah. Jadi dalam budaya Papua, tidak diajar tata krama, kesopanan, atau pun hal-hal mengenai tidak boleh merugikan orang lain. Di Sumatera Selatan, ada dua lokasi yang kalau musim paceklik, gagal panen, justru memperbolehkan untuk mengambil atau mencuri untuk kebutuhan kampung mereka. Mencuri untuk kepentingan kampung mereka itu adalah hal baik menurut mereka. Teroris yang di Ciputat yang baru dibunuh, ternyata ditemukan banyak memiliki buku dari Baasyir yang mengatakan kita boleh merampok orang kafir demi menegakkan syariat islam.

Di sini kita lihat Paulus mencerdaskan jemaat Efesus, dia mendorong agar jemaat di sana membuktikan hidup kudus dan di hadapan Tuhan dan sesama. Dan Paulus menekankan tema bekerjalah dan hidup untuk menjadi berkat bagi orang lain. Mental mencuri adalah mental yang merugikan masyarakat atau negara secara umum. Jikalau seseorang sudah sungguh-sungguh menjadi anak Tuhan maka ia harus berubah dalam tiga hal :

  1. Mindset tentang Hidup. Kita harus percaya kalau kita sungguh-sungguh anak Tuhan, mindset  kita hidup adalah bekerja. Bukan hidup untuk menikmati hidup, memboroskan hidup, tapi hidup untuk bekerja. Karena Alkitab mengatakan kita adalah makhluk yang bekerja. Adam dan Hawa ditempatkan di Taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara ciptaan. Alkitab tidak mencatat malaikat di surga tiap hari diatur untuk masak, mengatur kebersihan untuk Adam dan Hawa. Mereka harus berjuang untuk mendapat makanan. Ini menegaskan bahwa orang hidup harus bekerja. Kenapa kita bekerja, karena kita diberikan akal budi, kreatifitas and mandat untuk mengelola bumi.
  2. Mindset tentang Harta. Setiap orang perlu uang, tapi uang bukanlah sumber kebahagiaan. Harta adalah alat untuk menjadi berkat untuk orang lain, jadi bukan harta sebagai alat untuk kepuasan emosi, bukan sebagai alat untuk menunjukan martabat atau kehebatan kita. Kita harus melihat harta sebagai alat untuk menjadi berkat bagi orang lain. Di sini Paulus mengajarkan, jikalau kamu sudah tidak mencuri tapi bekerja dengan keras, jangan lupa juga menjadi berkat bagi orang lain yang memerlukan. Kita bukan diperbudak oleh uang, kekuasaan atau kenikmatan tapi kita adalah budak Tuhan dalam kebenaran. Sumber kebahagiaan adalah hati yang tidak diikat oleh harta. Kita tidak memboroskan uang untuk kepentingkan diri, tapi kita berani memboroskan uang untuk pekerjaan Tuhan. Kita tidak dijajah harta, tapi mengelola harta.
  3. Mindset tentang Hati. Hati yang bersyukur adalah hati yang membedakan kita dengan orang-orang diluar kekristenan. Kita diminta untuk bersyukur dalam segala hal. Ini yang membuat kita tidak pernah iri dengan orang yang sukses secara harta. Jangan berpikir hati kita bersyukur kalau kita ada di dalam istana yang indah. Tuhan menarik Musa keluar dari istana Firaun supaya dia punya hati yang dekat dengan Tuhan, bukan hati yang dekat dengan kenikmatan. Diajar keluar oleh Tuhan dengan hidup sebagai penggembala, setelah lewat pengujian ini baru dia jadi pemimpin yang berhasil. Kenapa? karena Tuhan menggarap hatinya dulu.

Setelah 3 mindset itu diubah, Paulus mengajarkan bahwa prinsip hidup adalah perjuangan. Melalui Kejadian 1:28 dan 2:15, 19 dikatakan kita memang harus bekerja. Bekerja sebagai nilai tanggung jawab mengelola bumi dengan segala isinya. Alkitab mencatat ada 4 hal, mengapa kita diminta untuk menjadi pekerja yang keras :

  1. Belajar dari semut

Dikatakan dalam Amsal 6:6, “Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak.” Dan dalam Amsal 30:25, “Semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas,” Semut itu adalah binatang yang rapi dalam bekerja. Semut bisa mencium seusatu yang manis dalam jarak 5-10 meter. Sesudah itu mempunyai jaringan informasi yang begitu kuat sehingga dalam waktu singkat banyak semut berkumpul di tempat yang manis. Ini membuktikan bahwa binatang kecil ini bisa menghasilkan kerja yang baik, punya nilai koordinasi dan kerjasama. Hidup belajar dari semut, rajin dan tekun. Walaupun dia kecil, tapi bekerja siang dan malam. Kita harus studi baik-baik, kuliah baik-baik, ada kesempatan cari peluang kerja, berespon dengan cepat, sehingga kita jadi pekerja yang handal dan bisa diandalkan dalam kinerja produktif kita seperti semut. Jadi kita diajar untuk jadi pekerja keras dan tidak boros.

