DOKTRIN ALLAH

(Bagian 1)

Sekolah Teologi Reformed Injili Cikarang

(Pdt. Tumpal H. Hutahaean M.Th)

PENDAHULUAN

                Kita adalah ciptaan Allah yang mulia adanya. Mengapa demikian karena kita dicipta menurut gambar Allah, (Kej 1:26). Gambar Allah ini hanya diberikan kepada manusia dan tidak kepada ciptaan yang lainnya. Tetapi setelah kejatuhanan manusia ke dalam dosa (Kej 3)gambar Allah di dalam diri manusia menjadi rusak (Rom 3:23). Maka setelah kejatuhan manusia di dalam dosa, pengenalan manusia akan Allah menjadi rusak dan akibatnya manusia gagal mengekspresikan esensinya sebagai ciptaan Tuhan yang mulia (baca Hos 4:6). Dan kegagalan manusia untuk memahami atau mengenal Allah di dalam PL harus diselesaikan  dengan jalan Allah Bapa mengutus Anak-Nya Yesus Kristus ke dalam dunia. Oleh karena itulah penting sekali bagi kita untuk belajar doktrin Allah supaya kita dapat pengenalan yang komprehensif tentang Allah melalui Yesus Kristus.

      Melalui pelajaran ini kita juga akan dituntun untuk belajar mengenal siapa diri kita di dalam Kristus dan pengenalan diri yang benar ini akan membantu kita untuk mengenal Allah.

      Dan akhirnya melalui pelajaran ini kita akan menemukan tujuan Allah mencipta kita dan apa yang seharus kita perbuat sebagai ciptaan-Nya sebagai bukti ketaatan kita pada-Nya. Baik untuk dunia ini dan bagi kemuliaan Allah. Oleh karena itulah kita wajib mentaati perintah-perintah Allah sebagai Pencipta. Mentaati akan perintah-perintah-Nya, ini merupakan kewajiban yang harus kita jalankan sebagai gambar Allah dan kewajiban itu meliputi:

  1. MEMPERCAYAI  DIA (KNOWING GOD).

Mempercayai Dia adalah hal yang utama bagi kita sebagai ciptaan-Nya. Memang  benar  setiap orang mempunyai hak untuk mempercayai apa yang dia suka dan juga tak seorangpun  ingin dipaksa oleh orang lain untuk mempercayai sesuatu yang dia tidak ingin percayai. Tetapi kita harus  tahu bahwa  ada perbedaan sifat hidup antara mereka yang percaya dengan yang tidak percaya. Alkitab menyatakan bahwa,

“Karena barangsiapa melanggar dan  tidak tinggal  dalam ajaran Kristus, ia tidak memiliki  Allah.”  (2 Yoh  9).

Jadi jelas bagi kita bahwa mereka yang percaya pada Yesus memiliki Kristus dan hidup menurut ajaran-Nya sedangkan yang tidak percaya pada Yesus tidak memiliki Kristus dan hidupnya bertentangan dengan ajaran-Nya.

Contoh yang lain adalah percakapan Yesus dengan perempuan Samaria, yang menekankan adanya perbedaan sikap dan pendekatan dari orang  yang menyembah Allah yang benar (Yoh 4:24), dengan yang tidak. Di dalam ayat 25 perempuan Samaria berkata bahwa,

“Aku tahu bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami.”

Perempuan itu memiliki pengetahuan tentang Kristus, tetapi pengetahuannya tidak menyelamatkan dia. Karena pengetahuan dia tidak mendatangkan iman yang menyelamatkan. Melainkan hanya sekedar pengetahuan saja (Historical Faith).

      Demikian juga dengan kasus umat Israel yang melakukan pertobatan dengan pura-pura. Oleh karena itulah Allah berkata,

“Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah lebih dari pada korban-korban bakaran,” (Hosea 6:6).

Orang Israel di dalam mempercayai Allah sudah terjebak oleh tradisi, sehingga kehidupan keagamaan mereka bersifat rutinitas. Dan akibatnya mereka kehilangan makna atau arti dari setiap kegiatan-kegiatan keagamaan yang mereka lakukan. Padahal Allah menginginkan kasih setia dan pengenalan yang benar tentang Dia, bukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang rutinitas. Jadi jelaslah bagi kita bahwa tidak semua orang yang mengaku percaya pada Yesus sungguh-sungguh mengenal Dia secara pribadi. Contoh yang lain terdapat Ayub 42:5

“Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.”

Allah mengijinkan Ayub mengalami penderitaan dengan maksud agar ia mengenal Allah dengan benar. Dalam kalimat bagian A dari pasal 42:5 disebut dengan “Knowing about God” tetapi bagian B nya disebut dengan “Knowing of God”. Kepercayaan bagian B inilah yang menyelamatkan sedangkan bagian A tidak. Karena Ayub (B) mengenal Tuhan secara pribadi bukan dari cerita orang lain.

Oleh karena itu ironis sekali jadinya bila seseorang menghidupi atau membayangkan hidup yang benar atau saleh tetapi pada kenyataanya ia memiliki kepercayaan yang salah (band. Mat 7: 23-24 ; Luk 13:26-27; Mark 13:21-22)

Diskusikan kasus di dalam Matius 7:21-23 dan Ibrani 6:4-10? Dan bandingkan dengan Wahyu 3:20 dan Yohanes 10:28.

  • MEMILIKI IMAN YANG BENAR.

Iman yang meyelamatkan akan menghasilkan perbuatan iman yang benar karena setiap orang yang percaya pada-Nya harus  melakukan apa yang  telah  diperintahkan-Nya (Yak 2:14,17,26). Jika seseorang mengaku percaya tetapi tidak nyata hidup imannya maka orang tersebut perlu dipertanyaan akan keselamatannnya? Karena apa yang kita perbuat itu merupakan bukti dari iman yang kita miliki.  Hal ini penting  untuk kita mengerti, karena kebenaran Firman Tuhan yang kita tahu dan kita percayai harus juga kita hidupi di dalam kehidupan kita, (baca Rom 10:9-10). Oleh karena itu jika kita telah  mengerti doktrin, tetapi tidak melakukan, maka  itu merupakan kepercayaan yang mati  (dead orthodoxy). Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa jika seseorang semakin mengenal Allah maka hidupnya juga semakin serupa dengan Allah (baca Yoh 15:4,9-10). Di dalam pepatah Jawa dikenal sebutan “hidup yang serupa dengan padi” maksudnya semakin berbuah atau berisi maka semakin tunduk. Demikian kita percaya bahwa semakin hidup kita berisi maka hidup kita semakin rendah hati. Dengan kata lain diri kita (si aku/selfish) semakin kecil dan Kristus semakin besar. Sehingga cahaya Kristus yang semakin bersinar di dalam kehidupan kita dan si aku semakin tidak kelihatan.

   Tak  seorangpun  dapat datang kepada iman yang  benar dalam Kristus, jika  dia  tidak  menyadari  akan kebutuhannya kepada Kristus sebagai Juruselamat (Rom 3:20). Hal ini menjelaskan kepada kita bahwa obyek dari iman kita adalah percaya kepada Kristus sebagai Juru Selamat. Tanpa hal ini tidak mungkin seseorang memiliki iman yang menyelamatkan.  Dan iman yang menyelamatkan tidak berhenti disitu saja melainkan harus dikembangkan atau dipertumbuhkan. Jadi iman ini bukanlah suatu iman  yang menyelamatkan  pada mulanya jika (hanya) sekedar pengetahuan saja, kecuali iman itu  memimpin kepada perbuatan yang benar di dalam Yesus Kristus.

Bagaimana kaitan hal di atas dengan PL? Apakah orang di PL juga memiliki iman? Pada waktu Allah menetapkan korban-korban persembahan kepada umat-Nya ini semua hanya merupakan bayangan dari “Pengorbanan Kristus” di PB sebagai Anak Domba Allah yang dipersembahkan untuk menebus dosa manusia. Dan penetapan hal itu sebagai sarana ekspresi dari kepercayaan mereka kepada Allah dengan taat melakukan kehendak-Nya. Jadi jika mereka yang memberikan persembahan korban-korban bakaran ini merupakan indikasi dari iman mereka yang menyelamatkan.

      Mengapa dalam pelajaran ini, kita menekankan mengenai Torat, atau Firman yang menjadi Hukum lebih dulu dan baru iman  kepada Kristus  yang dapat menyelamatkan ?, jawabnya adalah:  Pertama, karena  Allah  sendiri memberi hukum, kemudian  Dia  memberikan Juruselamat.  Kedua, walaupun demikian kita  tidak  memperlakukan Torat  pada  tempat pertama, karena (a) untuk  menghindari  kesan seakan-akan Kristus   lebih  rendah  dari Torat, (b)   untuk menghindari  legalisme,  seakan-akan  keselamatan karena perbuatan kita  melakukan  Torat, (Gal 2:16), dan (c) ada kesan kita tak perlu lagi Hukum, setelah kita percaya pada Kristus (band 1 Yoh 5:3).

      Sebagai  kesimpulannya dalam point ini:  Kita  harus dengan tegas menolak pilihan antara kekristenan sebagai suatu doktrin dan kekristenan sebagai  suatu  kehidupan. Mengapa demikian karena kekristenan yang benar adalah kedua-duanya dan hal itu seperti pohon yang baik dengan buahnya (band Mat 7:17-19). Dan  kebenaran yang kita ketahui harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan-sehari-hari (integritas). Jadi Kekristenan itu bukan sekedar teori saja, melainkan juga menyangkut praktek hidup yang senantiasa memuliakan dan menyenangkan / menikmati Tuhan.

BAB  I

SEJARAH LAHIRNYA KONSEP AGAMA-AGAMA & ALLAH

A.  NATUR DARI AGAMA

      Di  dalam Kejadian 1:26-27 dinyatakan bahwa manusia dicipta menurut Peta  dan Teladan Allah (Gambar/Citra Allah). Manusia sebagai citra Allah adalah ciptaan yang mulia dihadapan  Tuhan Allah. Ketika manusia jatuh di dalam dosa (Kej 3,)semua citra Allah yang ada di dalam dirinya  menjadi rusak total   (total depravity). Status manusia berubah menjadi berdosa dan terputus hubungannya dengan Tuhan Allah karena dosa (Yes 59:2). Walaupun manusia sudah jatuh di dalam dosa tetapi benih untuk beribadah tetap ada di dalam setiap manusia. Hal ini  dapat kita  lihat  di dalam sejarah lahirnya animisme, dinamisme, totenisme,dan sinkretisme. Walaupun demikian agama dapat menyentuh  inner basic dari kehidupan manusia, dan dapat juga mengontrol pikirannya, perasaannya dan keinginan  dari manusia tersebut.

      Sekarang yang jadi pertanyaan kita, apakah agama itu ? Kata ini dapat kita  temukan  di dalam  Gal  1:13-14;  Yak 1:26-27. Perjanjian Lama mendefenisikan agama sebagai takut akan  Allah. Takut  disini bukan berarti perasaan ngeri atau phobia,  tetapi merupakan  perasaan hormat kepada Allah atas dasar kekaguman  yang disertai dengan kasih dan keyakinan.Agama merupakan respon  dari orang percaya kepada pernyataan dari Torat.  Dalam  Perjanjian  Baru  agama  merupakan  suatu respon kepada Injil lebih daripada Torat. dan menganggapnya sebagai bentuk dari iman dan ketaatan.

      Di  dalam  terang Firman Tuhan, kita belajar  untuk mengerti bahwa agama merupakan  suatu  relasi  dimana  manusia  berdiri dihadapan  Allah dengan kesadaran   akan keagungan-Nya  yang mutlak dan kuasa Allah  yang tak terbatas.

Jadi agama  dapat  didefinisikan sebagai suatu hubungan  kepada Allah dengan sadar dan sukarela, yang mengekspresikan dirinya sendiri dalam pelayanan kasih dan ibadah yang penuh syukur. Sifat dari keagamaan ini tidak dapat diwariskan  dengan kehendak manusia (semaunya) tetapi ditentukan oleh Allah.

B. KEDUDUKAN DARI AGAMA

      Ada beberapa pandangan yang salah berkenaan dengan kedudukan dari agama ini, dengan pandangan :

  1. Agama disamakan dengan pengetahuan, dan menempatkannya  dalam intelek.
  2. Agama semacam perasaan yang dekat kepada Allah, dan      menemukan  kedudukannya dalam perasaan.
  3. Agama berhubungan dengan kehendak manusia karena agama berkaitan dengan tindakan moral.

      Meskipun  demikian semua pandangan ini hanya  ditinjau dari satu sisi saja  dan bertentangan  dengan  Firman  Tuhan yang mengajarkan kita bahwa agama adalah suatu yang berkenaan dengan hati kepada Allah yang kita kenal dalam Yesus Kristus. Di dalam psikologi, hati merupakan organ sentral dari jiwa. Tetapi  dapat kita hubungkan juga dengan: pikiran, perasaan, dan keinginan  (Ams 4:23). Agama melibatkan manusia secara utuh baik inteleknya, emosinya, dan kehidupan moralnya.

C. ASAL-ASUL AGAMA

      Ada  yang berpendapat bahwa agama berawal  dari penyembahan akan obyek yang tidak hidup (mati), pemujaan berhala atau penyembahan roh-roh leluhur. Pendapat lain mengatakan  bahwa agama  adalah suatu penyembahan akan yang ajaib dan kuasa-kuasanya dari  alam, atau  dalam praktek magis secara luas. Bagi teori-teori ini  yang penting bagaimana membuat  orang yang tidak beragama  menjadi beragama.

Hanya  Alkitab  yang  dapat  menjelaskan  hal  ini. Alkitab memberitahukan  kepada  kita akan eksistensi Allah, suatu  obyek penyembahan keagamaan  yang  selayaknya.  Manusia tidak   dapat menemukan eksistensi Allah  dengan  kekuatan naturnya  sendiri kecuali Allah yang menyatakan atau menyingkapkan diri-Nya sendiri di dalam  alam (General Revelation -> baca, Maz 19:1-4) dan secara khusus di  dalam Firman-Nya(Special Revelation), yang  menuntut  manusia untuk beribadah  kepada Dia dengan benar dan berkenan  kepada-Nya dan akhirnya memualiakan nama-Nya (band, Rom 11:38).

Bagian-bagian Alkitab Yang Perlu Diingat:

A. The Nature of Religion : Ul 10:12-13; Maz 111:10;

   Pkh 12:13; Yoh 6:29; Kis 16:31

B. The Seat of Religion: Maz 51:10,17; Ams 4:23; Mat 5:8

C. The Origin of Religion: Kej 1:27; Ul 4:13; Yeh 37:26

BAB II

PENGWAHYUAN (REVELATION)

A. PENGWAHYUAN SECARA UMUM

      Diskusi  akan  agama  pada  hakekatnya  memimpin  kita pada pengwahyuan sebagai asal-usulnya. Jika Allah tidak menyingkapkan diri-Nya sendiri, agama tidak akan ada yang sejati.  Manusia barangkali tidak pernah dapat memiliki pengetahuan  akan  Allah, jika   Allah tidak memperkenalkan diri-Nya   sendiri.   Dengan mempercayakan  diri sendiri, manusia tidak akan pernah  menemukan Allah. Kita membedakan antara pengwahyuan Allah dalam alam dengan pengwahyuan di dalam Kitab Suci.

      Orang  Ateis  dan  Agnostik  tentunya   tidak mempercayai pengwahyuan. Orang  Panteis  terkadang membicarakan,  walaupun sesungguhnya  tak ada tempat dalam sistem pemikiran  mereka. Dan orang Deis  mengakui pengwahyuan Allah di  dalam alam, tetapi menyangkal akan realitanya, dan bahkan mungkin dari pengwahyuan khusus seperti yang  kita miliki  dalam  Kitab Suci.  Kita mempercayai  keduanya baik pengwahyuan secara umum (general revelation) dan khusus (special revelation).

B. WAHYU UMUM

      Wahyu  Allah yang umum mendahului wahyu-Nya yang khusus di dalam rentang waktu. Wahyu ini bukan datang kepada manusia dalam bentuk komunikasi secara verbal, tetapi di dalam fakta, kekuatan, dan hukum-hukum alam, dalam pembentukan dan operasi dari  pikiran manusia,   dan dalam  fakta pengalaman  dan sejarah.  Alkitab mengkaitkan  bagian ini dalam Maz 19:1-2; Rom 1:19-20; 2:14-15.

1. Ketidak Cukupan Akan Wahyu Umum

      Kelompok Pelagian, Rasional, dan Deis beranggapan bahwa  wahyu ini sudah cukup untuk memuaskan kebutuhan kita saat ini, kelompok katolik Roma dan Protestan tidak menyetujuinya sebagai sesuatu  yang cukup. Wahyu ini dikaburkan oleh kehancuran  dosa yang  bertumpu  pada ciptaan Allah yang indah. Bila  konsep  ini salah   dapat mengakibatkan  tidak lengkapnya  kita di   dalam membangun  suatu fondasi yang dapat dipercaya dimana  kita  dapat membangun di atasnya masa depan yang kekal. Kebingungan keagamaan saat ini yang berusaha meletakkan atau mendasari agama mereka atas suatu basis   alam yang murni   dengan   jelas membuktikan akan ketidakcukupannya. Wahyu seperti ini tidak menghasilkan suatu basis  yang cukup untuk ibadah secara umum. Dan akhirnya,  wahyu ini secara mutlak gagal untuk memenuhi kebutuhan spiritual dari orang berdosa,  seperti:  hikmat dan kuasa Allah,  wahyu  ini tidak menyampaikan pengetahuan atau pengertian mengenai Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan.

