Teks & Musik: Stephen Tong
Pdt Stephen Tong lahir tahun 1940 di kota Xiamen, Cina. Ayahnya berasal dari Cina dan Ibunya berasal dari Indonesia. Dari keluarga ini lahirlah 7 orang anak yang terdiri dari 6 anak laki-laki dan 1 anak perempuan. Ayahnya meninggal dunia ketika Pak Tong berumur 3 tahun. Sejak itu Ibunya mengasuh 7 orang anak ini sendirian. Ketika Pak Tong berumur 9 tahun, Ibunya membawa mereka ke Indonesia. Mereka pun tinggal di Surabaya. Ketika Pak Tong berumur 17 tahun, dia mengikuti suatu kebaktian yang dipimpin oleh seorang hamba Tuhan bernama Andrew Gih. Dalam kebaktian itu, dia dan 4 saudaranya laki-lakinya menyerahkan diri untuk hidup melayani Tuhan seumur hidup mereka. Kelima orang ini adalah Peter, Caleb, Solomon, Stephen dan Joseph. Mereka pun sampai sekarang menjadi hamba Tuhan dan melayani di beberapa tempat di dunia. Pdt. DR. Stephen Tong sendiri sudah melayani lebih dari 50 tahun di berbagai negara.
Selain melayani di beberapa Negara di dunia, Pak Tong juga menulis banyak lagu. Salah satunya adalah “Belum Pernah Ku Rendah Hati”. Lagu ini ditulis pada tahun 1975 di Kanada. Dalam 2 Samuel 22:28, Daud menyatakan “Bangsa yang tertindas Engkau selamatkan, tetapi mata-Mu melawan orang-orang yang tinggi hati, supaya mereka Kaurendahkan.” Selain itu dalam Amsal 16:5 dikatakan juga “setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman.” Seorang yang tinggi hati tidak mau mengakui bahwa Allah itu Maha Kuasa dan patut disembah. Karena itu tidak heran alkitab pun menyatakan bahwa orang yang tinggi hati itu akan direndahkan karena kekejian di mata Tuhan. Selain itu, orang yang tinggi hati menyatakan bahwa dirinya benar dan tanpa salah. Artinya, tidak menyadari keberdosaannya. Lagu ini mengingatkan kita kembali bahwa ketika kita menjadi milik Tuhan maka kita seharusnya tidak lagi tinggi hati. Tapi tunduk atas kuasa Tuhan dan menyadari kelemahan dan keberdosaan kita.
Kita yang sudah di dalam Kristus mengalami perubahan karakter yang semakin menyerupai Kristus. Tuhan Yesus Kristus mau merendahkan diriNya di atas kayu salib untuk menebus manusia berdosa. Kalimat yang indah dalam Filipi 2:5-8, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”