  • Bekerja dengan cepat dan tepat

Hal ini juga dijelaskan Amsal 10:4, Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya.” Dan Amsal 12:24, Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa.” Kita harus rajin, orang rajin adalah orang yang tidak akan kekurangan dan akan diberkati oleh Tuhan. Kita jangan terjebak oleh libur, libur, libur. Nanti membangkitkan semangat kita itu perlu dari nol. Kerajinan dibangun di atas dasar kekuatan firman dan diekspresikan dalam nilai kerja. Setiap orang bekerja harus rajin dan produktif. Orang yang rajin akan diberkati Tuhan contohnya Yusuf.

  • Hidup Untuk Mandiri

2 Tesalonika 3:12, mengatakan: “Orang-orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri.”

Hidup orang kristen tidak boleh jadi benalu, tidak boleh jadi kanker bagi orang lain. Di amerika dan Eropa banyak perusahaan yang membuka peluang kerja bagi lansia. Kerja mereka adalah pekerjaan yang tidak perlu menggunakan otak yang besar, tapi kerja yang bersifat motorik. Kita harus lihat, orang yang sudah berumur pun tidak mau disebut tidak produktif, mereka akan tetap cari kerja bukan lihat uang tapi cari kerja untuk isi waktu dan mandiri. Kita harus berdoa dan buktikan hidup kita mandiri. Kenapa engkau belajar? Untuk membuktikan nanti didepan kita bisa diandalkan sebagai pekerja yang baik dan mandiri.

  • Bekerja Untuk Tuhan

Roma 11:36, “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” Segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia dan untuk Dia. Pada waktu kita bekerja jangan pikir untuk diri. Pada waktu kita bekerja jangan untuk keluarga atau menunjukan diri kita  berhasil. Ingat, bekerja adalah tanggung jawab untuk Tuhan. Paulus ingin mengajarkan kepada kita agar menjadi pekerja-pekerja Tuhan yang andal yang mengutamakan kejujuran dan produktifitas.

Dipenuhi Roh Kudus Pdt. Tumpal H. Hutahaean, M. Th

Efesus 5:18-21; Kis. 2:4

Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus (Kis 2:4), ini bukan berbicara tentang bukan bahasa roh. Different of tongue. Di situ dikatakan bahasa-bahasa lain, bukan glosolalia tapi eksolalia. Apa eksolaliaEks artinya sesuatu yang keluar dari kualitas pembicaraan. Jadi saya berbahasa Indonesia, ternyata orang Biak dengarnya dengan bahasa Biak, orang Merauke dengarnya dengan bahasa Merauke. Jadi disini ketika Petrus berkhotbah, di dalam kuasa kepenuhan Roh Kudus ternyata terjadi eksolalia. Berkhotbah dengan kepenuhan Roh Kudus dengan satu tujuan, bagaimana orang-orang Mesopotamia, Asia Kecil akhirnya semua bisa bertobat. Pada bagian ini kita lanjutkan mengenai apa yang dikatakan Paulus yaitu “Janganlah kamu mabuk oleh anggur karena anggur menimbulkan hawa nafsu tapi hendaklah kamu penuh dengan roh.” Ini menjadi pertanyaan kita, mengapa Paulus mengambil bagian ini? Banyak penafsir yang mengatakan orang-orang Efesus kalau sudah menjelang senja mereka suka mabuk-mabukan. Mereka sudah terbiasa hidup dalam penyembahan dewa-dewi (seperti Medusa, Diana, Arthemis). Jadi pesta anggur lalu diikuti dengan perzinahan itu biasa. Paulus tahu, orang yang mabuk itu akan kehilangan penguasaan diri dan tidak bisa berpikir jernih karena saraf otaknya dipengaruhi gas dari alcohol. Setan bisa menggunakan minum-minuman untuk merusak orang. Di Indonesia apalagi di kantong-kantong Kristen, juga dirusak oleh minuman.

Di Papua, minuman mereka bukan hanya anggur obat dan bukan hanya sekedar tuak. Mereka sudah minum buatan Australia (luar negeri). Bisnis minuman di sana paling laku dan dilegalkan.   Mereka pegang botol-botol minuman dari luar negeri, bagi mereka  itulah kebanggaan. Supir yang membawa saya selama perjalanan KPIN di Papua bercerita kepada kami bahwa nanti di jalan kalau ada gerombolan pemabuk langsung ditabrak saja. Menurutnya kalau kita tidak menabrak mereka, kita yang akan dirampok bahkan dibunuh. Teman-teman dari supir itu sudah sering menabrak para pemabuk itu, tapi tidak dikejar polisi karena polisi sudah tahu kalau para pemabuk itu memang bisa merampok dan membahayakan. Supir juga mengingatkan kalau nanti lewat sini jam 5 pagi, kita harus jalan pelan-pelan karena bisa ada tangan para pemabuk. Badannya di pasir, tangannya di jalan. Mereka tidak sadar karena mabuk. Gambaran ini seperti di Efesus.