2. Nilai Dari Wahyu Umum

      Meskipun  demikian ini tidak berarti bahwa wahyu umum tidak bernilai sama sekali. Wahyu ini menunjukan unsur-unsur yang benar yang dapat ditemukan dalam agama kafir. Berkenaan dengan  wahyu ini  orang kafir merasakan diri mereka sendiri sebagai  keturunan dari  Allah, Kis 17:28, mencari Allah terus menerus  jika  secara beruntung mereka boleh menemukan Dia (Kis 17:27) melihat di dalam kuasa  Allah  yang kekal dan keilahian-Nya (Rom  1:19-20)  dan melakukan syariat Torat sebagai pembawaannya (Rom 2:24). Walaupun mereka  hidup dalam kegelapan  dosa dan kebodohan,   dan menyalagunakan kebenaran Allah, mereka tetap mendapat iluminasi firman (Yoh 1:9), dalam operasi Roh Kudus secara umum (Kej 3:6). Di samping itu, wahyu Allah secara umum juga membentuk latar belakang bagi wahyu khusus-Nya. Wahyu khusus tak dapat dimengerti secara penuh tanpa wahyu umum. Ilmu pengetahuan dan sejarah tidak gagal untuk mencerahkan bagian Alkitab ini.

C. WAHYU KHUSUS

      Kita  memiliki wahyu khusus yang sekarang  diwujudkan dalam Kitab Suci. Di mana fakta dan firman berjalan bersamaan, firman menafsirkan fakta-fakta dan fakta-fakta memberikan substansi dari firman. Dinamika wahyu khusus adalah:

1. Kebutuhan Akan Wahyu Khusus

      Wahyu  khusus  ini menjadi penting karena masuknya dosa ke dalam dunia. Tulisan tangan Allah di dalam alam dikaburkan dan dirusakkan, dan manusia mengalami kebutaan secara spiritual. Hal ini  menjadi pokok kesalahan dan ketidak-percayaan dan  sekarang dalam  kebutaan dan sifat keras kepalanya  gagal  untuk  membaca dengan  benar  jejak-jejak dari wahyu asli  yang  masih tinggal. Dan sebagai kesimpulannya  manusia berdosa tidak mampu untuk  mengerti wahyu Allah lebih jauh dan lebih tuntas. Oleh sebab itu wahyu khusus  ini  menjadi penting karena Allah memberikan  penafsiran ulang kebenaran akan alam, dengan memberikan suatu wahyu baru tentang penebusan  dan  akan mencerahkan pikiran manusia dan menebusnya dari kuasa dosa.

2. Sarana-sarana Dari Wahyu Khusus

      Dalam  memberikan wahyu khusus-Nya atau wahyu supranatural, Allah menggunakan jenis sarana yang berbeda, seperti:

a. Teofani atau manifestasi Allah yang kelihatan.

      Ia  menyingkapkan kehadiran-Nya dalam api dan awan (Kel 3:2; 33:9; Maz 78:14; 99:7), dalam angin badai (Ay 38:1; Maz 18:10-16), dan dalam bunyi angin sepoi-sepoi (1 Raja 19:12). Ini  semua merupakan tanda dari kehadiran-Nya, menyingkapkan sesuatu  akan kemuliaan-Nya. Diantara penampakan-penampakan dalam  PL   dari malaikat Yehova, pribadi kedua dari Tritunggal, menduduki  tempat yang  menonjol (Kej 16:13; 31:11; Kel 23:20-23; Mal  3:1). Point tertinggi  dari penampakan Allah secara pribadi diantara  manusia yaitu dalam inkarnasi Yesus Kristus. Dalam Dia, Firman telah menjadi daging dan tinggal diantara kita (Yoh 1:14).

b. Komunikasi langsung

      Terkadang  Allah  berbicara kepada manusia dalam  suara yang dapat didengar, sebagaimana Ia lakukan kepada Musa dan anak-anak Israel,  (Ul 5:4), dan terkadang Ia menunjukan amanat-Nya   kepada   nabi-nabi   melalui suatu  operasi  Roh Kudus, (1  Pet  1:11).  Di samping itu, Ia menyingkapkan diri-Nya sendiri di dalam mimpi dan penglihatan-penglihatan, dan dengan sarana Urim dan Thumim,  (Bil 12:6; 27:21; Yes 6). Dan dalam PB, Kristus terlihat sebagai  Guru Agung  yang diutus dari Allah untuk menyingkapkan kehendak  Bapa dan melalui Roh-Nya para rasul menjadi sarana bagi  wahyu khusus yang kemudian, (Yoh 14:26; 1 Kor 2:12,13; 1 Tes 2:13).

3. Karakter Dari Wahyu Khusus

      Wahyu Allah yang khusus merupakan wahyu penebusan. Wahyu ini menyingkapkan  rencana Allah untuk penebusan bagi orang berdosa dan dunia, dan menjadi jalan dimana rencana ini dinyatakan. Wahyu ini merupakan  alat dalam memperbaharui  manusia,  wahyu   ini mencerahkan pikiran dan mengajarkan hal-hal yang baik, dan  wahyu ini memenuhi manusia  dengan cinta kasih  yang  kudus  dan mempersiapkan manusia  akan rumahnya yang disurga. Wahyu  ini bukan hanya membawakan kita suatu berita penebusan, tetapi juga membuat kita  mengerti tentang fakta penebusan. Wahyu  ini  bukan hanya memperkaya   kita dengan  pengetahuan, tetapi   juga mengubah kehidupan kita dari orang berdosa menjadi  orang kudus. Wahyu ini dengan jelas terus berkembang. Kebenaran dari  penebusan tampak redup pada mulanya, kemudian secara bertahap  semakin cerah, dan akhirnya tampak cermelang  dalam PB dalam kepenuhan dan keindahannya.

Bagian-bagian Alkitab yang perlu diingat:

a. General Revelation : Maz 8:1; 19:1,2; Rom 1:20; 2:14,15.

b. Special Revelation : Bil 12:6-8; Ibr 1:1; II Pet 1:21

BAB III

KEBERADAAAN NATUR ALLAH

A.  NATUR ALLAH YANG ESENSI

1. Pengetahuan Akan Allah

      Manusia tidak mungkin dapat memahami Allah dengan sempurna. Hal ini bukan berarti kita tidak dapat  sama sekali mengenal Allah. Kita dapat mengenal dengan benar dan nyata karena Dia  ada dan  Ia  telah menyatakan diri-Nya dalam rupa Yesus Kristus. Untuk dapat  memahami atau mengenal Allah maka kita harus kembali kepada  sumbernya  (self revelation), tanpa hal itu kita tidak  mungkin  dapat  mengenal Allah yang sejati.

      Pengetahuan  kita  akan  Allah  itu  rangkap  dua maksudnya manusia memiliki bakat sejak lahir untuk  mempunyai pengetahuan tentang Allah. Hal ini bukan berarti dikarenakan manusia  dicipta dari gambar  Allah saja, sehingga  manusia memiliki kapasitas natural untuk mengenal Allah dan bukan juga dikarenakan  manusia membawa sifat pengetahuan akan Allah sejak lahir kedalam  dunia. Jadi  pengertiannya secara sederhana adalah jika manusia dibawah kondisi  normal maka pengetahuan akan Allah secara natural  dapat berkembang  di dalam diri manusia. Pengetahuan yang seperti  ini bersifat sesuatu yang umum.

      Pengetahuan  manusia  akan Allah yang berkembang  ini dapat diperoleh dari hasil belajar dari pewahyuan Allah yang bersifat umum dan khusus. Pengetahuan  ini merupakan hasil dari kesadarannya dan pengertiaannya yang dipertahankan.

2. Pengetahuan Akan Allah Sejati Hanya Melalui Wahyu Khusus  

   (1 Yoh 5:20; Yoh 17:3)

      Hanya  melalui “special revelation” sajalah kita  dapat mengenal Allah sebagai suatu  Roh yang murni  dan  keberadaan-Nya  yang sempurna tanpa batas. Penjelasan ini meliputi beberapa unsur  di bawah ini :

a. Allah adalah Roh (Yoh 4:24; 1 Tim 6:16)

Yesus  berkata kepada perempuan Samaria bahwa “Allah  adalah Roh”. Ini berarti bahwa Ia pada hakekatnya adalah Roh dan tidak mempunyai tubuh. Dari hal ini mungkin kita bertanya, bagaimana dengan  inkarnasi Yesus (memiliki tubuh)? Jawabannya, Allah itu Roh adanya  maksudnya  Ia tidak dapat diikat oleh ruang dan waktu. Pada waktu Ia inkarnasi, Ia mengambil rupa manusia dan menjadi sama dengan kita, tetapi Ia tetap Allah sejati dan Ia hanya mengosongkan diri-Nya (kinosis -> Fil 2:7).

b. Allah adalah Pribadi (Mal 2:10; Yoh 14:9b)

Ia  adalah  Roh tetapi Ia  juga  melibatkan  kepribadian-Nya yaitu sebagai Roh yang cerdik dan bermoral,  itulah kepribadian Allah. Allah yang  ada  di dalam  Alkitab adalah Allah  yang berpribadi,  dimana Allah dapat bercakap-cakap dengan manusia, menaruh percaya, dapat masuk dalam pengalaman manusia dan dapat  menolong   mereka  yang dalam  kesukaran. Terlebih   lagi,   Ia menyatakan  diri-Nya  sendiri dalam suatu  pribadi yaitu Yesus Kristus.

c. Allah adalah Tak Terbatas Dalam Kesempurnaan-Nya 

  (Kel 15:11; Mzm 147:5)

Allah   berbeda  dengan  ciptaan-Nya  karena   Ia   memiliki  kesempurnaan yang tak terbatas. Sedangkan ciptaan-Nya terbatas. Keberadaan-Nya  dan kebajikan-Nya bebas dari segala batasan  dan ketidak-sempurnaan. Allah mempunyai sifat moral yang sempurna dan keagungan-Nya yang mulia. Baca Kel 15:11- selesai.

Bagian-bagian Alkitab Yang Perlu Diingat

a. Allah dapat dikenal : Yoh 5:20; Yoh 17:3

b. Allah adalah Roh : Yoh 4:24; 1 Tim 6:16

c. Allah adalah Pribadi : Mal 2:10; Yoh 14:9b

d. Allah adalah tak terbatas dalam kesempurnaan-Nya : Kel 15:11; Maz 147:5

B. NAMA-NAMA ALLAH

      Ketika Allah memberikan nama kepada segala ciptaan-Nya, maka ada arti khusus dalam nama itu, baik kepada suatu pribadi ataupun benda. Demikian  juga Dia memberikan nama-nama  kepada diri-Nya sendiri. Terkadang nama Allah itu bentuknya tunggal, dan  dalam kasus-kasus tertentu istilah ini merupakan suatu petunjuk  dari manifestasi Allah secara umum khususnya dalam hubungannya  dengan umat-Nya  (Kel 20:7 ; Maz 113:3) atau dalam hubungannya  dengan diri-Nya  sendiri (Ams 18:10 ; Yes 50:10). Satu nama  Allah  yang umum  telah terpecah ke dalam beberapa nama yang mengekspresikan keberadaan-Nya  dari banyak sisi. Dan nama itu  sendiri  bukanlah suatu temuan manusia, melainkan diberikan oleh Allah sendiri.

1. Nama-nama Allah dalam PL

      Beberapa nama dalam PL mencatat bahwa Allah adalah Yang Maha Tinggi dan Mulia. Istilah “EL” dan “Elohim” menunjukkan bahwa Dia kuat dan berkasa, dengan demikian seharusnya ditakuti,  sementara “Elyon” menujuk kepada natur-Nya Yang Maha Tinggi  dan  sebagai Yang Maha Tinggi Dia pantas disembah dan dihormati. Kata “Adonai” biasanya menunjukkan  kepada Tuhan sebagai  Pemilik  dan Penguasa atas semua manusia.

      Nama-nama  lain  yang menunjukkan bahwa  Allah  masuk  dalam hubungan persahabatan  dengan manusia,  khususnya  melalui leluhur, Dia memakai nama “El-Shaddai” , yang  menekankan  akan kebesaran yang ilahi, tetapi juga sebagai sumber penghiburan  dan berkat  untuk umat-Nya. Ini menunjukkan bahwa  Allah  mengontrol kuasa  alam  dan membuat semuanya melayani  tujuan-Nya.  Meskipun demikian nama Allah yang paling besar dan disakralkan oleh orang-orang  Yahudi adalah “Yahweh” (Yehovah). Asal-usul dan  arti ada dalam Keluaran   3:14-15  –>  “AKU  ADALAH AKU“.   Nama itu mengekspresikan suatu fakta bahwa Allah selalu sama  dan secara khusus Ia tak dapat berubah dalam hubungan perjanjian-Nya, selalu setia dalam menggenapkan akan perjanjian-Nya. Istilah  ini  juga sering disebut dengan  suatu bentuk yang lebih penuh,  yaitu: “Tuhan  semesta  alam”, yang menggambarkan Yehowah sebagai Raja Kemuliaan yang dikelilingi oleh para malaikat.

2. Nama-nama Allah dalam PB

      Nama-nama  dalam  PB merupakan bentuk  Grika  (Yunani) dari segala nama yang ditemukan dalam PL. Nama-nama dibawah ini perlu perhatian khusus, seperti:

a. Nama Theos

      Ini  merupakan nama yang paling umum untuk Allah.  Nama itu sering ditemukan dalam bentuk kepemilikan (possesive genetive), seperti: “Allah-ku” : “Allah-mu” : “Allah-kita”. Dalam  Kristus, Allah  adalah  Allah dari setiap  anak-anak-Nya. Hal ini dipakai untuk menjelaskan hubungan antara kita sebagai anak Allah (Yoh 1:12) dengan Bapa sebagai Alllah kita. Bentuk secara individu mengambil tempat dari bentuk secara nasional,  yaitu: “Allah Israel” nama ini begitu umum dalam PL.

b. Nama Kurios

      Nama ini merupakan kata untuk “Tuhan”, suatu nama yang bukan hanya diaplikasikan kepada Allah, tetapi juga kepada Kristus  dan nama ini identik dengan nama Yehovah dan Adonai, walaupun artinya lebih khusus berkenaan dengan  istilah “Adonai”.  Nama   itu menunjukkan Allah sebagai Pemilik dan Pengatur  dari  segala sesuatu dan khususnya kepada umat-Nya.

c. Nama Pater

      Nama  ini  sering  disebut  di  PB  untuk  memperkenalkan sebagai suatu  nama baru, tetapi ini belum tentu  benar, karena nama “Bapa” juga ditemukan dalam PL untuk mengekspresikan  suatu relasi khusus dari Allah kepada Israel umat-Nya (Ul 32:6; Yes 63:16). Dalam PB nama ini begitu pribadi sebagai suatu  hubungan dimana  Allah sebagai Bapa dari orang percaya. Terkadang  sebagai Pencipta  semua (1 Kor 8:6; Ef 3:14; Ibr 12:9; Yak  1:17)  dan terkadang  sebagai pribadi pertama dari Tritunggal (Yoh  14:11; 17:1).

Bagian-bagian Alkitab Yang Perlu Diingat

a. Nama Allah secara umum  : Kel 20:7; Maz 8:1

b. Nama-nama secara khusus : Kej 1:1; Kel 6:3; Maz 86:8; Mal

   3:6; Mat 6:9; Wah 4:8

C. ATRIBUT-ATRIBUT ALLAH  

      Allah  menyatakan diri-Nya bukan hanya dalam  nama-Nya saja tetapi juga dalam  atribut-Nya,  yaitu   dalam kesempurnaan-kesempurnaan keberadaan-Nya yang  ilahi. Atribut-atribut Allah itu ada yang dapat dikomunikasikan dan yang tidak.

1. Atribut-atribut Allah Yang Tak Dapat Dikomunikasikan

      Atribut-atribut  ini  menekankan perbedaan yang mutlak antara Allah dan ciptaan-Nya, seperti:

a. Independensi atau keberadaan Allah yang ada pada diri-Nya sendiri  ini berarti bahwa Allah memiliki  dasar  keberadaan-Nya dalam diri-Nya sendiri. Tidak  seperti manusia, Allah tidak bergantung pada  hal-hal di luar diri-Nya sendiri. Ia bebas dalam  diri-Nya, kebajikan-Nya dan tindakan-Nya, dan menyebabkan ciptaan-Nya bergantung pada-Nya. Ide ini diwujudkan dalam nama Jehovah (Maz 33:11, 115:3; Yes 40:18-31; Dan 4:35; Yoh 5:26; Rom 11:33-36 ; Kis 17:25; Wah 4:11).

b. Kekekalan Allah (Immutability)

      Kitab  Suci  mengajarkan bahwa Allah tak dapat  berubah. Kekekalan Allah tidak dipengaruhi oleh waktu dan ruang. Oleh karena itu, Ia kekal dalam: keberadaan-Nya yang ilahi, kesempurnaan-Nya, dan juga tujuan dan janji-Nya (Bil 23:19: Maz 33:11,  102:27 ; Mal 3:6: Ibr 6:17 ; Yak 1:17). Meskipun demikian bukan berarti tidak  ada pergerakan dalam Allah. Alkitab mengatakan  akan  Dia yang  datang dan pergi, yang tersembunyi dan menyatakan diri.  Ia juga  dikatakan menyesal (I Sam 15:11 band ay.29), tetapi  ini merupakan cara manusia mengungkapkan Allah (Kel 32:14; Yun 3:10) dan sesungguhnya hal ini menunjukkan suatu perubahan dalam relasi manusia kepada Allah.

c. Ketidakterbatasan Allah (infinite)

      Kita  dapat  mengatakan  akan  ketidakterbatasan-Nya   dalam pengertian yang lebih, seperti dalam relasi pada keberadaan-Nya yang biasa disebut dengan kesempurnaan yang mutlak.  Artinya  Ia tak terbatas dalam: pengetahuan-Nya,  kebaikan-Nya dan  kasih-Nya, kebenaran-Nya   dan kekudusan-Nya  (Ay  11:7-10   ;   Maz 145:3). Ketidakterbatasan-Nya  dikaitkan  dengan  waktu  kita yang kita sebut kekekalan “eternity” (Maz 90:2, 102:12). Dia melampui waktu, maka tak ada kemarin atau esok, bagi-Nya selalu hari ini yang  kekal.