Paulus mengingatkan kita untuk tidak boleh dimabukkan oleh anggur, tapi harus dipenuhi Roh Kudus. Ternyata dalam bagian ini kita belajar bahwa orang yang dipenuhi Roh Kudus itu mempunyai empat hal. Ini berbeda dengan apa yang dikatakan gereja-gereja sekarang bahwa dipenuhi Roh Kudus artinya berbahasa roh.

Apa tanda orang yang dipenuhi Roh Kudus ?

(1) Kualitas Persekutuan atau berelasi dengan Tuhan dengan kata-kata mengandung : mazmur , kidung puji-pujian (hyme), dan nyanyian rohani (ay. 19.a). Ini artinya orang yang dipenuhi Roh Kudus senang beribadah di kepada Tuhan secara ikatan tubuh Kristus. Orang yang tidak mempunyai kerinduan untuk berbakti di hari minggu atau tidak mempunyai kerinduan untuk berbakti secara umum, adalah orang-orang yang justru tidak dipenuhi Roh Kudus. Dalam konteks ini, kalau kita melihat jemaat Efesus, masuk pintu pertama langsung melihat penyembahan pelacur bakti. Di tengah jalan ada penyembahan Medusa. Lalu ada Artemis, juga ada Diana. Jadi kalau ada orang yang mau beribadah di gereja St. Mary, lebih aman dari pintu belakang. Ketika mereka mau beribadah, baru lewat depan pun sudah peperangan iman. Tempat tinggal mereka (jemaat Efesus)

biasanya di bukit-bukit, tapi setiap hari minggu mereka tetap beribadah. Ini mengajarkan kepada kita bahwa jika dipenuhi Roh Kudus, kita tidak akan hitung-hitungan capek. Rumah Maria, ibu Yesus sendiri terletak di atas bukit batu, dengan menempuh perjalanan sekitar 45 menit menggunakan mobil. Sedangkan dulu mereka masih jalan kaki beribadah. Paulus mengingatkan kepada kita, ketika kita mau bertemu dengan Tuhan kita akan menyiapkan Mazmur dan kata-kata yang indah untuk menyatakan kebesaran Tuhan. Pusat ibadah adalah Kristus itu sendiri. Kerinduan mereka untuk bertemu dengan anggota tubuh Kristus untuk memuji dan memuliakan nama Kristus. Tuhan menggarap nilai kerinduan kita. Orang mabuk tidak tahu kapan dia bangun, baru setelah semua kadar alkoholnya hilang dia bisa bangun. Sebaliknya, kalau kita dipenuhi oleh Roh Kudus kita semua punya penguasaan diri. Di sini kita belajar, orang yang dipenuhi Roh Kudus pasti beribadah. Ibrani 9 mengingatkan kita bahwa keberanian kita adalah untuk betemu dengan Tuhan didasari iman, kita tidak boleh menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah. Ibadah berkaitan dengan Roh Kudus, yang jadi pertanyaan mungkin tidak orang beribadah, memuji Tuhan tanpa dipenuhi Roh Kudus? Jawabannya mungkin. Dalam Hosea 4, 5 dan 6 dicatat, banyak orang binasa karena tidak mengenal Tuhan dan tidak beribadah dengan benar. Ini berarti menunjukan bahwa tidak semua orang yang bermazmur, menaikan hymne maupun nyanyian rohani didasari oleh pimpinan Roh Kudus. Dasarnya bisa karena senang bernyanyi. Ada kesaksian dari seseorang di Manado, ketika datang seorang pendeta besar dan pemuda ini melayani sebagai gitaris dalam ibadah tersebut. Namun pendeta ini bilang mereka tidak diurapi sehingga puji-pujian yang dinaikkan tidak mengangkat suasana. Padahal mereka sudah persiapan 3 bulan, akhirnya dia frustasi. Ditengah sedang frustasi dia minum-minuman keras (cap tikus), dan hari kedua KKR itu dia bermain gitar sambil minum cap tikus. Setelah main, pendeta puji-puji dan bilang mereka melayani dengan dipenuhi Roh Kudus. Orang yang nyanyi karena senang, ingin menunjukan dirinya hebat dan wujud aktualisasi diri. Tapi kalau kita dipenuhi Roh Kudus, kita nyanyi untuk menyenangkan diri dan menunjukan aktualisasi Tuhan. Bernyanyi dalam kepenuhan Roh Kudus bisa membuat orang bertobat. Bernyanyi karena kita senang dan menunjukan kita hebat, orang hanya bisa kagum.

(2) Kualitas Dalam Persekutuan Pribadi dengan Tuhan (ay. 19b). LAI mengatakan bagaimana orang bernyanyi dan bersorak dengan segenap hati. Ternyata terjemahan yang lebih tepat adalah bernyanyi dan lebih bersorak dengan melodi hati. Paulus ingin membedakan bahwa orang yang mabuk dipengaruhi musik yang gaduh, sedangkan kita tidak perlu dipengaruhi musik karena di dalam hati kita ada iman dan nyanyian yang diberikan Tuhan. Kata dipenuhi Roh Kudus ini adalah perintah, tapi sifatnya pasif . Artinya kita bisa dipenuhi Roh Kudus jikalau kita terbuka dan Roh Kudus yang aktif bekerja. Semuanya tergantung kedaulatan Roh Kudus, bukan kita yang mengatur. Sekarang nyanyian ibadah dipimpin MC, MC berhenti bernyanyi semua berhenti, berbahasa roh juga berhenti, akhirnya Roh Kudus yang mengatur MC. Orang Kristen bukan saja merindukan ibadah secara umum, jikalau saja mereka dipenuhi Roh Kudus, dia akan senantiasa menikmati persekutuan dengan Tuhan di dalam hati. Orang Kristen sejati kalau dia dipenuhi Roh Kudus, dia tidak akan kalah dengan masalah. Masalah akan dikalahkan karena kita punya kekuatan, kita punya penghiburan sejati dari Roh Kudus. Penghibur sejati itu akan memberikan nyanyian baru bagi kita untuk kita memuji dan memuliakan nama Tuhan. Kita harus senantiasa bisa menikmati Tuhan. Sebelum tidur kita sharing dan kita berdoa, setelah kita bersyukur untuk apa yang Tuhan sudah kerjakan dan kita berdoa untuk apa yang akan Tuhan kerjakan di depan. Dalam hati kita sudah ada syukur maka kita akan tidur dengan tenang. Orang Kristen harus senantiasa punya nyanyian rohani. Inilah yang membedakan, orang yang mabuk itu dikuasai music tapi kita tanpa music pun masih bisa sukacita, karena kita sudah punya musik dalam hati kita. Dimanapun kita bisa memuji Tuhan, tidak perlu disituasikan untuk kita beribadah. Dalam situasi apapun, karena kita punya nyanyian rohani dan nyanyian rohani itu mengandung kidung dan Roh Kudus akan mendorong kita memuji dan memuliakan nama Tuhan. Roh Kudus akan menolong kita untuk menikmati Tuhan secara pribadi.

(3) Mengucap Syukur Senantiasa Dalam Segala

Sesuatu Kepada Tuhan (ay. 20)

Ada tiga bagian penting dalam hal ini. Apa yang harus kita ucapkan syukur, dalam konteks jauh dikatakan kita bisa mengucap syukur untuk (a) Anugerah Tuhan yang sudah kita terima. Dalam Lukas dikatakan Yesus pun mengucap syukur atas keselamatan yang diberikan kepada orang-orang kecil yang namanya tercatat di surga (Luk 10:21). Ini menunjukan kepada kita Yesus pun bisa bergembira di dalam Roh Kudus karena terjadinya keselamatan. Jadi kenapa akhir KKR kita berdoa mengucap syukur? Karena Tuhan sudah bekerja untuk menyelamatkan orang-orang kembali kepada Tuhan. Jadi ucapan syukur kita yang tertinggi adalah jikalau kehidupan kita dipakai Tuhan untuk menyelamatkan orang untuk kembali kepada Tuhan. Kita mengucap syukur untuk gereja ini, jikalau gereja ini boleh dipakai Tuhan untuk memberitakan injil. Ucapan syukur kita bukan karena gedung besar dan fasilitas besar.

Kita juga mengucap syukur untuk (b) Iman yang Tuhan berikan kepada kita melalui firman-Nya (Roma 1:8, Rom 1:21). Orang yang mengucap syukur akan pertumbuhan iman, orang itu diselamatkan. Orang yang mengucap syukur karena buah iman dinyatakan, orang itu diselamatkan. Orang yang di gereja, mengaku mengenal Tuhan, tetapi tidak pernah mengucap syukur, itu menandakan iman mereka tidak ada keselamatan. Kita harus bersyukur kalau Tuhan mengingatkan kita membaca firman. Kita bersyukur bahwa melalui tv, radio maupun buku, iman kita digerakkan makin lama makin dekat dengan Tuhan. Saya berbicara dengan beberapa pendeta, saya diizinkan Tuhan memimpin dua kali seminar. Dalam kesempatan itu saya sampaikan, kebanggaan hamba Tuhan itu dipakai Tuhan untuk mempertumbuhkan iman jemaat bukan menghancurkan imannya. Kenapa saya sampaikan demikian, karena saya mendapat data banyak pendeta disana yang hidupnya tidak menjadi teladan. Mereka harus kita doakan. Kita harus mengucap syukur kalau iman kita boleh bertumbuh dan kita dapat makanan Firman.

(c) Kita mengucap syukur untuk apapun yang sudah Tuhan berikan (Fil 4:6). Dalam Filipi dikatakan kamu kalau sudah meminta, sudah dapat atau tidak dapat tetap mengucap syukur. Orang Kristen mengucap syukur untuk keberadaan kita. Kita tidak boleh mengeluh sebagai orang Indonesia. Sebaliknya setelah kita bekerja dengan keras, berjuang dengan keras dan kita dipimpin sampai saat ini, kita bisa mengatakan Eben Haezer (sampai disini Tuhan memimpin kita).