      Bila  dikaitkan  dengan ruang kita yang disebut immensity yaitu keberadaan  yang tak terhingga.   Ia   hadir    dimana-mana (Omnipresence), tinggal dalam ciptaan-Nya mengisi  setiap titik ruangan, tetapi  tidak terikat dengan ruang (1 Raja 8:27;  Maz 139:7-9; Yes 66:1; Yer 23:23,24 ; Kis 17: 27,28).

d. Kesederhanaan Allah

      Artinya Ia bukan terdiri dari berbagai bagian, seperti tubuh dan jiwa dalam manusia. Ia juga tidak terbagi. Tiga Pribadi dalam keAllah-an bukanlah banyak  bagian dari esensi ilahi   yang terbentuk.  Keberadaan Allah  yang menyeluruh itu  milik  dari masing-masing pribadi. Oleh sebab itu kita dapat mengatakan bahwa Allah  dan atribut-atribut-Nya adalah satu dan  Ia  adalah kehidupan, terang, kasih, dan kebenaran, keadilan, dll.

2. Atribut-atribut Allah Yang Dapat Dikomunikasikan

      Atribut-atribut ini ada kemiripannya dengan manusia,  tetapi berbeda secara kualitas. Karena manusia itu terbatas  dan  tidak sempurna, sementara Allah tak terbatas dan  sempurna.  Atribut-atribut itu adalah:

a. Pengetahuan Allah

      Ia mengetahui diri-Nya sendiri dan segala sesuatu; biasanya kita sebut dengan kemahatahuan Allah (omniscience), (1 Raja 8:29 ; Maz 139:1-16; Yes 46:10; Yeh 11:5; Kis 15:18; Yoh 21:17; Ibr 4:13).

b. Kebijaksanaan Allah

      Kebijaksanaan ini merupakan satu aspek dari pengetahuan-Nya. Ini merupakan kebajikan Allah yang menyatakannya  dalam seleksi dari tujuan yang layak dan dalam pemilihan  akan sarana  yang terbaik untuk  merealisasikan tujuan-Nya (kemuliaan-Nya)  (Rom 11:33; 1 Kor 2:7; Ef 1:6,12,14; Kol 1:16).

c. Kebaikkan Allah

      Allah  baik  maka  Diapun  kudus  dalam  diri-Nya sendiri. Kebaikkan Allah adalah kebaikkan yang tersingkap dalam perbuatan baik kepada orang lain, (Maz 36:6; 104:21; 145:8,9,16; Mat  5:45; Kis 14:17).

d. Kasih Allah

      Atribut ini sering disebut sebagai atribut Allah yang paling setral. Atribut ini dihubungkan dengan pengampunan dosa manusia. Yang kita  sebut sebagai anugrah Allah (Ef 1:6,7; 2:7-9;  Tit 2:11). Dan bila dihubungkan dengan peringanan penderitaan  akibat dosa  adalah merupakan belas kasihan-Nya (Luk 1:54,72,78;  Rom 15:9; 9:16,18; Ef 2:4). Dan atribut ini bila dihubungkan  dengan orang  yang tidak mau memperhatikan nasehat dan peringatan  Allah  disebut  sebagai panjang sabar-Nya (longsuffering/forbearancce) (Rom 2:4; 9:22; 1 Pet 3:20; 2 Pet 3:15).

e. Kekudusan Allah

      Pertama,  kekudusan-Nya secara mutlak berbeda  dengan semua ciptaan-Nya  dan ditinggikan di atas mereka dalam kemuliaan  yang tak terbatas (Kel 15:11 ; Yes 57:15). Kedua, Ia bebas dari segala kecemaran secara moral atau dsa, oleh sebab itu Dia secara moral sempurna. Begitu juga manusia dihadapan yang suci menyadari  akan keberdosaannya (Ay 34:10; Yes 6:5; Hab 1:13).

f. Kebenaran Allah

      Ini  merupakan  kesempurnaan Allah di  mana  Dia  memelihara diri-Nya sebagai Yang Kudus untuk melawan setiap pelanggaran akan kekudusan-Nya. Dia memelihara pemerintahan secara moral di  dunia ini dengan memberikan upah kepada yang taat dan menghukum  kepada yang tidak taat (Mzm 99:4; Yes 33:22; Rom  1:32).  Keadilan-Nya yang memanifestasikan kebenaran-Nya dengan memberikan upah kepada kita disebut keadilan yang menguntungkan (remunerative  justice), atribut ini  menyingkapkan  kasih-Nya;  sementara kepada   yang memberikan hukuman yang setimpal kita sebut sebagai retributive justice, atribut ini menyingkapkan murka-Nya.

g. Ketepatan/kebenaran Allah (veracity)

      Hal  ini menjelaskan bahwa Ia benar pada: diri-Nya  sendiri, pengwahyuan-Nya, dan relasi-Nya dengan umat-Nya. Ia adalah  Allah yang benar yang senantiasa melawan berhala-berhala,  mengetahui mereka sebagaimana adanya dan Dia setia dalam menggenapkan janji-janji-Nya. Dan ini biasanya kita sebut dengan  kesetiaan  Allah (Bil 23:19; 1 Kor 1:9; 2 Tim 2:13; Ibr 10:23).

h. Kedaulatan Allah

      Ada dua konsep mengenai kedaulatan Allah ini, yaitu:

i. Kehendak-Nya yang berdaulat

    Dinyatakan  sebagai  penyebab akhir dari segala  sesuatu  (Ef 4:11; Wah 4:11). Ulangan 29:29  menjadi basis  untuk  membedakan antara kehendak Allah yang rahasia, dan yang disingkapkan. Yang pertama adalah kehendak dari dekrit Allah yang tersembunyi dalam Allah dan  dapat diketahui hanya dari efeknya  saja, dan  yang kemudian adalah kehendak dari peraturan-Nya  yang disingkapkan dalam Torat dan Injil-Nya (Ay 11:10; 33:13; Maz 115:3; Ams 21:1;  Mat  20:15 ; Rom 9:15-18; Wah 4:11). Perbuatan manusia  yang berdosa  juga di bawah kontrol dari kehendak-Nya  yang  berdaulat (Kej 50:20; Kis 2:23).

ii. Kekuasaan-Nya yang berdaulat

      Kuasa untuk menjalankan kehendak-Nya disebut kemahakuasaan-Nya(omnipotencce).  Atribut  ini  bukan  berarti Allah   dapat mengerjakan segala sesuatu, kenapa? Karena Allah  tidak  dapat berbohong, berdosa dan menyangkal diri-Nya sendiri (Bil 23:19; 1 Sam 15:29; 2 Tim 2:13; Ibr 6:18; Yak 1:13,17).  Atribut  ini berarti apa yang telah diputuskan-Nya Ia dapat selesaikan, bahkan lebih  dari itu  (Kej 18:14; Yer 32:27; Zak  8:6; Mat  3:9; 26:53).

Bagian-bagian Alkitab Yang perlu Diingat

A. Atribut-atribut yang tidak dapat dikomunikasikan :

   1. Independence : Yoh 5:26

   2. Immutability : Mal 3:6; Yak 1:17

   3. Eternity     : Maz 90:2; 102:27

   4. Omnipresence : Maz 139:7-10; Yer 23:23,24

B. Atribut-atribut yang dapat dikomunikasikan :

   1. Omniscience : Yoh 21:17b; Ibr 4:13

   2. Wisdom      : Maz 104:24; Dan 2:20,21b

   3. Goodness    : Maz 86:5; 118:29

   4. Love        : Yoh 3:16; 1 Yoh 4:6

   5. Grace       : Neh 9:17; Rom 3:24

   6. Mercy       : Rom 9:18; Ef 2:4,5

   7. Longsuffering or forbearance : Bil 44:18; Rom 2:4

   8. Holiness    : Kel 15:11

   9. Righteouness or Justice : Maz 89:14; 145:17;

      1 Pet 1:17

  10. Veraccity or Faitfulness : Bil 23:19; II Tim 2:13

  11. Sovereignty : Ef 1:11; Wah 4:11

  12. Secret and Revealed will : Ul 29:29

  13. Omnipotence : Ay 42:2; Mat 19:26; Luk 1:37  

Jaminan Keselamatan dalam Perspektif Allah Tritunggal (STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020)

STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020

Pdt. Tumpal H. Hutahaean, M.Th.

20 Juni 2020: Jaminan Keselamatan dalam Perspektif Allah Tritunggal

Kita akan membahas tentang jaminan keselamatan dalam perspektif Allah Tritunggal. Bagian Alkitab yang akan kita lihat adalah Yohanes 10:28-30, Roma 8:28-30, Efesus 2:6-8, Yohanes 5:24, 2 Korintus 1:21-22.

PENDAHULUAN

Seseorang yang sudah percaya kepada Kristus melalui ujian waktu karena dosa, penderitaan, kesulitan hidup, kenikmatan hidup dan pikiran, akhirnya murtad. Benarkah pernyataan di atas? Jika keselamatan tidak dapat hilang (sekali selamat tetap selamat), maka bagaimana dengan seseorang yang katanya orang Kristen tetapi sikap hidupnya mau bebas atau tidak taat pada perintah Alkitab? Di sini kita melihat dua macam esktrem. Dan jika keselamatan bisa hilang, bagaimana dengan damai sejahtera yang ia miliki dari Kristus? Apakah hal ini akan membuat ia selalu khawatir akan kehilangan keselamatannya? Alkitab berkata bahwa ketika kita percaya, maka damai Kristus akan memenuhi hati kita dan kita akan dimeteraikan oleh Roh Kudus.

PEMBAHASAN

1) Mengapa iman percaya kita kepada Tuhan Yesus perlu dijamin oleh Allah Tritunggal?

Dunia ini selalu berubah dan manusia harus terus menyesuaikan diri. Di tengah segala perubahan ini kita membutuhkan jaminan. Jaminan yang Tuhan berikan itu tidak mungkin gagal dan sempurna. Alkitab menyatakan bahwa Allah Tritunggal sendiri yang menjamin kita. Ketiga Pribadi ini sempurna. Apapun yang dikerjakan Allah Tritunggal selalu tergenapi. Keselamatan bukanlah karena kekuatan diri kita tetapi karena anugerah Tuhan. Ini karena manusia itu lemah dalam keinginannya (Yudas 1:24). Kristus sudah mematikan potensi dosa dalam diri kita, namun dosa itu masih hadir dalam dunia secara kuat. Di sini kita membutuhkan firman yang senantiasa memenuhi hidup kita. Keselamatan kita tidak hilang karena ada kuasa atau perlindungan Tuhan. Allah Tritunggal berkuasa menopang kita sehingga kita tidak jatuh karena dosa dan keinginan kita. Kita percaya bahwa Allah Roh Kudus akan menegur, menyucikan, dan membarui hati kita. Ada program Tuhan di mana ketika kita mati maka kita pasti mati di dalam Tuhan, bukan dosa. Kita sudah mati terhadap dosa-dosa kita. Kita akan menjadi orang-orang yang memenuhi standar keselamatan karena Allah Tritunggal menopang dan memelihara kita. Kita lemah dalam keinginan kita, namun kita menjadi kuat di dalam Tuhan. Kita bisa menjadi pemenang ketika iman mengarahkan kita kepada salib Kristus.

Iman percaya kita perlu dijamin oleh Allah Tritunggal karena manusia lemah dalam usahanya (bandingkan dengan Roma 8:28-30). Manusia dalam setiap kekuatan dan kekayaannya bisa gagal. Apa yang manusia rancang, yang kelihatan baik, ujungnya bisa menuju maut. Tuhan memiliki program yang baik untuk memproses kita sehingga kita menjadi serupa dengan gambar allah. Itu adalah belas kasihan Tuhan bagi kita yang memang lemah. Kesucian dan kesalehan kita merupakan anugerah Tuhan. Saat Ayub dicobai oleh Setan, ia kehilangan anak-anak dan hartanya. Kemudian Ayub juga kehilangan kesehatannya. Pada tahap awal, Ayub terlihat begitu kuat, namun setelah berdiskusi dengan teman-temannya, kita tahu bahwa Ayub menyesali hari kelahirannya. Jadi sesaleh-salehnya Ayub, ia tetap gagal. Kita tidak akan menemukan titik temu dalam hati kita ketika kita masih mengandalkan kekuatan diri. Ayub diizinkan mengalami pergumulan demi pergumulan sampai dia menemukan titik itu. Setelah itu ia mengalami pemulihan dari Tuhan. Kita bisa saja bukan terhilang tetapi diizinkan mengalami pergumulan sehingga kita memohon belas kasihan Tuhan. Di sana kita harus rendah hati. Jadi segala usaha kita jika tidak dikaitkan dengan Firman Tuhan dan kehendak Tuhan, maka pasti menjadi gagal. Program kita bisa gagal, namun program Tuhan tidak mungkin gagal. Yakobus menulis: Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: “Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung”, sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap (Yakobus 4:13-14). Manusia tidak bisa menjamin apapun, namun Tuhan memegang semua jaminan. Manusia yang lemah tidak bisa menjamin diri sendiri yang lemah.

2) Jaminan keselamatan dari Allah Bapa

Apa kata Alkitab tentang jaminan keselamatan dari Allah Tritunggal? Pertama-tama kita akan membahas jaminan keselamatan dari Allah Bapa. i) Jaminan dari rencana dan program kekal-Nya (Roma 8:28-30; Efesus 1:3-11, 2:7). Allah Tritunggal memprogram seluruh kehidupan kita dan dunia di dalam nilai kesempurnaan. Allah menciptakan kita baik adanya dan memberikan kita kebebasan. Namun manusia jatuh dalam kebebasan. Apakah ini berarti Allah telah gagal? Tuhan sebenarnya sudah tahu dan Tuhan sudah menyiapkan solusi agar manusia bisa diselamatkan oleh Tuhan Yesus Kristus dan kembali ke dalam program Tuhan sehingga tujuan Tuhan itu tercapai. Setan mau mengagalkan semua rencana Allah, namun rencana Allah tidak mungkin bisa digagalkan. ii) Jaminan dari kuasa-Nya (Yohanes 10:29; Roma 4:21, 8:31-39, 14:4; 1 Korintus 1:8-9; Efesus 3:20; Filipi 1:6; 2 Timotius 1:12, 4:18; Ibrani 7:25; 1 Petrus 1:5; Yudas 24). Apapun yang diberikan Allah Bapa kepada Kristus tidak bisa direbut oleh siapapun juga. Di dalam Kristus kita menjadi ciptaan baru dan mendapatkan keselamatan. Keselamatan itu ditopang oleh Allah. Keamanan dari manusia, sehebat apapun, bisa gagal, namun Allah yang sempurna tidak bisa gagal. Maka dari itu keselamatan kita bersifat kekal.

iii) Jaminan dari kasih-Nya (Roma 5:7-11, 8:31-33). Kita diselamatkan dalam nilai anugerah Tuhan. Kasih Tuhan tidak pernah berubah. Kasih-Nya adalah kasih yang aktif. Kasih itu melengkapi, mengingatkan, dan mengarahkan kita melewati setiap tantangan dan kesulitan sehingga kita tidak terjatuh dalam dosa. Kita bisa terjatuh secara praktis, namun secara esensi iman kita tidak mungkin jatuh. Ketika kita kembali kepada Dia, kasih-Nya itu tidak pernah berubah. Kasih-Nya tidak pernah habis untuk diberikan kepada kita. iv) Jaminan dari kesetiaan-Nya memurnikan kita yang adalah milik-Nya (Ibrani 12:1-11). Allah Bapa akan membentuk kita menjadi anak-anak yang kuat dan berkualitas, bukan gampangan atau murahan. Ia akan mendisiplin kita dan tidak akan segan memukul kita jika kita melenceng. Kita bisa kembali menikmati kebebasan kita namun Allah Bapa akan membawa kita kembali ke jalan-Nya. Ia bisa menghajar hati nurani kita, damai sejahtera kita, dan ketenangan kita jika kita tidak bertobat. Ini semua agar kita menghasilkan buah kebenaran, buah sukacita, dan buah damai sejahtera. Allah Bapa akan senantiasa memerhatikan kita dan membawa kita ke jalur yang benar.

v) Jaminan dari janji-Nya untuk memelihara kita. Perjanjian ini tidak dapat dirusak apalagi ditiadakan oleh kegagalan manusia. Dengan demikian Allah menjanjikan hidup yang kekal (Yohanes 3:15-16, 1 Timotius 1:16, bandingkan dengan Yeremia 31:35-40). Tuhan selalu memberikan pembaruan sehingga kita selalu menjadi baru di dalam Tuhan. Firman Tuhan mengarahkan kita untuk selalu menikmati Dia yang selalu memberikan solusi bagi kita. Jaminan Allah itu manis, pasti, dan kekal. Dengan jaminan tersebut kegagalan umat-Nya melakukan tugasnya tidaklah menjadi masalah bagi Allah. Ia berkuasa menggenapkan tujuan rencana-Nya bagi kita (2 Timotius 1:12, Yudas 24, Yohanes 10:28-29, Filipi 1:6). Tak ada kuasa atau makhluk yang bisa menghalangi atau menyebabkan-Nya gagal (Yesaya 46:10). Setelah menjadi anak Tuhan, Tuhan mau kita memakai kebebasan kita dengan tanggung jawab. Kejatuhan kita tidak akan membuat iman kita menjadi hilang. Allah bisa memanggil kita kembali kepada-Nya. Tidak ada kuasa yang bisa menghalangi kita untuk kembali kepada Allah.