(4) Tanda terakhir hidup kita sungguh-sungguh dipenuhi Roh Kudus, kita rendah hati di dalam takut akan Kristus (ay. 21, band Luk 18:11).

Ada orang yang kelihatannya rendah hati, sebenarnya dia justru sedang menyombongkan diri. Dia sedang berdoa tapi justru menunjukan hebatnya, dia bukan pembunuh, penzinah, bukan pemungut cukai, dia memberi perpuluhan, tapi ketika pulang orang ini menjadi orang yang sesungguhnya direndahkan. Pemungut cukai berdoa dengan hati yang hancur, tapi pulang sebagai orang yang ditinggikan. Ini mengajarkan kepada kita, bahwa orang yang dipenuhi Roh Kudus, dirinya mati untuk mempunyai potensi congkak / sombong.

Firman Tuhan berkata : “Allah menentang orang yang congkak tetapi mengasihi orang yang rendah hati” (Yak 4:6, 1 Pet 5:5). Yakobus menekankan pentingnya tanda bahwa kita mengasihi Tuhan adalah kerendahan hati. 1 Petrus 5 mengajarkan bahwa kita sebagai yang muda harus menghormati yang tua dan memiliki aspek kerendahan hati.

Kesimpulan dari keempat ciri tersebut adalah : Kerohanian yang hidup adalah seperti naskah khotbah yang berkuasa menjelaskan dengan benar antara apa yang kita percayai dengan kehidupan sehari-hari (2 Korintus 3:3). Bersyukur bahwa ternyata kerohanian kita itu seperti naskah khotbah. Disinilah kita harus bisa menyatakan bahwa jika kita sungguh-sungguh dipenuhi Roh Kudus, hidup kita akan semakin serupa dengan Tuhan Yesus.

Dinamika Reformasi Spiritualitas Pdt. Tumpal H. Hutahaean, M.Th

Pada 31 Oktober 1517 reformasi gereja ditegakkan, kurang lebih 507  tahun yang lalu. Reformasi menjadi satu turning point kebenaran boleh kembali kepada esensinya yaitu kebangunan spiritual dan mandat budaya kembali kepada nilai-nilai kebenaran Kristus. Dimana seluruh anak-anak Tuhan yang bekerja harus menghadirkan nilai-nilai Kristus didalam kebenaran, kesucian dan akan keadilan Tuhan. Yang penting juga bahwa reformasi mendorong semangat misionir dari Gereja yang menegakkan tonggak kebenaran back to the Bible. Martin Luther menyatakan mengenai 5 sola yaitu hanya iman (Sola Fide), hanya alkitab (Sola Scriptura), hanya Kristus (Solus Christus), hanya anugerah (Sola Gratia) dan segala kemuliaan hanya bagi Tuhan (Soli Deo Gloria).

Bagaimana dengan Dinamika Reformasi Spiritualitas? Mungkinkah terjadi pasang surut? Reformasi yang sesungguhnya dikerjakan oleh Tuhan sendiri dan dalam nilai tanggung jawab kita yang dilengkapi dengan pertolongan Allah Roh Kudus. Spirit refomasi dalam nilai spiritualitas adalah satu kebangunan yang akan tetap dan terus mencapai satu kegenapan dimana melalui seluruh kehidupan kita. Reformasi dalam kebangunannya tidak membangun satu karya untuk memperkaya diri. Reformasi dalam tonggak sebenarnya tidak menumbuhkan kekuasaan kita makin bertambah, tapi reformasi yang sesungguhnya makin menghancurkan kekerasan hati kita untuk menyadari siapa Yesus yang adalah Tuhan dan Juruslamat kita. Kristuslah segalanya dan kita tidak bisa berbuat apa-apa tanpa Kristus. Reformasi juga membangun sikap hati kita untuk hidup takut akan Tuhan, takut berbuat dosa, takut hidup kita menyedihkan hati Tuhan, kita takut jikalau hidup kita dibuang oleh Tuhan. Disinilah kita mengerti, manusia yang dicipta oleh Tuhan merupakan satu pribadi yang unik karena kita dicipta didalam peta dan teladan Allah yang memiliki bermacam-macam kebutuhan. Ada kebutuhan spiritualitas dimana manusia harus beribadah kepada Tuhan. Dan manusia juga mahkluk sosial dimana berelasi dengan sesamanya. Dan kita juga bisa berelasi dengan alam, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Kita juga makhluk biologis dimana kita membutuhkan makanan, minuman, dan istirahat. Kita pun disebut makhluk psikologis, dimana ada relasi emosional dan aktualisasi emosi. Sebagai makhluk spiritualitas, makhluk sosial, makhluk biologis dan makhluk psikologis.