3) Jaminan keselamatan dari Allah Anak

i) Jaminan dari janji-janji-Nya (Yohanes 5:24, 6:37, 27-28). Allah Anak juga memberikan janji. Ia memberikan janji kesatuan dalam Kristus. Janji-Nya itu akan memenuhi kita dan tidak akan berubah. Kita sebagai manusia bisa berubah. Jika perubahan itu membawa kita semakin dekat dengan dunia, maka Tuhan akan menarik kita kembali. Tuhan akan memberikan batasan sehingga kita tidak pergi terlalu jauh. Ketika kita berada dalam jalur yang memuliakan-Nya, maka Ia akan memberikan kebebasan kepada kita. Jadi pada akhirnya hidup kita dibawa untuk memuliakan Tuhan. ii) Jaminan dari doa-Nya (Yohanes 17:9-12, 15, 20). Ada doa-doa yang Tuhan Yesus naikkan kepada Allah Bapa supaya kita senantiasa berada di dalam Dia. Doa-Nya adalah agar iman kita mencapai kedewasaan di dalam Dia. Allah Anak adalah Pendoa syafaat kita. Ia adalah raja, imam, dan nabi. iii) Jaminan dari kematian-Nya (Yesaya 53:5, 11; Matius 26:28; Yohanes 19:30). Kematian Kristus adalah kematian yang mengubah kita. Kematian-Nya memberikan kita kuasa untuk lepas dari dosa. Kematian-Nya merupakan program Allah untuk menebus kita. iv) Jaminan dari kebangkitan-Nya (Roma 6:3-10, Kolose 2:12-15). Kebangkitan Kristus memberikan suatu kepastian bahwa pengharapan dan iman kita itu pasti di dalam Dia. Kebangkitan-Nya membuktikan kemenangan-Nya atas kematian dan kuasa Iblis.

v) Jaminan dari pekerjaan-Nya pada masa kini. Ia terus bekerja bagi kita. Ia melakukan pekerjaan sebagai Pembela bagi kita (1 Yohanes 2:1). Ketika Setan menuduh kita sehingga kita terus merasakan ketakutan dan tidak memiliki damai sejahtera, maka kita tidak akan bisa hidup dalam kesucian dan sukacita Tuhan. Namun Tuhan akan membela kita. Yesus dalam keadilan-Nya akan terus bekerja dalam kehidupan kita supaya kita tidak terjatuh. Ia juga melakukan pekerjaan sebagai Juru-syafaat bagi kita (Ibrani 7:25). Ini agar kita bisa terus menjadi anak-anak-Nya yang benar dan suci. Ia memerhatikan setiap momen dalam hidup kita. Ketika kita taat, maka Allah akan senang. Ketika kita berdosa, maka Allah akan bersedih. Roma 5:10 Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya! Ayat ini menyatakan jaminan. Damai dalam keselamatan itu pasti akan diberikan kepada kita dan damai itu tetap selama-lamanya. Jika keselamatan itu bisa hilang, maka kita tidak mungkin memiliki damai itu senantiasa. Kita diberikan damai dengan Allah dan sesama serta kita dijadikan pembawa damai. Damai itu tidak akan bisa dikalahkan oleh kenikmatan dan kepuasan dunia.

4) Jaminan keselamatan dari Allah Roh Kudus

i) Ia melahirbarukan orang percaya (Yohanes 3:3-7, Titus 3:5, Yakobus 1:18, 1 Petrus 1:23). Itu berarti orang Kristen memiliki tabiat yang baru untuk rindu melakukan perkara-perkara Allah. Kita diberikan satu pola pikir, afeksi, dan tingkah laku yang baru. Orang yang mengaku Kristen namun tidak mengalami pembaruan ini bisa dikatakan belum sungguh-sungguh mengalami kelahiran baru yang sejati. ii) Ia membaptiskan orang percaya ke dalam tubuh Kristus (Roma 6:3-4, 1 Korintus 12:13, Galatia 3:27, Efesus 4:4-5, Kolose 2:12). Semua anggota dalam tubuh Kristus memiliki relasi, ikatan, dan kebersamaan untuk berjalan dalam kehendak Tuhan. Kita akan mendapatkan sukacita sebagai bagian dari tubuh Kristus. Setiap anggota akan digairahkan untuk melakukan kehendak Allah dalam nilai kerajaan-Nya. Ia tidak akan membiarkan kita terlepas dari ikatan tubuh Kristus. Sebagai orang percaya kita hidup sebagai satu-kesatuan dengan tubuh Kristus. Kalau kita menolak untuk terhisap dalam tubuh Kristus, maka kita sedang mendukakan hati Roh Kudus. Allah Roh Kudus akan menyucikan bakat kita sehingga itu dipakai untuk pekerjaan Tuhan. Tubuh Kristus itu memiliki Kepala yaitu Kristus sendiri yang memimpin kita. Orang percaya bisa mengalami kemunduran karena kesulitan atau situasi, namun ia tidak akan terlepas dari tubuh Kristus. Jika kita mengalami kemunduran rohani, maka kita harus kembali kepada Tuhan supaya kita memperoleh kemenangan iman. Masa pandemi ini tidak boleh kita biarkan menjadi penghalang untuk melayani Tuhan.

iii) Ia tinggal di dalam orang percaya (Yohanes 7:37-39, 14:16; Roma 8:9; 1 Korintus 2:12, 3:16, 6:19; 1 Yohanes 3:24). Allah Roh Kudus tinggal di dalam kita dan tidak akan pernah meninggalkan kita. Ia tidak akan membiarkan kita tidur dalam dosa. iv) Ia memeteraikan orang percaya (2 Korintus 1:22, 5:5; Efesus 1:13-14, 4:30). Meterai itu menyatakan bahwa keselamatan itu sah dan legal serta tidak bisa digugat dan diubah. Kita menjadi milik-Nya dengan kepastian yang teguh. Demikianlah kita melihat bahwa jaminan keselamatan adalah pekerjaan Allah Tritunggal sendiri. Namun demikian orang percaya tetap mempunyai tanggung jawab untuk bertekun dalam iman keselamatannya (1 Petrus 1:5). Tetapi ketekunan ini bukanlah prestasi kita melainkan pemberian Allah juga (Filipi 2:12-13). Tanggung jawab rohani kita menyatakan bahwa kita sungguh-sungguh adalah anak-anak Tuhan yang sejati. Keselamatan seseorang bisa dinilai atau diuji dari aspek tanggung jawab rohani, disiplin rohani, dan target rohani. Allah Roh Kudus akan mendorong kita untuk memiliki ini semua. Ketika kita bisa melakukan ini semua, itupun adalah anugerah Tuhan.

5) Argumen terhadap pandangan Arminian

  1. Melalui uraian tentang jaminan keselamatan di atas, sudah jelas bahwa orang yang tidak bertekun dalam keselamatannya, bukannya hilang keselamatannya? Melainkan memang ia tidak mengalami pengalaman pertobatan yang sejati, dengan kata lain dari mulanya ia tidak memiliki iman yang menyelamatkan (baca Kolose 1:21-23; Ibrani 3:6). Orang yang sungguh-sungguh tinggal di dalam Kristus akan mencapai garis akhir dalam pelayanannya. Jadi ini bergantung pada sampai sejauh mana kita mau dipenuhi oleh Kristus. Kita adalah bait Roh Kudus dan anggota tubuh Kristus. Ia tidak akan meninggalkan kita melainkan selalu menopang kita. Keselamatan itu dikerjakan oleh Allah Tritunggal dalam hidup kita. Oleh karena itu pengharapan kita berada dalam Tuhan. Pengharapan itu menghasilkan perjuangan dalam hidup kita.
  2. Konsep tentang sekali selamat untuk selamanya selamat akan membuat orang Kristen dapat dengan bebas berbuat dosa atau berkubang di dalam dosa. Keberatan ini tidak perlu terjadi karena ajaran Alkitab sama sekali tidak memberikan izin untuk orang percaya semaunya berbuat dosa atau bermain-main dengan dosa. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa kita yang sudah hidup di dalam Kristus tidak lagi berbuat dosa (1 Yohanes 2:1). Allah mengimbangi ajaran ini dengan hukuman (1 Korintus 11:30-32) dan ganjaran yang tidak menguntungkan (2 Korintus 5:10, 1 Korintus 3:15, Kolose 3:25). Allah akan menegur hati nurani kita ketika kita berdosa. Kita akan dibawa kembali ke dalam kesucian sehingga hidup kita menjadi kudus. Orang percaya tidak bisa terus menerus mempermainkan kesucian Tuhan karena Tuhan tidak akan tinggal diam. Ia akan memberikan disiplin rohani sehingga anak-anak-Nya kembali ke jalan yang benar. Tuhan akan menghentikan orang-orang percaya yang terus menerus menjadi batu sandungan bagi orang lain.

6) Tinjauan hermeneutik tentang 100 ayat dari pandangan Arminian

i) Ayat-ayat di bawah ini berkenaan dengan guru palsu: Matius 7:15-23, 24:11; 2 Korintus 11:13-15, 1 Timotius 4:1; 2 Petrus 2:1-22, 3:16-17; 1 Yohanes 2:9; 2 Yohanes 1:7, Yudas 4, 10-16; Wahyu 22:18-19. Dalam zaman ini pun para guru palsu masih ada. Ini tidak akan berakhir sampai akhir zaman.

ii) Ayat-ayat ini berkenaan dengan tindakan pertobatan: Matius 10:32-33; Yohanes 8:51; 1 Korintus 15:1-2; 2 Korintus 13:5; Kolose 1:23; Ibrani 2:1-4, 12:25, 12:29; Yakobus 2:14-26; 1 Yohanes 3:6, 8-9, 5:18; 2 Yohanes 1:9. Orang-orang yang sudah sungguh-sungguh bertobat akan menyatakan tindakan pertobatan.

iii) Ayat-ayat ini berkenaan dengan pahala Kristen: 1 Korintus 3:11-15; 2 Korintus 5:9-10; Galatia 6:9; Kolose 3:24-25; 2 Timotius 2:12; Yakobus 1:12; 2 Yohanes 1:18; Wahyu 2:7, 11, 17, 26, 3:5, 12, 21. Orang percaya bisa melakukan pelayanan dengan cara atau motivasi yang salah. Ketika diuji dengan api, ternyata pelayanannya bisa terbakar habis karena tidak tahan uji. Namun itu bukan berarti bahwa orang itu tidak diselamatkan.

iv) Ayat-ayat ini berkenaan dengan kehilangan perkenanan Allah: 1 Korintus 9:27, 10:5; Ibrani 3:11-19, 4:1-16, 12:14-15. Orang itu tidak kehilangan keselamatan tetapi kehilangan perkenanan Tuhan. Itu bisa terjadi karena hidupnya masih mengandung kelemahan emosi dan dosa tertentu.

v) Ayat-ayat ini berkenaan dengan hajaran Allah: Roma 14:23; 1 Korintus 11:29.

vi) Ayat-ayat ini berkenaan dengan hidup berbuah, kesaksian, dan kedewasaan orang Kristen: Matius 5:13, 1 Yohanes 2:24. Orang Kristen pasti berbuah dalam hidupnya. Ia pasti menjadi kesaksian hidup. Kedewasaannya dalam Kristus akan tampak nyata. Orang yang sementara waktu belum berbuah, belum tampak kesaksiannya, atau belum tampak kedewasaannya, tidak berarti telah kehilangan keselamatannya.

vii) Ayat-ayat ini berkenaan dengan orang-orang percaya yang dipengaruhi oleh ajaran palsu: 2 Korintus 11:2-4; Galatia 5:4; Kolose 2:4, 8, 18; 1 Tesalonika 3:5; 1 Timotius 1:6, 19-20, 6:20-21; 2 Timotius 2:18, 26. Mungkin saja ada orang-orang Kristen sejati yang masih berada dalam Gereja-Gereja yang sesat atau yang saat ini masih tersesat dalam ajaran filsafat dunia. Namun keselamatan mereka tidak hilang.

viii) Ayat-ayat ini berkenaan dengan dosa yang membawa kepada kematian: Kisah Para Rasul 5:1-11, Roma 6:16, 8:13; 1 Korintus 5:5, 11:30; Ibrani 6:4-20, 10:26; Yakobus 1:13-15, 5:19-20; 1 Yohanes 5:16. Orang Kristen sejati bisa dimatikan oleh Tuhan ketika hidupnya telah menjadi batu sandungan. Namun keselamatan orang itu tidak hilang.

ix) Ayat-ayat ini berkenaan dengan dosa yang tidak terampunkan: Matius 12:31-32. Orang yang seperti ini memang dari awal mulanya tidak sungguh-sungguh percaya.

x) Ayat-ayat ini berkenaan dengan bangsa Israel dan masa kesesakan: Matius 22:1-13, 24:13, 24:45-51, 25:1-30; Lukas 13:23-30.

xi) Ayat-ayat ini berkenaan dengan bangsa kafir: Roma 11:13-24, khususnya ayat 21 dan 22. Jadi mereka memang bukan kaum percaya tetapi orang-orang kafir.

xii) Ayat-ayat ini berkenaan dengan kesaksian Gereja setempat: Wahyu 3, khususnya 3:2, 3, 15, 16; 2:4-5. Tuhan pada zaman akhir pun terus mengingatkan Gereja-Nya agar menjadi Gereja yang suci yang memuliakan Tuhan.

xiii) Ayat-ayat ini berkenaan dengan yang setuju hanya dengan kepala tetapi tidak dengan hati: Matius 13:1-8, 18-23; Lukas 11:24-28; Yohanes 6:66. Tuhan mau hati kita mengikut hati-Nya.

xiv) Ayat-ayat ini berkenaan dengan penghancuran Yerusalem oleh Nebukadnezar: Yehezkiel 3:18-21, 33:8.

xv) Ayat-ayat ini berkenaan dengan persoalan-persoalan tertentu seperti pengampunan Kristen: Matius 18:23-35. Ini tidak berarti kita tidak diselamatkan karena pengampunan kita habis.

xvi) Ayat-ayat ini berkenaan dengan orang-orang tertentu:

  1. Esau (Ibrani 12:16-17). Kisah ini menunjukkan pada kisah dalam Kejadian 25:27-34, 27:1-46. Ayat-ayat ini berkenaan dengan hak dan berkat kesulungan, sama sekali tidak berkenaan dengan doktrin keselamatan. Tak ada bukti dalam Alkitab jika Esau adalah orang yang pernah diselamatkan.
  2. Bileam (Bilangan 22-24). Bileam adalah seorang nabi sewaan yang cuma menjadi nabi penjaja karunia yang ia miliki. Ia adalah nabi yang bisa dibeli dengan uang. Tiga bagian Perjanjian Baru menyatakan dengan jelas bahwa ia tidak pernah diselamatkan (2 Petrus 2:15, Yudas 11, Wahyu 2:14).
  3. Saul. Apakah raja pertama Israel ini adalah orang yang diselamatkan? Ada yang mengatakan bahwa Saul adalah orang yang diselamatkan berdasarkan: 1 Samuel 11:6, 12:13, 14:35, 15:30-31. Tetapi jika kita meneliti dengan lebih saksama tampaklah bahwa Saul belum pernah memiliki keselamatan itu: 1 Samuel 13:13-14; 14:37, 44; 15:22-23; 16:14; 18:10-12; 20:30-33; 22:17; 28:6, 16.
  4. Yudas. Yudas adalah seorang pengkhianat yang paling terkenal di dunia. Apakah ia diselamatkan? Alkitab menjawab dengan tegas tidak. Lihat Lukas 22:3, 22; Yohanes 6:70-71, 12:4-6, 13:27.
  5. Simon (Kisah Para Rasul 8:5-25). Dalam Yohanes 2:23-25 dicatat ada banyak orang yang mau percaya kepada Tuhan Yesus karena melihat tanda-tanda yang diadakan-Nya, tetapi Yesus sendiri tidak memercayakan diri-Nya karena Ia tahu apa yang ada di dalam hati mereka. Orang-orang ini tertarik pada mukjizat, tetapi tuli terhadap berita-Nya. Sama halnya dengan Kisah Para Rasul 8. Meskipun Simon percaya (mungkin berdasarkan mukjizat Filipus – Kisah Para Rasul 8:6), dan sudah dibaptis (Kisah Para Rasul 8:13) tetapi tidak ada petunjuk bahwa ia bertobat dan diselamatkan (secara khusus lihat ayat 20-23). Kita percaya kepada Tuhan dengan dasar Firman Tuhan, bukan dasar mukjizat.
  6. Anak yang hilang (Lukas 15:11-32). Apa maksud Yesus dengan perumpamaan ini? Maksud Yesus adalah menekankan sukacita di surga jika seorang di bumi bertobat. Hal ini tampak dalam ayat 7, 10, 32. Apakah kisah pertobatan di sini adalah kisah orang yang terhilang kemudian ia datang dan diselamatkan ataukah ia orang yang sudah diselamatkan namun kemudian jatuh dan akhirnya dipulihkan kembali? Anakbungsu dan sulung itu memang dari awal tidak mengenal bapanya. Anak bungsu itu kembali karena menyadari dosanya dan mau memohon pengampunan dari bapanya. Namun anak sulung itu sama sekali tidak mau menerima adiknya yang kembali.
  7. Demas (2 Timotius 4:10). Ayat ini merupakan ayat yang sedih di mana Paulus tuliskan mengenai rekannya. Kita sebelumnya sudah membaca mengenai persekutuannya dengan rasul Paulus dan Lukas (Kolose 4:12). Apa yang terjadi di sini tampaknya sama dengan apa yang pernah dilakukan oleh Markus dalam Kisah Para Rasul 13:13. Demikianlah Demas meninggalkan Paulus pada saat ia sangat membutuhkannya. Markus sendiri akhirnya kembali (2 Timotius 4:11). Mungkin Demas pun akhirnya demikian jika saja kita mempunyai informasi yang lebih lanjut mengenai dirinya. Melalui kisah ini kita tidak bisa berkesimpulan bahwa keselamatan bisa hilang.

xvii) Ayat-ayat ini berkenaan dengan kitab kehidupan: Keluaran 32:32-33; Mazmur 69:28; Daniel 12:21; Filipi 4:3; Wahyu 3:5, 13:8, 17:8, 20:12, 21:27, 22:19; Lukas 10:20; Roma 9:3.

  1. Kitab kehidupan fisik (Keluaran 32:30-32). Musa di sini menjadikan dirinya sebagai korban pengganti secara fisik bagi bangsa Israel yang telah membuat Allah sangat murka karena dosa menyembah anak lembu emas. ‘Biarlah mereka dihapuskan dari kitab kehidupan, janganlah mereka tercatat bersama-sama dengan orang-orang yang benar’ (Mazmur 69:29). Daud dengan jelas dalam Mazmur di atas menunjuk kepada kematian fisik musuh-musuhnya. Jadi bagian ini bukan mau menyatakan bahwa keselamatan bisa ditawar atau diberikan kepada orang lain.
  2. Kitab kehidupan kekal (Lukas 10:20 – Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di surga). Demikianlah akhirnya dapat kita simpulkan bahwa keselamatan yang Allah berikan kekal adanya. Sekali diselamatkan tetap diselamatkan.

KESIMPULAN

Jaminan keselamatan hanya berdasarkan kasih Allah. Keselamatan bukanlah karena usaha atau perbuatan kita. Janji Allah Bapa itu pasti dan tidak mungkin bisa gagal. Yesus telah menggenapkan keselamatan dan kita sudah dibayar lunas oleh Dia. Kita dimeteraikan oleh Allah Roh Kudus sehingga kita menjadi milik Tuhan. Allah Tritunggal mengerjakan seluruh keselamatan itu dengan sempurna dan kekal.

Q & A.

Q. Apakah tubuh Kristus ditetapkan di dalam kekekalan?

A. Anggota tubuh Kristus ditetapkan di dalam kekekalan. Gereja didirikan oleh Kristus sendiri. Seluruh program Tuhan berkenaan dengan Gereja-Nya sudah ditetapkan dalam kekekalan.

Q. Istilah dihisap ke dalam tubuh Kristus apakah ada di dalam Alkitab?

A. Ini maksudnya adalah kita akan terlibat dalam tubuh Kristus. Surat Efesus menyatakan bahwa kita dipilih, dimeteraikan, dan dipersatukan dalam Kristus. Jadi tidak ada lagi tembok pemisah. Kita sudah terhisap dalam nilai kesatuan dengan Kristus dan di dalam Kristus. Kita bersatu dalam kebenaran dan terang Tuhan. Maka dari itu tidak ada lagi pembedaan dalam Gereja berdasarkan suku, uang, dan lainnya.

Q. Kita dapat mencapai target rohani dalam kehidupan. Target siapakah itu? Jika target Allah, maka bagaimana kita dapat menggenapkan hal itu?

A. Kita memiliki target ketaatan dalam hal praktis seperti membaca Alkitab, menghidupi Alkitab, melakukan penginjilan, memberikan persembahan, dan lainnya. Semua target itu tercatat dalam Alkitab. Kita akan dimampukan untuk menggenapkan semua itu. Gereja yang sehat akan mengerjakan visi-misi yang benar. Itu harus kita dukung. Jadi target rohani itu tidak hanya bersifat pribadi tetapi juga bersifat komunal.

Q. Apakah artinya seseorang dilahirkan dari rahim orang Kristen? Apakah ini termasuk dalam rencana keselamatan setiap orang atau tanda orang pilihan? Mengapa meskipun dilahirkan dalam rahim Kristen seseorang bisa murtad? Padahal Allah sudah punya rencana untuk setiap orang sejak dalam kandungan.

A. Pilihan itu bersifat rohaniah, bukan alamiah atau fisik. Jadi terlahir dalam keluarga Kristen tidak menjadi jaminan seseorang pasti diselamatkan. Keselamatan itu bersifat pribadi, bukan karena mengikuti keluarga. Allah sudah memilih suatu umat bagi-Nya dari sejak kekekalan.

(Transkrip ini belum diperiksa oleh pengajar – TS)

Ujian Keselamatan dan Keyakinan Keselamatan (STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020)

STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020

Pdt. Tumpal H. Hutahaean, M.Th.

13 Juni 2020: Ujian Keselamatan dan Keyakinan Keselamatan

PENDAHULUAN

             Kita akan membahas tentang ujian keselamatan dan keyakinan keselamatan. Kita akan melihat dari 1 Yohanes 5:13-14 dan 2 Korintus 13:5. Salah satu kebutuhan jiwa kita adalah adanya kepastian dan jaminan hidup. Dalam hal apapun kita membutuhkan kepastian dan jaminan. Apakah ada perbedaan antara kepastian (certainty) dengan jaminan (guarantee) keselamatan? Pasti ada. Mengapa ada orang yang sudah percaya kepada Kristus tetapi belum pasti atau tidak Yesus yakin akan keselamatannya? Ada orang-orang yang sudah bertobat namun karena pergumulan tertentu akhirnya mereka ragu akan keselamatan mereka. Mengapa ada orang Kristen yang yakin akan keselamatannya walaupun dasar percayanya karena rasio dan perasaan diri sendiri? Apakah orang-orang seperti ini diselamatkan atau tidak? Sampai sejauh mana pentingnya ujian keselamatan dan keyakinan keselamatan? Ini sangat penting. Jika keselamatan kita tidak diuji, maka kita tidak bisa sungguh-sungguh tahu apakah kita ini anak-anak Tuhan atau bukan. Apakah keyakinan keselamatan berdasarkan kata Alkitab itu penting? Ini juga sangat penting. Ini agar kita bisa menghidupi kepastian keselamatan kita dengan damai sejahtera, bukan dengan ketakutan, kekhawatiran, atau keraguan. Jika semua ini beres, maka pertumbuhan kerohanian kita juga akan menjadi beres. Jika kerohanian kita beres, maka buah-buah keselamatan dan pelayanan kita juga beres. Namun jika itu tidak beres, maka itu akan mengganggu kerohanian, buah keselamatan, dan pelayanan kita.

PEMBAHASAN

1) Program Tuhan

            Alkitab menyatakan bahwa Tuhan memiliki program untuk menyelamatkan umat pilihan-Nya. Keselamatan itu bersifat pasti karena keselamatan itu dikerjakan oleh Allah sendiri. Tidak ada rekayasa atau sandiwara dalam keselamatan yang Allah kerjakan. Seluruh nubuat yang Allah berikan itu pasti dan tergenapi. Yesus hidup memenuhi semua tuntutan hukum Taurat dengan sempurna. Ketika Yesus mengajarkan, Ia mengajar dengan kuasa. Ia menjalankan kehendak Bapa dengan sempurna. Jadi semua itu pasti. Ini penting karena bisa menjadi suatu dorongan bagi kita untuk menghasilkan buah-buah iman. Kita diselamatkan bukan untuk kepentingan diri sendiri tetapi untuk Allah dan sesama kita. Orang yang tidak menghasilkan buah iman harus dipertanyakan keselamatannya. Penjahat di sebelah Yesus tidak memiliki kesempatan untuk menyatakan buah imannya selain pengakuannya akan siapa diri Yesus. Ia memercayakan dirinya kepada Tuhan dan Tuhan memberikan kepastian dan jaminan keselamatan kepadanya. Bagi kita yang masih memiliki waktu, kita harus menyatakan buah iman kita.

2) Program Setan

            Orang percaya bisa mengalami kemunduran iman. Ia sudah diselamatkan namun tidak tampak buah imannya dan mengalami kemunduran iman. Akhirnya Setan membuatnya meragukan keselamatannya. Keraguan itu merupakan kemunduran iman. Orang itu mungkin menjadi ragu karena terus jatuh-bangun dalam kerohanian dan terus bergumul dengan dosa tertentu. Ia menjadi depresi dan merasa tidak pasti atau bingung dengan keselamatannya. Ia kemudian bisa mempertanyakan apakah Tuhan sungguh hidup dalam dirinya. Orang yang terikat dengan pergumulan dan masalah tidak akan bisa mengalami kemenangan iman. Orang itu tidak akan bertumbuh dalam kerohanian dan pelayanan. Ini karena ia kalah terhadap penderitaan, pergumulan, dan tekanan. Ia tidak sungguh-sungguh bergantung pada Tuhan dan firman-Nya. Orang seperti ini akan sulit melayani karena untuk menghadapi diri sendiri saja sudah susah. Kita tidak menunggu sampai diri kita menjadi sempurna baru kemudian melayani. Minimal kita harus bertumbuh dalam kerohanian dan tanggung jawab. Tuhan tidak pernah menanamkan keraguan. Keraguan adalah pekerjaan Setan.

3) Tiga macam kepastian dan keyakinan keselamatan

            Macam pertama adalah orang yang percaya dan tahu atau yakin berdasarkan iman. Ini adalah tipe keselamatan yang objektif. Ia tahu bahwa imannya mengandung keselamatan dan hidupnya bertemakan melayani Tuhan. Macam kedua adalah orang yang percaya tahu atau yakin berdasarkan diri sendiri. Ia belum mengalami kelahiran baru dan perubahan hidup. Imannya hanya berdasarkan rasio dan perasaan. Jadi ia percaya karena kekuatan diri sendiri. Orang seperti ini belum diselamatkan. Jadi ini adalah tipe keselamatan yang relatif. Macam ketiga adalah orang yang percaya namun tidak tahu atau tidak yakin akan keselamatannya. Jadi ini tipe keselamatan yang subjektif. Ia sudah sungguh-sungguh mengalami keselamatan itu namun di dalam waktu ia menjadi ragu.

4) Jenis pertama: percaya dan tahu atau yakin memiliki hidup yang kekal berdasarkan iman

            Orang seperti ini memiliki A) kesaksian Roh Kudus (1 Yohanes 5:6b, 10 a). Roh Kudus tinggal dalam hati orang yang diselamatkan (1 Yohanes 3:24, 4:13; Roma 8:9) dan bersaksi. Roh Kudus menggarap hidup kita dalam kesucian dan membangun kepekaan kita terhadap dosa. Ia memampukan kita hidup dan berjalan dalam kebenaran. Ia melengkapi kita dalam pelayanan. Roh Kudus juga menolong kita dalam pengenalan kita akan Tuhan. Allah Roh Kudus menyucikan hati nurani kita sehingga kita tidak berani bermain-main dalam dosa. Kesaksian Roh Kudus paling diketahui oleh diri kita sendiri. Semua pekerjaan Roh Kudus dalam hidup kita adalah kesaksian Roh Kudus. Roh Kudus juga menjadi saksi bagi hubungan seseorang yang telah diselamatkan dengan Allah (Roma 8:16; Galatia 4:6). Ketika kita sadar bahwa kita adalah anak Tuhan, maka hati kita akan penuh damai dan sukacita. Kita memiliki kuasa sebagai anak-anak Allah.

            Orang seperti ini juga B) memiliki tanda-tanda hidup baru (1 Yohanes 5:11-12). Kita sudah bersatu dengan Kristus. Kita percaya akan inkarnasi dan karya keselamatan Tuhan Yesus Kristus serta penggenapan yang Allah Roh Kudus kerjakan dalam diri kita. Tanda pertama adalah kita mengalami pembaruan tabiat manusia batiniah kita (karakter rohani) – Yohanes 1:12; 2 Korintus 5:17; Kolose 3:9-10. Orang yang berada dalam Kristus akan berubah ke arah Kristus. Salah satu yang mengalami perubahan adalah karakter roh kita. Ada enam tanda hidup baru dalam Kristus yang menjadi tolok ukur untuk menguji keselamatan kita.

5) Tanda-tanda hidup baru

            a) Tanda persekutuan dengan Allah dan umat-Nya (1 Yohanes 1:3). Orang yang hidup baru punya kerinduan dan kenikmatan yang baru yaitu persekutuan dengan Tuhan dan tubuh Kristus. Mereka menjadi anggota keluarga Allah dan memiliki ikatan di sana. Dalam persekutuan fisik, kita melihat keindahan dalam berbagi misalnya pergumulan kita, iman kita, dan lainnya. Persekutuan tanpa membuka diri dan berbagi bukanlah persekutuan sesungguhnya. Orang yang belum diselamatkan tidak akan memiliki kerinduan untuk memiliki relasi dengan Tuhan dan sesama. Ia malah punya kecenderungan untuk memberontak terhadap Firman Tuhan dan Gereja (Yohanes 3:20; Yohanes 15:19; Roma 3:11, 18). Kita dipanggil ke luar dari dosa kepada terang. Itu adalah bukti bahwa kita sudah diselamatkan.

            b) Tanda ketaatan kepada Allah (1 Yohanes 2:3). Orang itu sungguh-sungguh mau taat kepada seluruh Firman Tuhan. Semua yang Alkitab tuntut harus kita kerjakan. Ia memiliki kerinduan untuk taat secara total. Respons kita terhadap Injil merupakan permulaan hidup ketaatan kita kepada Kristus (2 Korintus 5:15). Sebaliknya, orang di luar Kristus tidak pernah rela menaati Allah (Roma 3:12, 8:7-8; Efesus 2:2). Itu karena ia masih menjadi musuh Allah. Ia merasa tenang walaupun melawan Allah. Salah satu pekerjaan Roh Kudus adalah menggarap ketaatan kita. Ia menegur kita jika tidak taat. Ia memampukan kita untuk hidup dalam ketaatan total.

            c) Tanda melakukan kebenaran (1 Yohanes 2:29). Tujuan surat 1 Yohanes ditulis adalah supaya para pembacanya tahu bahwa mereka yang percaya sudah memiliki hidup kekal dalam Tuhan Yesus Kristus. Orang itu melakukan kebenaran yaitu melakukan kehendak Allah dalam kuasa-Nya (Ibrani 13:21; Filipi 1:11). Kita bukan mesin rohani dalam melakukan kebenaran. Kita diberikan kebebasan untuk melakukan tanggung jawab dalam segala aspek. Kita melakukan kebenaran bukan untuk menyatakan diri kita benar melainkan untuk menyatakan Tuhan. Kita bisa menghidupi kebenaran karena pertolongan Allah Roh Kudus karena kebenaran itu adalah milik Allah sendiri. Dengan dimilikinya Roh Kudus, orang percaya dimampukan untuk merindukan dan melakukan kehendak Allah ketika mereka menyerahkan diri dalam kontrol-Nya (Roma 8:4; Filipi 2:13, 4:13). Jika kita ingin dipakai oleh Tuhan, maka kita harus berserah kepada-Nya. Jadi ini bukan karena kehebatan kita. Sebaliknya, orang tidak percaya tidak pernah melakukan apa yang benar di hadapan Allah karena kerusakan status dan tidak adanya kasih dalam diri mereka (Roma 3:10, 12; 1 Yohanes 3:10). Dalam Gereja ada orang-orang seperti ini dalam izin Tuhan. Dalam Gereja pasti ada gandum dan lalang. Keberadaan orang-orang diizinkan untuk melatih iman kita. Mereka tidak menjadi murid kebenaran tetapi memanfaatkan kebenaran. Mereka bisa terlihat sibuk dalam pelayanan namun hati mereka tidak dibuka untuk Firman Tuhan.

            d) Tanda kasih kepada Allah (1 Yohanes 3:14). Ini adalah kasih Kristus yang mengalir dalam hati kita oleh karena pekerjaan Roh Kudus (Roma 5:5; Galatia 5:22). Orang yang mengasihi Allah akan memiliki kasih untuk mengasihi orang-orang berdosa. Orang itu akan terus rindu untuk melayani Tuhan dan mencapai kebaikan orang lain sekalipun ia harus mengorbankan dirinya (1 Yohanes 3:16-18). Mereka mau agar semua pelayanan bisa dikerjakan dengan baik dan sempurna. Kristus sudah berkorban untuk kita. Ia menjadi teladan bagi kita. Jadi pengorbanan adalah bagian dari karakter hidup Kristen. Jika mau berkorban dalam pelayanan namun tidak merasa berkorban, maka itu berarti karakter kita sudah dekat dengan karakter Kristus. Manifestasi kasih ini merupakan tanda sejati seorang murid Tuhan (Yohanes 13:34-35). Ketika kita mengasihi, kita tidak akan senang ketika melihat sesama kita terjatuh. Kita akan memiliki belas kasihan terhadap orang itu.  Dalam kasih itu tidak ada dendam, iri, dan benci. Semua itu bukanlah karakter anak Tuhan. Kita akan mau berkorban untuk orang itu untuk menyatakan kasih Tuhan. Sebaliknya, orang di luar Kristus tidak mengasihi umat Allah dengan cara sedemikian (Yohanes 15:17-19). Mereka juga tidak mengasihi Allah yang meminta ketaatan mereka (Yohanes 3:20, 14:15). Orang yang hitung-hitungan dalam pelayanan perlu dipertanyakan kasihnya. Semua yang Allah berikan adalah titipan Tuhan yang harus kita pakai untuk kemuliaan Tuhan.

            e) Tanda pengakuan akan Kristus (1 Yohanes 4:15). Orang yang diselamatkan sudah menerima kesaksian Allah tentang Anak-Nya serta dengan rela mengaku iman mereka terhadap kebenaran tersebut (1 Yohanes 5:6, 9:10). Sebaliknya, orang yang tidak percaya menolak kesaksian yang Allah berikan tentang Anak-Nya yaitu Kristus (1 Yohanes 4:1-3). Jadi orang yang tidak mengakui Tuhan Yesus Kristus perlu dipertanyakan keselamatannya. Kepastian dan keyakinan keselamatan itu sejalan dengan pengenalan akan Tuhan. Antikristus berasal dari Gereja itu sendiri. Mereka adalah titipan Setan. Mereka tampak seperti orang Kristen namun menyatakan iman yang menyeleweng.

            f) Tanda kerendahan hati di hadapan Tuhan. Orang percaya yang sejati tidak dapat tenang jika tidak mengakui adanya dosa dalam dirinya karena ada Roh Kudus yang selalu menegur hati nuraninya dan hal itu juga tidak cocok lagi dengan keberadaan dirinya yang baru dalam Kristus (Efesus 4:30; Roma 6:1-13, 14:17; Galatia 5:25). Yohanes menyatakan bahwa orang yang sudah percaya tidak akan menikmati dosa. Kalau kita masih menyimpan dan menikmati dosa, maka kita bukanlah anak-anak Tuhan. Anak-anak Tuhan tidak akan menyimpan dosa. Kita justru akan melakukan kebenaran di dalam Tuhan. Allah Roh Kudus tidak akan membiarkan kita bermain-main dalam dosa. Ia akan menarik kita ke luar dan membangunkan kita. Hati kita akan digarap oleh Roh Kudus sehingga kita akan bersinar bagi Tuhan. Enam tanda inilah yang menjadi tolok ukur untuk menguji keselamatan kita.