Tapi alkitab mencatat manusia jatuh didalam dosa. Dosa merusak segala aspek manusia: spiritualitas, sosialitas, biologis, psikologis. Setelah jatuh dalam dosa relasi kita menjadi rusak. Relasi dengan Tuhan rusak, relasi dengan sesama manusia rusak, relasi dengan binatang rusak, relasi dengan alam juga rusak ternyata relasi dengan kebutuhan diri kita pun menjadi rusak karena manusia setelah jatuh dalam dosa tidak punya lagi konsep cukup. Ketika Israel dipimpin oleh musa keluar dari Mesir menuju tanah Kanaan akhirnya membutuhkan waktu 40 tahun berjalan di padang belantara, mereka selalu bersungut-sungut dan melihat di Mesir lebih baik. Mereka minta makan, Tuhan berikan manna yaitu roti dari surga. Mereka minta minum, Tuhan kasih air yang terbaik dari batu. Mereka minta daging, dikasih burung puyuh. Tetapi apakah mujizat ini membangun satu pengenalan yang sejati daripada Tuhan? Tidak. Jadi disinilah kita mengerti bahwa iman dibangun bukan atas dasar mujizat. Maka disini kita melihat Alkitab sudah memberitahu kepada kita kerusakan manusia itu secara total, bukan secara parsial. Tapi syukur kepada Tuhan karena manusia belum sampai pada kehancuran. Kejadian 3 : 15, memberitahukan kepada kita satu nubuat tentang kemerdekaan yang sejati yang dikerjakan oleh Kristus karena Dia menang atas dosa, menang atas kematian, menang atas bujuk rayu setan, dan menang atas segala kutuk dari setan. Tetapi saudara, kita melihat proses daripada reformasi ternyata berkaitan dengan covenant. Ada perjanjian Tuhan yang diberikan kepada Adam untuk menggembalakan dan memelihara alam ciptaan untuk dikembalikan kepada Tuhan. Manusia menjadi wakil Tuhan didunia. Ada juga covenant dengan Nuh, dimana Tuhan sudah menjanjikan kepada Nuh bahwa Tuhan tidak akan lagi memusnahkan umat manusia secara umum dengan air bah. Pelangi lambang dari penyertaan Tuhan atas orang yang taat. Maka kepada siapa yang tidak taat, Tuhan akan memberikan keadilan. Tuhan memberikan covenant kepada Abraham. Simbolnya yaitu setiap anak laki-laki yang berumur 8 hari harus disunat dan diserahkan kepada Tuhan sebagai tanda pemilikan Tuhan. Dalam covenant tuntutan adalah ketaatan total bukan parsial. Saul taat mengalahkan bangsa Amalek, tapi Tuhan

sudah meminta memusnahkan seluruh bangsa Amalek, ternyata raja Agag tidak dia bunuh, kambing domba dan lembu sapi yang gemuk-gemuk tidak dia bunuh. Ia tidak taat total 100%. Abraham teruji ketika dia mempersembahkan Ishak, dia taat total. Semua ini mengajarkan kepada kita tanpa pertolongan Tuhan, tanpa benih Firman memenuhi kehidupan kita, tanpa kita menyadari akan kehadiran Tuhan maka siapapun tidak akan bisa hidup suci berdasarkan kekuatan dirinya sendiri. Musa menjadi satu tonggak reformasi spirit covenant kesucian secara total. Daud menjadi prototype kita, covenant Kingdom of God, dimana Tuhan berjanji menegakan kekuasaan tertinggi yaitu Kristus.

Martin Luther lahir 10 November 1483, dan dia meninggal 18 Februari 1546, berarti berumur 62 tahun. Dia menghasilkan 95 dalil di Wittenberg tetapi Gereja itu sekarang kosong. Berarti kalau saat kejadian itu 31 Oktober 1517 dan sekarang kalau Martin Luther melihat tempat itu pasti menangis. Karena reformasi hanya bersifat event di kota Wittenberg, bukan bersifat momentum yang terus menerus. Maka Tuhan membangkitkan John Calvin di Jenewa yang mana menegakkan kebenaran alkitab. Maka kita tahu bagaimana Calvin yang dilahirkan tanggal 10 Juli 1509 dan dia mati 27 Mei 1564, berarti berumur 54 tahun, dia mengembalikan penegakan kebenaran kepada satu kebenaran yang tidak boleh dikompromikan. Maka kita bersyukur, 507 tahun reformasi ditegakan. Apakah kita masih menghidupi spirit reformasi itu secara spiritualitas?

Pertama, Titus 3:5 dikatakan: “Pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus.” Hal ini sangat sinonim dengan Efesus 2:8, kita diselamatkan bukan karena kebaikan kita, tetapi karena anugerah Tuhan. Tapi Titus 3:5 lebih lagi menjelaskan caranya melalui permandian kelahiran kembali oleh Roh Kudus. Agustinus terdorong membaca Roma 13:13-14, Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati.  Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya.” Saat itu dia sedang mencari kebenaran yang sejati. Dia pernah terjebak dengan manichaeanisme, agama media Persia. Dia terjebak dengan perzinahan. Maka disitulah dia menyadari, agama itu tidak mungkin bisa mengikat kepada sesuatu bersifat kedagingan. Maka dia tinggalkan manichaeanism, dia mulai mengikuti neoplatonisme. Dia tidak puas hidup dengan neoplatonisme, dia cari lagi kebenaran dan mulai mendengar kotbah-kotbah Ambrosius. Sampai akhirnya, ia mendengar nyanyian dari anak kecil yang mengajak: “Kemarilah, kemarilah, bacalah dan bacalah”. Ia membaca Roma 13:14-15. Ia menyadari Kristus adalah senjata terang. Di dalam kebenaran Kristus Agustinus yakin akan menemukan kekuatan untuk hidup terang. Ternyata kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang. Ternyata terang itu tidak ada di manichaeanisme, terang itu bukan ada didalam nilai neoplatonisme, ternyata terang itu ada didalam logos, yaitu Kristus itu sendiri. Maka disitulah dia bertobat.

Titus 3:5 mengatakan: dipermandikan oleh Roh Kudus. Ini mengingatkan kita dalam Yohanes 3 dimana menggabungkan konsep perjanjian lama dalam terang perjanjian baru. Yohanes 2 menceritakan tentang pernikahan di Kana, air diubah menjadi anggur, itu simbol titik mula mujizat yang pertama. Tuhan Yesus langsung menyatakan mujizat pertama menyatakan air sebagai nilai pentahiran dalam perjanjian lama, dalam perjanjian baru yang mentahirkan adalah darah, disimbolkan dengan anggur. Tuhan ingin memakai satu nilai momentum di dalam pernikahan untuk menyatakan air diubah menjadi anggur. Inilah waktunya penyucian melalui darah Kristus, inilah waktunya penyucian dengan kita percaya kepada Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat. Kita bisa mengalami itu pada waktu hati kita sudah diterangi oleh Roh Kudus. Disitulah kita mengakui keberdosaan kita, mengakui Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat. Bulan Oktober tanggal 12 sampai 14, pada waktu umur saya memasuki 18 tahun disitulah saya mengalami kelahiran kembali di dalam suatu retreat yang saya ikuti. Waktunya jam 7.30 sampai jam 9.15, dan disitu saya sungguh-sungguh mengenal Tuhan secara pribadi. “Dia adalah Tuhanku, Dia adalah Juruselamatku”. Maka setelah acara KKR selesai daripada retreat itu airmata saya tidak pernah berhenti. Didalam waktu dibagi kelompok, semua orang bisa menyaksikan apa yang Tuhan sudah kerjakan dalam diri mereka dengan berbicara lancar, saya sendiri yang sulit berbicara dengan lancar karena ada kesedihan Rohani, ada dukacita rohani. Saya adalah penyedih hati Tuhan, pemunafik besar, orang yang mempermainkan nilai keagamaan. Setiap minggu ke Gereja tapi setiap minggu saya mempermainkan Tuhan. Maka saudara, peristiwa demi peristiwa itu seperti pada waktu saya melihat seluruh kebobrokan hati saya. Maka peristiwa itu bagi saya itu yang disebut permandian kelahiran kembali yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Jadi setiap kita jikalau mau mengalami dinamika reformasi spiritualitas harus melalui kelahiran kembali. Jikalau kekeristenan tanpa kelahiran kembali, kita adalah pemunafik besar. Yohanes 3 membahas mengenai kelahiran kembali. Nikodemus tidak mengerti, maka Yesus menjelaskan bagaimana kita akan dilahirkan kembali, kita tidak akan mengerti kapan waktunya karena itu seperti angin. Maka dinamika reformasi spiritualitas harus dimulai melalui kelahiran kembali.