6) Jenis kedua: percaya dan tahu atau yakin memiliki hidup yang kekal berdasarkan diri sendiri

            Orang percaya model ini adalah orang yang pertobatannya semu karena aspek psikologis belaka. Orang seperti ini bisa sungguh yakin bahwa ia menerima Kristus dan keselamatan, tetapi semua itu hanya sebagai keyakinannya sendiri, bukan keyakinan dari iman yang benar dalam Kristus. Contoh: Matius 7:22-23, 25:1-13; Yohanes 2:23-25. Ada orang-orang yang bisa melayani dan menunjukkan fenomena rohani. Namun pada akhirnya Tuhan menolak mereka dan menyatakan bahwa Tuhan tidak mengenal mereka. Ada orang-orang yang kelihatan Kristen dan ikut melayani namun sebenarnya mereka meremehkan anugerah keselamatan. Kita harus terus waspada iman sehingga kita siap dipanggil oleh Tuhan. Orang yang percaya akan selalu siap sedia menjaga kesucian hidup dan berfokus kepada Tuhan. Ada orang-orang yang mau mengikut Tuhan karena fenomena rohani tetapi tidak benar-benar mengenal Tuhan. Mereka mengikut Tuhan agar bisa ikut berkuasa dan mendapatkan kepopuleran. Banyak orang mengaku Kristen namun tidak sungguh-sungguh mengenal Tuhan secara pribadi.

            Pertobatan yang semu atau karena aspek psikologis disebabkan karena orang itu bertobat karena tekanan hidup. Ada orang yang terus mengalami tekanan dalam hidupnya. Namun ketika ia diundang ke suatu KKR, ia mendapatkan ketenangan secara psikologis. Akhirnya ia menyatakan diri bertobat, padahal ia tidak benar-benar mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Ia hanya mau lari dari tekanan hidup dan memakai Tuhan untuk mengambil semua tekanan hidupnya. Sebab kedua adalah orang itu bertobat karena pelarian hidup. Ada orang-orang yang memiliki penyakit mental dan tidak berani menghadapi masalah itu. Mereka selalu lari dari kenyataan. Yakub juga selalu lari dari masalah namun pada akhirnya Tuhan mengajarkannya untuk menghadapi masalah. Banyak orang memilih untuk menjadi Kristen karena merasa nyaman di Gereja. Jadi mereka hanya menumpang dalam Gereja. Gereja menjadi tempat pelariannya. Mereka mencari khotbah yang lucu dan santai karena mereka mencari kenyamanan.

            Ada orang-orang yang kelihatannya bertobat untuk mencari pengakuan. Mungkin lingkungannya merendahkannya, namun Gereja menerimanya dan mengakuinya. Mereka merasa nyaman di Gereja namun ia tidak sungguh-sungguh mengenal Tuhan. Biasanya orang-orang seperti ini di masa depan akan memanfaatkan Gereja dan akan banyak menipu. John Wesley dan Billy Graham baru bertobat setelah menjadi hamba Tuhan. Ada orang-orang yang baru bertobat setelah masuk sekolah teologi. Orang-orang yang pertobatannya semu perlu kita layani dan arahkan.

7) Jenis ketiga: percaya dan tidak tahu atau tidak yakin memiliki hidup yang kekal dalam Kristus (1 Yohanes 5:13)

            Mungkin orang yang seperti ini imannya sedang terguncang (bandingkan dengan Ibrani 10:22 dan 2 Timotius 1:12). Iman kita seharusnya teguh dan kuat. Namun ada orang-orang tertentu yang tidak bisa menghadapi masalah dan tekanan hidup. Mereka mudah guncang dan guncangan itu bisa terjadi terus menerus. Sebab kedua adalah orang itu dalam masa depresi (bandingkan dengan 2 Timotius 2:13). Ada orang-orang yang mudah depresi karena berasal dari lingkungan keluarga yang hancur atau karena mereka tidak siap mental menghadapi kesulitan. Mereka terus menerus melihat masalah namun tidak melihat kepada Tuhan. Akhirnya mereka tidak bisa merasakan kepastian keselamatan. Mereka meragukan pimpinan Tuhan dalam hidup mereka. Sebab ketiga adalah orang itu merasa tidak ada kejadian yang spektakuler terjadi dalam hidupnya (bandingkan dengan Kisah Para Rasul 16:30-34). Ia merasa hidupnya biasa-biasa saja selama menjadi Kristen. Iman kita tidak ditentukan oleh hal-hal spektakuler tetapi oleh pengenalan kita akan Kristus. Hidup Kristen harus menyatakan ketaatan dan perjuangan. Kita memiliki pengharapan yang luar biasa di dalam Kristus. Dalam pengharapan itu kita aktif, bukan pasif. Pengharapan yang mulia itu mendorong kita untuk menjalankan kehendak Tuhan. Ada orang-orang yang sungguh-sungguh percaya namun karena berada dalam komunitas yang tidak benar akhirnya ia mengharapkan hal yang salah. Lambat laun ia akan mempertanyakan keselamatannya. Jika kita mengalami keraguan iman, maka itu bukanlah program Tuhan. Tuhan mau agar buah kebenaran dan buah iman kita muncul. Tuhan menguji hidup kita agar kita bertumbuh dan berbuah sehingga hidup kita menjadi kesaksian bagi nama Tuhan. Kita harus meninggalkan keraguan kita dan melihat kepada Tuhan. Kita tidak perlu mengharapkan hal-hal yang spektakuler secara fenomena. Hal yang harus kita harapkan adalah hidup kita dipakai oleh Tuhan untuk menyatakan kemuliaan Tuhan. Fanny Crosby hidup sederhana namun ia menjadi berkat bagi banyak orang.

KESIMPULAN

            Ada tiga macam kepastian dan keyakinan keselamatan. Dalam macam yang pertama, iman orang itu membuatnya percaya dan ia tahu dengan pasti karena realitas iman. Orang macam kedua percaya namun karena rasio atau perasaan. Ia tahu dengan pasti karena berpatokan pada hal-hal lahiriah. Orang macam ketiga percaya karena iman namun ia tidak tahu dengan pasti karena realitas hidup yang dihadapinya. Kita pasti mau menjadi orang macam pertama. Kita mau percaya karena iman kita di dalam Tuhan dan kita tahu pasti karena realitas iman, bukan karena rasio atau perasaan atau realitas hidup. Alkitab tidak mengajarkan kita untuk bergantung pada fenomena rohani seperti kekayaan, kesembuhan, dan lainnya.

            Jadi ada beberapa pertanyaan yang bisa menjadi ujian keselamatan dan keyakinan kita:

1) Apakah kita memiliki kesaksian batiniah dari Roh Kudus dan sukacita surgawi?

2) Apakah kita menikmati persekutuan rohani dengan Allah dan sesama orang percaya?

3) Bagaimana sikap kita terhadap tawaran kenikmatan dunia dan nilai-nilai lainnya? Orang percaya harus menolak itu semua.

4) Pernahkah doa kita dijawab Tuhan berkaitan dengan kehendak-Nya?

5) Apakah kita secara mendasar taat kepada perintah-perintah Alkitab?

6) Apakah kita memiliki kepekaan dosa dan gelisah ketika ada dosa di dalam diri kita? John Calvin berkata bahwa orang yang kudus akan peka terhadap dosa-dosa yang kelihatan kecil.

7) Apakah dosa yang kita lakukan sebelum dan setelah menerima Kristus semakin berkurang?

8) Apakah kita memiliki kemampuan untuk membedakan mana kebenaran yang sejati atau tidak dan bisa membedakan kesalahan rohani? Jadi kita harus mengerti Firman Tuhan dan mengerti teologi yang benar.

9) Apakah kita mencintai Tuhan Yesus Kristus dan kasih-Nya semakin hidup dalam kehidupan kita? Jika kasih-Nya hidup dalam diri kita, maka kita pun akan mengasihi jiwa-jiwa. Kita akan memiliki belas kasihan Tuhan terhadap orang-orang di sekitar kita.

10) Apakah kita mencintai firman yang sejati, Gereja-Nya, dan menantikan kedatangan-Nya? Kita harus senantiasa membaca Alkitab, melakukan penginjilan, dan selalu siap sedia menunggu kedatangan-Nya.

11) Apakah kita percaya pada doktrin-doktrin dasar iman Kristen? Jika kita menganggap bahwa doktrin itu tidak penting, maka kita sudah menganut doktrin yang salah. Doktrin pasti akan memengaruhi hidup kita dan pelayanan kita.

12) Pernahkah kita mengalami penganiayaan, penderitaan, tekanan hidup karena kualitas iman kita dan nilai kekristenan kita?

            Jika kita sudah mengerti 12 poin ini dan sudah memiliki jawaban yang benar, maka kita sudah melewati ujian keselamatan dan keyakinan kita.

Q & A.

Q. Orang percaya memiliki kebebasan. Apakah perbedaan dan persamaan antara kebebasan Adam sebelum jatuh ke dalam dosa dengan kebebasan orang percaya?

A. Kebebasan Adam sebelum jatuh ke dalam dosa adalah kebebasan netral. Ia bisa taat atau melawan Tuhan. Ia bebas namun terbatas, bukan sebebas-bebasnya. Kebebasannya mengandung nilai tanggung jawab rohani terhadap perintah Tuhan dalam mandat budaya. Setelah Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, kebebasan mereka mengandung dosa. Manusia yang belum lahir baru memiliki kebebasan dalam dosa. Jadi segala perbuatannya akan mengandung dosa. Maka dari itu kita harus berhati-hati dalam memberikan kebebasan kepada anak-anak kita. Mereka bisa jatuh karena kebebasan. Orang-orang zaman ini terus menuntut hak dan kebebasan namun tidak melihat kewajiban mereka. Namun bagi kita yang sudah percaya, kita tahu bahwa kebebasan kita harus terikat dalam tanggung jawab kepada Tuhan.

Q. Apakah ajaran agama lain di luar ajaran Kristus punya keyakinan juga akan keselamatan mereka? Jika ya, maka mengapa mereka bisa yakin? Padahal menurut pandangan kita keselamatan mereka keliru.

A. Setiap manusia bisa membangun suatu keyakinan. Keyakinan itu bisa bersumber dari hukum alam, misalnya ‘saya yakin akan menjadi kenyang setelah banyak makan’. Jika kita berani makan di suatu restoran karena mendengar pendapat yang positif dari orang lain, maka kita yakin berdasarkan kata orang lain. Jadi kita bisa yakin karena hukum alam atau kata orang lain. Keyakinan yang paling berat adalah keyakinan yang tidak bisa dipikirkan secara rasio. Ada orang-orang yang tidak mau berdiskusi tentang keyakinannya dan terus menjawab ‘pokoknya’. Mereka sudah menuhankan keyakinannya dan tidak bisa berpikir jernih. Kita, orang Kristen, percaya karena Kristus memang pernah datang ke dalam dunia untuk menebus kita. Ia memelihara kita sehingga kita terus beriman kepada-Nya. Keyakinan kita bisa diuji, namun keyakinan agama lain belum tentu bisa.

Q. Apakah fenomena rohani oleh pendeta-pendeta (melakukan mukjizat, dan lainnya) yang dimaksud adalah yang berasal dari Gereja-Gereja lain? Apakah itu tidak dibenarkan dalam kekristenan?

A. Kitab Ulangan sudah memberitahu kita untuk berhati-hati terhadap semua nabi palsu. Mereka biasa muncul dengan pendekatan mukjizat dan fenomena rohani, namun Kristus disingkirkan. Perjanjian Baru sudah mengajarkan kita bahwa para antikristus akan muncul dalam Gereja dan menampilkan diri sebagai orang Kristen. Mereka bisa membuat orang-orang terkagum namun membuat orang-orang jauh dari Kristus. Iman kita bertumbuh bukan karena mukjizat, fenomena rohani, atau hal-hal yang menghibur kita. Iman kita bertumbuh karena Firman Tuhan. Kita tidak menarik orang-orang dengan hal-hal yang spektakuler. Kuasa Tuhan itu bukan kuasa yang murahan. Kita percaya bahwa Tuhan masih bisa menyatakan mukjizat-Nya, namun kita tidak boleh memaksa Tuhan untuk menyatakan mukjizat-Nya. Kita tidak boleh memaksakan kehendak kita. Sebaliknya, kita harus mengikut kehendak Tuhan. Banyak pendeta ingin terlihat hebat agar ia mendapatkan banyak jemaat sehingga ia bisa mendapatkan banyak persembahan untuk memperkaya diri. Namun kita harus mengerti bahwa iman tidak dibangun di atas dasar mukjizat tetapi Firman Tuhan.

(Transkrip ini belum diperiksa oleh pengajar – TS)

Keselamatan dalam Pandangan Calvin – TULIP (STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020)

STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020

Pdt. Tumpal H. Hutahaean, M.Th.

6 Juni 2020: Keselamatan dalam Pandangan Calvin (TULIP)

            Kita akan secara khusus belajar tentang TULIP. Kita akan melihat Yohanes 15:16. Kristus adalah pokok anggur dan kita adalah rantingnya. Apapun yang kita minta kepada Allah Bapa itu berkaitan dengan hidup kita yang berbuah di hadapan Tuhan. Kita jadi melihat 2 Tesalonika 2:13. Dalam konteks ini rasul Paulus mengingatkan kita bahwa dari mulanya Allah memilih kita, jadi ada foreordination. Kita juga melihat Efesus 1:4-5. Dalam bagian ini konsep foreordination juga ada.

PENDAHULUAN

            Apakah dosa merusak kemampuan rasio, emosi, dan kehendak manusia? Ada yang menyatakan total depravity, namun ada yang menyatakan tidak demikian. Apakah Allah tidak adil karena ada yang dipilih untuk diselamatkan dan ada yang tidak? Di mana kasih Tuhan dalam bagian ini? Apakah kematian Yesus Kristus di kayu salib terbatas untuk orang-orang pilihan-Nya saja? Jika demikian, maka mengapa dikatakan bahwa Kristus mati untuk semua orang? Apakah kematian-Nya bersifat universal? Jika keselamatan bersifat anugerah, mengapa ada orang yang berani menolak anugerah keselamatan ini? Bukankah jaminan kekal itu hal yang istimewa? Jika anugerah Tuhan bisa ditolak, maka apakah itu berarti kuasa Tuhan tidak efektif? Apakah keselamatan itu pasti atau bisa hilang? Manusia punya pilihan, kebebasan, dan kedaulatan. Namun apakah keselamatan itu bergantung pada manusia? Sinode di Dort berkumpul untuk menyusun tulisan yang melawan teologi Arminian. Akhirnya mereka menghasilkan TULIP. Ini adalah konsep keselamatan Alkitab berdasarkan pandangan Calvin. Namun Calvin sendiri sudah menulis tentang banyak hal melebihi TULIP itu sendiri.

PEMBAHASAN

A) PENGERTIAN TULIP

1. Total depravity/total inability

            Manusia sudah rusak total. Jadi manusia tidak mampu untuk menyelamatkan diri sendiri. Dosa merusak rasio, emosi, dan kehendak. Alkitab menyatakan bahwa pada mulanya Allah menciptakan manusia. Allah tidak ingin manusia melawan-Nya dan menjadi rusak. Namun Allah memberikan kebebasan dan pilihan kepada manusia. Alkitab mencatat bahwa Adam dan Hawa jatuh di dalam dosa karena bujukan Setan (Kejadian 3). Kejatuhan ini adalah kejatuhan di dalam waktu. Mereka juga jatuh dalam kebebasan. Kebebasan mereka adalah kebebasan yang netral. Jadi mereka bisa memilih untuk taat atau melawan Tuhan. Akibat kejatuhan itu bagi seluruh manusia adalah semuanya mendapatkan dosa warisan. Akhirnya seluruh manusia tidak mampu secara total. Ini memengaruhi rasio, emosi, dan kehendak. Rasio tidak lagi bisa mengerti kebenaran Tuhan dan kesucian Tuhan. Emosi tidak lagi bisa suci sesuai standar Tuhan. Kepekaan emosi itu menjadi tumpul dan bersifat antroposentris. Akhirnya seluruh kehendak dan tindakan manusia pasti berdosa.

k          1 Raja-Raja 8:46 Apabila mereka berdosa kepada-Mu–karena tidak ada manusia yang tidak berdosa –dan Engkau murka kepada mereka dan menyerahkan mereka kepada musuh, sehingga mereka diangkut tertawan ke negeri musuh yang jauh atau yang dekat. Jadi Salomo dengan jelas menyatakan bahwa semua manusia itu berdosa.Karena kerajaan Yehuda tidak taat, maka Tuhan menyerahkan mereka kepada Babel. 1 Raja-Raja-Raja 14:4 Isteri Yerobeam berbuat demikian. Ia berkemas, pergi ke Silo dan masuk ke rumah Ahia. Ahia tidak dapat melihat lagi, sebab matanya sudah kabur karena ia sudah tua. Manusia ketika menjadi tua akan turun kondisi fisiknya dan kemudian pasti mati. Jadi hidup kita akan berakhir dalam waktu. Kita juga bisa melihat Mazmur 143:2, Amsal 20:9, Pengkhotbah 7:20, Roma 3:10-18. Dari ayat-ayat ini kita mengerti bahwa manusia mengalami total depravity dan total inability.