Kedua, Roma 12:2, Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Di sini kita mengerti setelah kita mengalami kelahiran kembali, ada pembaharuan yang dikerjakan oleh Allah Roh Kudus. Di sini kita melihat harus ada pembaharuan yang dikerjakan dalam nilai tanggung jawab dan akal budi kita. Pada waktu kita sudah mengalami pembaharuan daripada Allah Roh Kudus maka kita dimampukan untuk menghidupi kembali tanggung jawab secara vertikal dan horizontal. Maka didalam bagian ini Paulus dengan jelas mengatakan: “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini”. Dunia ini pusat hidupnya adalah diri mereka dalam keinginan dan kepuasan. Dunia ini selalu mentuhankan manusia dalam kekuasaannya, didalam kekayaannya, didalam kenikmatannya, tidak pernah meninggi Tuhan didalam satu nilai kemulian-Nya. Dan dunia selalu menawarkan segala sesuatu kesenangannya yang bersifat sesaat. Maka dalam konteks bagian inilah, dinamika reformasi spiritualitas adalah dinamika reformasi spiritualitas yang membangun tanggung jawab kita karena kita mengenal identitas kita. Pengenalan identitas kita yang baru dalam Tuhan membuat kita komitmen untuk mengalami pembaharuan reformasi yang terus menerus supaya kita tidak sama dengan dunia ini. Disinilah kita mengerti dinamika spiritualitas didalam aspek spirit reformasi kita, kita harus mengenal diri kita ditebus oleh Kristus. Darah Kristus sudah menyucikan kita, maka kita harus punya komitmen tidak boleh sama dengan dunia ini. Dunia ini akan hancur didalam setiap hawa nafsunya. Kita harus punya nilai tanggung jawab secara spiritual. Mengenal dirimu sudah mengalami pembaharuan dalam Kristus melalui pekerjaan Allah Roh Kudus membuat kita punya identitas berani tampil beda tidak mau sama dengan dunia ini dalam pola berpikir dan rasa. Kita harus terus berani berubah oleh pembaharuan akal budi yang sudah diperbaharui oleh Tuhan. Pembaharuan oleh akal budi itu harus terus-menerus kita kerjakan melalui firman yang kita baca. Maka firman itu baik untuk mengoreksi kita, memperbaiki kita dan memimpin kita dalam kebenaran. Dan disitulah akhirnya kita bisa membedakan mana kehendak Allah, mana yang baik, yang diterima, yang berkenan. Roma 5:6, 8 dan 10 itu khobah sentral saya di Timika, yang mana bicara tentang kasih. Kristus mati bagi kita ketika kita lemah. Lemah dalam cara berfikir, lemah dalam etika, lemah dalam kesucian. Kristus mati ketika kita berdosa, saat kita selalu memberontak kepada Tuhan, selalu memanfaatkan kebebasan untuk kepuasan diri, kenikmatan diri, tidak punya aspek takut akan Tuhan. Roma 5:10, Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!  dikatakan Kristus mati bagi kita ketika kita menjadi seteru Tuhan. Karena kita hidup sudah diperbaharui oleh Tuhan dan kita memperbaharui terus dalam nilai tanggung jawab kita.

          Yang terakhir, Ibrani 9:10, “Karena semuanya itu, di samping makanan minuman dan pelbagai macam pembasuhan, hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani, yang hanya berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan.” Tentang bagaimana kekudusan Tuhan, harus diatur oleh Tuhan. Dalam bait Allah ada ruang suci dan maha suci. Ruang suci tempat kaki dian, mezbah dan roti sajian. Ruang maha suci ada tabut perjanjian berisi tongkat harun, loh batu berisikan firman Tuhan. Peraturan-peraturan mengandung satu nilai kekudusan itu punya nilai satu kemutlakan untuk kita jalankan. Dan pada waktu kita hidup secara horizontal ada sesuatu yang dilarang makanan dan minuman, ada sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh, ini mengajarkan tentang etika hidup. Tetapi didalam bagian Ibrani 9:10 mengingatkan kepada kita, itu semua hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani, peraturan-peraturan untuk kita beretika itu baik yang mengandung satu nilai kekudusan. Disini mengajarkan kepada kita etika sonum bonum (kebaikan yang tertinggi bagi Tuhan) dan etika basilia (kerajaan Tuhan yang berpusat kepada Kristus dan segala kebenarannya). Etika yang mengandung satu kebenaran, bukan hanya bersifat deontologi, tetapi mengandung satu nilai kemuliaan untuk Tuhan. Etika yang diatur untuk hidup kita menjadi berkat bagi orang lain. Kita menjadi agen moral, agen kesucian dan agen perubahan. Tetapi dikatakan hanya berlaku sampai tiba waktunya pembaharuan yang sejati dimana kita diperbaharui total, mendapatkan tubuh yang dipermuliakan. Dalam 2 Raja-Raja 23:25, Sebelum dia tidak ada raja seperti dia yang berbalik kepada TUHAN dengan segenap hatinya, dengan segenap jiwanya dan dengan segenap kekuatannya, sesuai dengan segala Taurat Musa; dan sesudah dia tidak ada bangkit lagi yang seperti dia. Yosia mengembalikan ibadah kepada nilai Allah Yahweh yang benar, menghancurkan semua mezbah-mezbah berhala, mengembalikan nilai kesucian Tuhan. Yosia menegakan etika yang mengandung pembaharuan untuk kembali kepada Tuhan. Maka Paulus mengatakan dalam Efesus 5:14, Itulah sebabnya dikatakan: “Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu.” Kita harus bangun supaya tidak tidur dalam dosa, dan menyongsong terang Tuhan yang akan memakai kita.

Dinamika reformasi spiritualitas memimpin kita kepada kelahiran kembali, mengenal diri dan memiliki tanggung jawab rohani untuk tidak serupa dengan dunia ini dan beretika sesuai dengan kebenaran Allah untuk menjadi berkat bagi orang lain sehingga kita menjadi agen pembaharuan dimanapun kita berada dan menyatakan damai kepada setiap manusia berdosa harus kembali kepada Tuhan dan semuanya itu harus kita jalankan. Pembaharuan yang sejati yaitu pembaharuan dari atas ke bawah, dimana Kristus datang dari kekekalan akan mengakhiri dunia, tapi juga mengangkat kita untuk hidup dalam kekekalan. Biarlah firman tuhan ini mengingatkan kita satu dinamika reformasi spiritualitas yang harus kita sama-sama pelajari dan apa yang Tuhan maksud yang harus kita hidupi.