            Ada beberapa akibat dosa yang harus kita pahami: 1) sinful nature menghancurkan kehendak bebas manusia. Ketika dikatakan bahwa manusia sungguh rusak, maka kerusakannya itu sesungguhnya tidak terbatas sampai titik tertentu. Ada teolog yang menyatakan bahwa rasio manusia masih bersih dan masih bisa mencari Tuhan, namun Alkitab tidak pernah menyatakan demikian. Ada yang menyatakan bahwa kehendak bebas manusia bisa menentukan nasibnya sendiri. padahal Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa sinful nature menghancurkan kehendak bebas manusia. Salomo sudah menyatakan bahwa manusia pasti berbuat dosa.

            2) Manusia tidak berdaya untuk membarui diri sendiri kecuali Allah Roh Kudus bekerja dalam diri orang tersebut. Ini berarti manusia tidak bisa memiliki inisiatif untuk mencapai kesucian Tuhan. Manusia tidak bisa mengubah dirinya menjadi orang suci dengan kekuatan sendiri. Kejatuhan manusia adalah kejatuhan di dalam waktu yang membuatnya kehilangan potensi kekekalan. Upah dosa ialah maut. Jadi manusia tidak bisa menjalankan kehendak Tuhan kecuali Allah Roh Kudus bekerja dalam diri orang tersebut. 3) Kejatuhan manusia dalam dosa mendatangkan hukuman dan kematian (sementara, rohani, dan kekal). Semua manusia berdosa terpisah dari Tuhan. Dalam keberdosaan, kerohanian manusia mati. Jadi manusia harus mendapatkan pembaruan dari Tuhan. Kalau tidak, ia akan mendapatkan kematian kekal dalam hukuman Tuhan. Dosa selalu memiliki nilai konsekuensi. Tidak ada kejatuhan yang bersifat relatif. Kejatuhan itu bersifat mutlak. Kejatuhan itu menghasilkan akibat. Dalam keberdosaan, manusia tidak memiliki kemampuan untuk mengerti hal-hal rohani. Pembaruan dari Tuhan memberikan kemampuan tersebut. Charles Hodge menyatakan bahwa manusia berdosa bisa mengerti pengetahuan tentang Tuhan tetapi tidak bisa mengerti hal-hal rohaninya. Calvin berpendapat bahwa manusia bisa mengerti tentang ketuhanan namun tidak bisa menjalankan hal-hal yang berhubungan dengan ketuhanan tersebut. Ini berarti manusia dengan kekuatannya sendiri pasti gagal. Manusia bisa terlihat saleh namun tetap tidak selamat karena kesalehannya tidak sempurna dan ia tidak lahir baru. Dalam Gereja pun ada orang-orang yang seperti ini.

2) Unconditional election

            Pemilihan Tuhan itu tidak bersyarat. 1) Keselamatan manusia ditentukan oleh pilihan Allah sendiri (Efesus 1:4, Yohanes 15:16). Kaum Arminian menyatakan bahwa Allah menyelamatkan seseorang karena sudah melihat potensi kebaikan orang itu dari sebelumnya. Jadi ada syarat. Namun Alkitab menyatakan bahwa tidak ada syarat. Efesus 1:4 berbicara soal foreordination atau ketetapan Tuhan. Saat kita dipilih kita bukanlah orang-orang kudus atau sempurna. Kaum Arminian menyatakan bahwa Tuhan memilih berdasarkan foreknowledge Tuhan. Namun konsep ini tidak sesuai dengan Efesus 1:4. Kita dipilih bukan karena kebaikan, kesalehan, atau kerohanian. Yohanes 15:16 menyatakan bahwa Allah-lah yang memilih kita, bukan sebaliknya.

            2) Pemilihan ini dilakukan Allah sejak kekekalan – foreordination (Efesus 1:3). Jadi pemilihan itu bukan karena foreknowledge. 3) Alasan pemilihan ini murni berasal dari Allah sendiri dan bukan karena faktor manusiawi yang diketahui Allah sebelumnya yaitu kebaikannya (foreknowledge). Setelah kita diselamatkan baru kemudian kita bisa berbuat baik dan memenuhi standar kebaikan Tuhan. Pola pemilihan Allah selalu berkaitan dengan keselamatan umat-Nya. Saul dipilih bukan untuk diselamatkan tetapi untuk menggenapkan keselamatan melalui Daud. Yudas pun demikian. Jadi ada orang-orang yang mendapatkan jabatan yang mulia namun semua itu bukan untuk dirinya tetapi untuk keselamatan orang lain. Dalam pemilihan Allah ada pra-ketetapan Allah (foreordination) yaitu segala sesuatu sudah dirancang Allah sebelum dunia dijadikan (Roma 8:28; Efesus 1:11, 3:11). Jadi ada rencana Tuhan yang memakai kata ‘tunggal’. Dari awal mula Tuhan sudah mendesain keselamatan bagi umat pilihan-Nya. Dalam Roma 8:28, kata ‘rencana Allah’ merujuk kepada sesuatu yang linear dan pasti. Dalam Efesus 1:11, frasa ‘keputusan kehendak-Nya’ menjelaskan sesuatu yang bersifat tunggal. Pola pemilihan Allah juga mencakup segala sesuatu dan bersifat rinci (all inclusive). Ini berarti rancangan Allah tidak mungkin gagal (jamak). Kita bisa gagal dalam ketaatan kita, misalnya karena ego kita. Ketaatan kita bisa gagal karena masih ada kedagingan yang belum disucikan. Kita bisa gagal juga karena tidak atau kurang beriman. Namun rancangan Allah bagi kita tidak mungkin gagal (Kejadian 45:8, 50:20). Kedaulatan Allah tidak mungkin digagalkan oleh usaha manusia. Rancangan Tuhan agar Yusuf menjadi raja tidak bisa digagalkan oleh saudara-saudaranya yang iri hati. Kita bisa melihat Matius 10:29-30. Kehendak Bapa tidak mungkin gagal hanya karena kondisi sulit kita. Keselamatan kita tidak akan gagal karena pandemi Covid-19. Kuasa-Nya itu ajaib untuk memelihara kita. Jika ada orang yang mendapatkan jabatan dari Tuhan namun tidak selamat berarti memang dari semula orang itu tidak dipilih oleh Tuhan.

            Kita akan membahas karakteristik pemilihan Allah. 1) Allah memilih bukan karena kebaikan orang tersebut. Contoh, Abraham dipilih padahal ia adalah penyembah berhala sebelumnya (Yosua 24:2-3). Israel dipilih bukan karena jumlah yang banyak dan kesalehannya (Ulangan 7:7-8, 9:4-6). Pilihan Tuhan itu seringkali melampaui akal dan pikiran kita dan kondisi seseorang. Paulus dipilih bukan karena ia sudah menjadi baik. Pada saat itu ia masih menganiaya jemaat Tuhan. Jadi orang-orang pilihan Tuhan belum tentu baik semuanya. Kita dipilih karena anugerah Tuhan. 2) Allah memilih karena kedaulatan-Nya (bukan karena foreknowledge). Ishak dan Yakub dipilih Tuhan bukan karena mereka anak sulung melainkan karena kedaulatan Allah yang bebas (Roma 9:7-16; Kejadian 18:10, 14, 21:12). Ishak menjadi anak perjanjian karena Allah yang memilihnya. Yakub memiliki kakak, jadi ia bukan anak sulung. Namun Allah memilih Yakub. Jadi Allah tidak selalu memilih anak sulung.

            Ada empat model pemilihan tanpa syarat: 1) karena kasih dan kerelaan-Nya (Efesus 1:5, 9), 2) karena kehendak-Nya (Efesus 1:11), 3) karena hikmat-Nya (Efesus 1:8), 4) karena anugerah-Nya (Efesus 1:6-7). Kita dipilih bukan karena diri kita tetapi karena keempat hal ini. Jadi kita tidak bisa sombong jika kita diselamatkan. Kesombongan seseorang mungkin saja menyatakan bahwa orang itu memang belum diselamatkan. Tidak menghidupi keselamatan dengan benar membuktikan bahwa orang itu memang belum diselamatkan.

3) Limited atonement

            1) Kematian Kristus di bukit Golgota ditujukan untuk semua orang tetapi tidak semua orang terpanggil dan dapat menikmati penebusan Kristus. Secara tindakan, kematian Kristus ditujukan untuk semua orang tetapi kematian Kristus punya nilai penebusan yang menggantikan orang percaya sehingga ia tidak dimurkai oleh Allah. Orang yang mendapatkan penebusan ini adalah ia yang beriman kepada Kristus. Jadi secara target atau tujuan hanya untuk anak-anak-Nya. Kita bisa melihat Yohanes 6:37-40; Mazmur 74:2; Lukas 1:68; Matius 1:21; Titus 2:14; Ibrani 2:17. Semua orang yang diberikan Bapa kepada Kristus itu diselamatkan, jadi tidak semua orang diselamatkan. Orang-orang yang percaya akan dibangkitkan pada akhir zaman. Allah Roh Kudus menebus kita dan memberikan kelahiran baru, dan pada akhirnya kita akan dibangkitkan. Kristus mati sebagai manusia di dalam waktu untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. Jadi orang pilihanlah yang didamaikan. Hanya orang yang terpanggil yang bisa mendapatkan keselamatan itu. penebusan Kristus tidak diberikan secara universal. Banyak orang yang mati dalam dosa dan tidak mau percaya kepada Tuhan. Alkitab jelas menyatakan bahwa ada orang-orang yang ke neraka setelah mati.

            2) Penebusan yang terbatas bukan berarti kuasa/nilai penebusan dari Kristus terbatas dalam kualitas dan waktu. Ini karena kuasa penebusan Kristus berdasarkan keagungan pribadi Kristus sebagai manusia. Ada teologi yang menyatakan bahwa Kristus itu hanya manusia, bukan Tuhan. Ada pula yang menyatakan bahwa Kristus adalah manusia yang dijadikan sebagai Tuhan. Pandangan ini jelas salah. Penebusan kita bisa efektif jika Allah menjadi manusia untuk menebus kita. Seluruh penebusan Kristus itu sempurna. Dalam 1 Korintus 2:8 Paulus memanggil Yesus sebagai Tuhan yang mulia. Banyak catatan Alkitab menyatakan bahwa Kristus adalah Tuhan. Mukjizat-mukjizat tertentu yang dicatat menyatakan bahwa Yesus adalah Allah. Yesus bukanlah manusia biasa tetapi Ia adalah Pemimpin kepada kehidupan (Kisah Para Rasul 3:15). Penebusan tanpa kebangkitan itu kosong adanya. Penebusan tanpa nilai kekal bukanlah penebusan sejati. Penebusan Kristus cukup untuk semua orang, tetapi efektif bagi orang-orang pilihan Allah sendiri (Kristus tidak berkorban bagi dunia) – Yohanes 10:15, 15:13; Kisah Para Rasul 20:28; Wahyu 5:9; Efesus 5:25). Kuasa penebusan Kristus itu melampaui ruang dan waktu.

4) Irresistible grace

            Apakah benar bahwa anugerah Tuhan bisa ditolak? Manusia punya pilihan dan kebebasan. Namun jika anugerah itu bisa ditolak, maka itu berarti Allah itu lemah dan terbatas. Bagaimana kita mengerti poin ini? 1) Allah memampukan orang berdosa yang Allah pilih untuk ditebus untuk mampu merespons panggilan Injil dengan efektif dalam karya Roh Kudus (1 Korintus 2:10-13, bandingkan dengan Yesaya 1:9-10). Ada para hamba Tuhan yang memanggil bukan berdasarkan Injil yang benar. Mereka memanggil dengan memberikan janji bahwa setiap orang percaya pasti sukses dan kaya. Panggilan seperti ini salah, jadi tidak mungkin efektif. Benih iman dan perubahan hidup itu merupakan anugerah Tuhan. Itulah yg terkandung dalam panggilan Roh Kudus. Anugerah itu tidak mungkin kita tolak. Pada diri orang Kristen palsu, panggilan itu kelihatannya efektif untuk sementara. Ketika ujian dan pencobaan datang, ia akan mundur. Orang yang memahami penebusan Kristus bagi dirinya dan mengalami pertobatan pasti akan menghargai penebusan itu. Orang yang tidak mendapatkan anugerah Tuhan tidak mungkin merespons dengan benar. Pertobatannya akan bersifat pura-pura sehingga persembahannya pun bersifat pura-pura juga. Manusia bisa berpura-pura dalam ibadah, namun Tuhan mengetahui isi hatinya. Tanpa anugerah, orang itu tidak akan merasa bersalah. Pertobatan itu lebih baik daripada persembahan korban karena pertobatan itu membuka pintu kepekaan kita akan dosa dan akan kesucian Allah.

            2) Anugerah yang tidak dapat ditolak adalah anugerah yang efektif dalam hasilnya yang pasti dari buah keselamatan seseorang yang mengenal Allah karena dipilih oleh Allah (bandingkan dengan Yohanes 8:19). Yesus menyatakan bahwa seseorang bisa mengenal Allah Bapa hanya melalui Yesus Kristus. Anugerah keselamatan itu akan nyata dalam buah iman yang mencakup pengenalan akan Tuhan. Orang yang sudah bertobat harus dimuridkan untuk diajarkan tentang kebenaran-kebenaran dasar dari Firman Tuhan. Ia harus diajarkan bahwa Kristus adalah pusat dari kekristenan. Buah pikiran kita yang pertama adalah kita mengenal Allah yang kita sembah. Buah pikiran itu akan mendorong kita untuk haus akan kebenaran. Kita akan mencari kehendak Tuhan. Kasih karunia Tuhan tidak bisa ditolak karena kasih karunia ini akan terus memimpin rasio, emosi, dan kehendak kita kepada Tuhan. Kasih karunia Tuhan tidak bisa ditolak karena ada program Tuhan untuk memunculkan umat pilihan Tuhan yang lain. Sebagai anggota tubuh Kristus kita dipakai dalam Kerajaan Allah.

            3) Anugerah yang tidak dapat ditolak adalah panggilan internal yang bersifat efektif. Panggilan ini membedakan panggilan Injil secara universal yang seringkali ditolak oleh manusia yang mendengarnya (bandingkan dengan Roma 8:6-8; 1 Korintus 2:14). Injil bisa diberitakan dengan luas, namun tidak sedikit yang menolaknya. Mereka bisa terlihat setuju dengan Injil, namun itu hanya tampak luar yang sementara. Benih firman yang jatuh itu seperti jatuh di luar tanah yang subur. Orang yang masih hidup dalam dosa dan kedagingan akan menolak berita Firman Tuhan. Orang yang belum lahir baru akan melihat Injil sebagai kebodohan. Orang yang menerima Injil sungguh-sungguh adalah orang yang mendapatkan panggilan internal dari Allah Roh Kudus.

            4) Dalam realisasi anugerah ini, posisi manusia adalah pasif. Artinya hanya Allah Roh Kudus yang bekerja (Yohanes 3:3-5). Mengapa manusia pasif? Ini karena manusia mati dalam dosa dan tidak mampu menghidupkan diri sendiri. Kelahiran baru itu datang dari atas ke bawah. Allah Roh Kudus harus menghidupkan kita terlebih dahulu baru kemudian kita bisa aktif.

Mengapa ada orang-orang yang seolah bisa menolak anugerah itu? ada orang-orang yang memang kerohaniannya palsu. Mereka tampak baik di luar namun dalam hatinya tidak demikian. Kita akan membahas model orang yang menolak anugerah Tuhan atau tidak mendapat anugerah Tuhan. 1) Orang berdosa yang giat dalam pekerjaan Tuhan tetapi semua itu dilakukan tanpa pengertian yang benar tentang Allah (Roma 10:2; Kisah Para Rasul 17:22-23). Jadi orang yang semangat melayani Tuhan belum tentu sudah mengenal Allah dengan benar. Ia melayani Tuhan karena mau membalas budi atau karena mempertontonkan diri. Ada pula yang melayani Tuhan karena merasa tidak dihargai di rumah atau tmpt kerjanya. Ini semua bukan alasan yang benar. Ada orang-orang yang bersemangat namun dengan semangat yang antroposentris, bukan untuk Tuhan. Di Atena Paulus bertemu dengan orang-orang yang menyembah Allah yang tidak dikenal. Jadi mereka tidak mengenal Allah dan mereka belum mendapatkan anugerah keselamatan. Namun mereka menolak penginjilan oleh Paulus.

Model kedua: orang yang sudah mendapatkan penyertaan Allah dengan jelas dan limpah namun tetap tidak hidup dalam Tuhan (Roma 9:4-6). Kita takut jika ada anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga Kristen namun hanya menjadi Kristen secara lahiriah. Tidak semua Israel percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Mesias. Mereka membaca hukum Taurat dan hidup berdasarkan hukum Taurat, namun tanpa anugerah Tuhan mereka tetap tidak akan mengenal Mesias yang sejati. Tugas kita sebagai orang tua Kristen adalah terus menabur benih firman dan terus berdoa memohon anugerah dari Tuhan. Model ketiga: orang yang seperti mengenal Allah dengan benar, namun mereka menolak untuk menyembah Tuhan (Roma 1:19-25). Orang yang belajar teologi belum tentu hidup untuk Tuhan. Orang-orang yang hanya mengerti tentang Tuhan tetapi tidak berelasi dengan Tuhan pada akhirnya akan tetap hidup dalam dosa. Kita bisa menemukan orang-orang di penjara yang sebelumnya mereka adalah majelis Gereja, guru sekolah Minggu, penatua, dan lainnya. Mereka memiliki status namun tidak ada Kristus dalam hati mereka. Model keempat:  orang yang sudah ada dalam lingkungan Kristen namun mereka tidak mampu percaya pada Kristus dengan sungguh-sungguh (1 Yohanes 2:19). Orang-orang antikristus mungkin adalah orang-orang pernah membaca Alkitab sampai selesai dan juga melayani di Gereja. Mereka aktif tetapi bukan karena firman menggerakkan mereka. Mereka terlihat rajin bisa karena situasi memaksa mereka. Jadi mereka tidak sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan.

5) Perseverance of the saints / of God

            Ketekunan Allah memelihara kita. Orang kudus bisa menjadi tekun karena ada pemeliharaan Allah. 1) Allah bukan saja memilih manusia berdasarkan kedaulatan dan kebaikan-Nya, tetapi Allah juga aktif merealisasikan pilihan-Nya sampai eskatologi (Roma 8:28-30).  Program Tuhan tidak mungkin gagal. Ia memilih kita dan memelihara kita sampai akhir. Kita akan menikmati kemuliaan bersama dengan Kristus. Daud diizinkan mengalami kesulitan hidup sampai jiwanya tertekan, namun Daud bisa menang karena imannya dipelihara oleh Tuhan. Iman Ayub tidak gugur ketika ia mengalami penderitaan yang begitu luar biasa. Tuhan memelihara iman dan jiwa kita. Akhirnya dalam penderitaan pun kita tetap bisa memuliakan Tuhan. Allah Roh Kudus berdiam dalam hati kita dan Ia lebih besar dari apapun juga.

            2) Allah yang memulai pekerjaan yang baik akan mampu melengkapi anak-anak-Nya dalam melewati tantangan dunia. Ini karena ada peran Allah Roh Kudus yang sudah melahirbarukan (Yohanes 3:3), membangkitkan (Efesus 1:19-20), menghidupkan kita (Efesus 2:5), membarui kita (2 Korintus 5:17, Galatia 6:15) adalah Allah yang tidak akan membiarkan umat pilihan-Nya diperbudak lagi oleh dosa (1 Yohanes 3:9, bandingkan dengan Roma 6:1-2, 6, 7, 14). Hidup Kristen pasti mengalami kesulitan. Itu diizinkan Allah untuk menguji kematangan karakter kita. Allah pasti menopang kita dalam situasi apapun. Iman yang diberi oleh Allah membawa kita kepada kemenangan.

3) Penebusan Kristus di kayu salib untuk menggantikan hukuman Allah bagi manusia berdosa. Jika itu bisa gagal oleh karena kehendak bebas manusia dalam menjalankan tanggung jawab rohaninya, maka di mana kuasa kasih Tuhan? Allah yang tidak pernah berubah, memungkinkan umat pilihan-Nya juga tidak berubah (Maleakhi 3:6; Ibrani 13:8). Keselamatan dari Allah itu tidak bisa hilang karena kegagalan manusia. Kuasa kasih Tuhan tidak bisa dikalahkan oleh apapun juga. Tuhan terus mengasihi Israel secara rohani dan Tuhan tidak pernah berubah. Tidak ada satupun jiwa yang bisa diambil dari tangan Tuhan.

4) Kasih Allah yang besar terhadap orang berdosa tidak mungkin gagal karena ada peran pemeliharaan Tuhan, melalui karya Allah Roh Kudus, di mana manusia tidak akan gagal taat atau tidak bisa hidup dalam kasih karunia Tuhan (Yohanes 3:16; Roma 5:8; 1 Yohanes 4:8-10). Rancangan Allah untuk menyelamatkan kita yang lemah, terbatas, dan merupakan musuh Allah tidak mungkin gagal. Kita atau didorong untuk hidup suci dan berjuang bagi Allah.

KESIMPULAN

            Dosa menurut konsep teosentris itu secara total merusak manusia (rasio, emosi, dan kehendak). Namun menurut konsep antroposentris, dosa itu hanya menghasilkan kerusakan terbatas. Konsep pemilihan dalam pengertian teosentris itu adalah berdasarkan kedaulatan dan kebaikan Tuhan. Namun pandangan antroposentris melihat bahwa pemilihan itu berdasarkan kebaikan manusia dan responsnya. Konsep penebusan dalam pengertian teosentris itu adalah kematian Kristus untuk semua orang, tetapi targetnya hanya untuk orang pilihan Allah. Dalam pandangan antroposentris penebusan itu diberikan kepada semua orang (universal). Konsep anugerah dalam pandangan teosentris adalah anugerah Allah melalui karya Roh Kudus tidak dapat ditolak karena kehendak Allah. Dalam pandangan antroposentris, anugerah Allah itu dapat ditolak karena keputusan manusia sendiri. Konsep ketekunan secara teosentris menyatakan bahwa keselamatan tergantung pada Allah sebagai sumber jaminan. Pandangan antroposentris menyatakan bahwa jaminan keselamatan tergantung pada ketaatan manusia.

            Pertemuan Canons of Dort (1618-1619) menghasilkan TULIP sebagai kristalisasi konsep keselamatan berdasarkan Alkitab untuk melawan ajaran Arminian. Mengerti TULIP semakin membuat kita kagum akan karya keselamatan yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus Kristus.

Q & A.

Q. Jika pemilihan itu tidak bersyarat, lalu bagaimana dengan orang-orang yang berbuat baik di luar kekristenan yang secara moral jauh lebih baik? Apakah mereka tidak punya kesempatan untuk dipilih? Bagaimana kekristenan memandang hal ini?

A. Kita dipilih karena foreordination, bukan foreknowledge. Roma 3 menyatakan bahwa tidak ada manusia yang berbuat baik. Banyak orang bisa melakukan kebaikan secara antroposentris, namun tidak secara teosentris. Kebaikan manusia bukanlah investasi rohani supaya manusia dipilih oleh Tuhan. Kedaulatan dan kebaikan Tuhan-lah yang menentukan pemilihan kita. Efesus 2:8-10 menyatakan bahwa kita diselamatkan terlebih dahulu baru kemudian berbuat baik, bukan sebaliknya. Keselamatan adalah anugerah Allah. tidak ada satupun dari kita yang layak untuk diselamatkan.

Q. Bagaimana dengan orang-orang yang baik tetapi tidak mengenal Kristus sebagai Juruselamat karena tidak ada yang mengabarkan Injil?

A. Alkitab menyatakan bahwa penginjilan harus dikerjakan oleh semua orang percaya. Orang-orang yang mati sebelum mendengarkan Injil akan dihakimi berdasarkan perbuatan-perbuatannya. Pada penghakiman terakhir semua akan tampak. Ada orang-orang yang rajin berbuat baik namun ternyata karena kesombongan. Ada pula yang berbuat baik karena alasan-alasan lain. Alkitab sudah menyatakan bahwa tidak ada manusia yang berbuat baik. Kebaikan manusia tidak bisa memuaskan hati Tuhan. Kita harus rajin mengabarkan Injil kepada orang-orang yang belum tahu.

Q. Apa maksud ‘kematian kekal’? Apakah kematian kekal itu berarti kita tidak masuk neraka maupun surga?

A. Kematian kekal adalah kematian di dalam dosa. Pada akhir zaman orang-orang yang mati di dalam dosa akan dibangkitkan untuk mendapatkan hukuman kekal. Mereka akan mendapatkan neraka. Kita yang percaya masih bisa mengalami kematian sementara, namun kita tidak akan mengalami kematian kekal. Kita akan mendapatkan kebangkitan untuk kemudian kita hidup bersama-sama dengan Allah.

(Transkrip ini belum diperiksa oleh pengajar – TS)

Kesatuan dengan Kristus (STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020)

STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020

Pdt. Tumpal H. Hutahaean, M.Th.

30 Mei 2020: Kesatuan dengan Kristus (Union with Christ)

            Kita akan membahas tentang kesatuan dengan Kristus. Hidup kita ada di dalam Kristus dan kita bersatu dengan-Nya. Di dalam Kristus kita menghasilkan buah yang memuliakan Tuhan. Kita akan melihat dari 2 Korintus 5:17. Di luar Kristus tidak akan ada kelahiran baru. Kita juga melihat Efesus 1:3-4. Kesatuan itu terjadi saat kita hidup di bumi. Kesatuan itu berkaitan dengan pengudusan yang membuat kita tidak bercacat di hadapan-Nya. Jadi ada nilai eskatologi di dalamnya. Kita juga melihat Efesus 1:6-7. Kesatuan itu membuat kita menjadi orang-orang yang mendapat penebusan. Di dalamnya ada pengampunan dosa dan anugerah Tuhan. Kita akan melihat Efesus 2:10. Dalam ayat ini ada timbal-balik. Kita melihat Galatia 2:20 dan Yohanes 15:4.

PENDAHULUAN

            Menurut kajian kita, adakah misteri/rahasia yang terjadi dalam kehidupan kita yang tidak kita pernah duga (lihat Efesus 5:32)? Suami harus mengasihi istri seperti tubuhnya sendiri dan istri harus menghormati suami. Perpaduan itu menjadi kesatuan yang indah seperti Kristus dengan jemaat-Nya. Dikatakan bahwa itulah rahasia di mana kita adalah mempelai wanita dan Kristus adalah mempelai laki-laki. Ini menjadi gambaran bahwa ada rahasia yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya yaitu kita adalah pengantin wanita Kristus berkaitan dengan eskatologi. Bagaimana mungkin Kristus yang adalah Allah dapat bersatu dengan manusia? Ada orang-orang yang menolak konsep kesatuan dengan Kristus. Mereka mengerti kesatuan dengan Kristus secara berbeda. Apakah kesatuan dengan Kristus adalah kesatuan dua pribadi atau dua roh? Ada orang-orang yang salah memahami tentang kesatuan ini. Mereka berpikir bahwa kesatuan ini adalah campuran yang tidak bisa dipisahkan seolah kita menjadi terhisap ke dalam Kristus atau sebaliknya. Konsep kesatuan dengan Kristus yang salah bisa berakibat pada konsep ibadah yang salah. Sampai sejauh mana ajaran ini sangat penting dalam kehidupan Kristen kita? Ini sangat penting. Kita tidak boleh sampai terjebak dalam konsep yang salah tentang kesatuan dengan Kristus ini.

PEMBAHASAN

1) Pengertian kesatuan dengan Kristus

            Pertama-tama, kesatuan dengan Kristus adalah kesatuan rohani. Ini adalah kesatuan yang dihasilkan oleh Roh Kudus. Ada hubungan yang erat sekali antara Kristus dan Roh Kudus (1 Korintus 12:13). Perhatikan dalam surat Roma 8:9-11, nama Kristus dipakai bergantian dengan Roh Kudus. Jadi ini bukanlah kesatuan materi. Pribadi Allah tidak akan bercampur dengan pribadi kita dan juga sebaliknya. Kita tidak menjadi setara dengan Allah. Allah tetap pencipta dan kita adalah ciptaan. Kesatuan ini tidak dicapai dengan meditasi. Allah Tritunggal tidak mungkin terpisahkan. Tuhan Yesus Kristus menggenapkan keselamatan dan Allah Roh Kudus mengerjakan keselamatan itu. Allah Tritunggal bekerja dalam satu kesatuan untuk nilai keselamatan kita. Dengan demikian tampak bahwa Kristus tinggal di dalam kita jika Roh Kudus ada di dalam kita. Kristus tinggal di dalam kita melalui Roh Kudus. Roh Kudus adalah ikatan kesatuan kita dengan Kristus (Ibrani 6:17, 2 Korintus 3:17-18, Galatia 3:2-3). Jadi kedua Pribadi ini tidak bisa dipisahkan. Ikatan janji antara Allah dengan kita tidak mungkin hilang. Dalam kesatuan kita dengan Allah ada kemerdekaan. Kita perlu dimerdekakan karena kita diikat oleh dosa dan kutuk kematian. Pribadi Kristus seolah terpisah dari Pribadi Bapa di atas kayu salib. Saat mengalami pergumulan dan kesulitan, kita seolah diizinkan berjalan sendiri. Pada masa itu kita bisa sampai bertanya di mana Tuhan. Tuhan tidak pernah sekali-kali meninggalkan dan membiarkan kita. Kemerdekaan itu sudah menjadi milik kita karena kita adalah umat yang menang bagi Tuhan. Kita dijadikan manusia baru yang dipersatukan dengan Kristus. Kesatuan dengan Kristus memampukan kita untuk memuliakan Tuhan. Paulus mengingatkan bahwa kita dibenarkan karena iman, bukan perbuatan. Pembenaran itu bersifat rohani. Jadi kita tidak lagi terikat dengan hal-hal yang bersifat lahiriah. Jemaat Galatia disebut bodoh karena mereka tidak lagi berjalan dalam roh dan memakai kekuatan diri untuk hidup rohani. Kesatuan dengan Kristus diraih melalui jalan penebusan. Tanpa penebusan, maka tidak akan ada kesatuan rohani.

            Kedua, kesatuan dengan Kristus adalah kesatuan resiprokal. Kesatuan resiprokal adalah kesatuan yang saling merespons. Jadi kita aktif bertanggung jawab dalam kebebasan kita. Kristus memprakarsai persatuan-Nya dengan semua orang percaya. Sebaliknya orang percaya juga berinisiatif menyatukan diri mereka dengan Kristus, memelihara kesatuan itu dengan iman di bawah kuasa Roh Kudus (Yohanes 14:23, 15:4-5; Galatia 2:2; Efesus 3:17). Dalam masa pandemi ada orang-orang yang bertobat karena mereka mendengarkan siaran-siaran Kristen. Jadi Tuhan tetap bisa bekerja dalam masa apapun. Orang yang telah lahir baru akan melakukan pertobatan sejati. Kita yang percaya sudah dibarui sehingga kita mengakui bahwa kita adalah pendosa yang membutuhkan Tuhan. Kesatuan itu menggarap kepribadian kita secara total. Akhirnya keseluruhan hidup kita bukan lagi melawan Tuhan tetapi percaya kepada Tuhan. Allah Roh Kudus menanamkan iman dalam diri kita dan iman itu akan bertumbuh dalam kebebasan rohani kita yang bernilai tanggung jawab, karakter orang beriman, dan buah iman. Allah Roh Kudus akan menopang iman kita sehingga iman kita tidak tergeletak, tidur, atau mati. Allah Roh Kudus akan menggarap hati nurani kita melalui segala cara, baik itu Firman Tuhan, peristiwa-peristiwa, dan lainnya. Sikap rohani kita bergantung pada seberapa kita mendalami penebusan Kristus. Orang yang menghargai karya keselamatan Tuhan akan takut berbuat dosa. Kesatuan resiprokal adalah kesatuan yang indah.

           Salah satu gambaran yang Alkitab berikan adalah pokok anggur dan ranting. Orang yang mengasihi Tuhan akan juga mengasihi firman. Ia akan taat kepada Firman Tuhan. Jadi apa yang dikatakannya itu selaras dengan perbuatannya. Kalau kita sungguh mengasihi Allah maka Allah Tritunggal akan tinggal di dalam kita. Dalam Yohanes 15:4 ada perintah ‘tinggallah di dalam Aku’. Jadi kita diminta untuk aktif dan inisiatif untuk hidup di bawah otoritas Tuhan. Kita diminta untuk tinggal dalam kesucian dan kebenaran. Ketika menghadapi masalah, kita harus melihat dari kacamata Tuhan. Kita tidak lari dari masalah tetapi meminta terang Tuhan agar kita bisa melihat masalah itu dengan benar. Dalam masa pandemi ini kita juga harus bisa melihat keberadaan virus ini dengan tepat. Kita harus berdoa untuk meminta pimpinan dan pemeliharaan Tuhan agar kita bisa menyikapi masa pandemi ini dengan iman. Kita tidak boleh terhisap dalam ketakutan dan kekhawatiran. Dalam kesatuan resiprokal, Allah Roh Kudus akan memampukan kita untuk menyikapi segala hal dengan benar. Program Tuhan bukanlah kehancuran umat-Nya dan kita juga harus bisa mengerti hal itu. Sebagai ranting, kita harus terus menempel pada pokok anggur itu yaitu Tuhan Yesus. Itu akan memberikan energi rohani kepada kita sehingga kita bisa berbuah bagi Tuhan. Dalam situasi apapun juga, kita harus punya buah rohani. Buah yang kita hasilkan bukanlah buah kekhawatiran atau ketakutan. Kita harus mengubah budaya hidup kita sehingga hidup kita senantiasa menghasilkan buah rohani. Setiap hambatan harus disingkirkan.

           Paulus adalah orang yang Tuhan panggil secara khusus untuk menjadi rasul. Ia dahulu adalah orang yang suka menganiaya jemaat Tuhan. Namun ia mengalami kesatuan resiprokal sehingga hidupnya diubahkan. Perubahan hidupnya diakui oleh para rasul yang lain. Hasil pelayanan Paulus begitu jelas yaitu pertobatan orang-orang non-Yahudi. Jadi kesatuan resiprokal itu melampaui suku, harta, dan keterbatasan kita. Roh Kudus bekerja dalam diri Paulus sehingga ia memenangkan banyak jiwa. Ia selalu menjalankan kehendak Tuhan dan selalu mengutamakan pekerjaan Tuhan. Kesatuan resiprokal itu bekerja dengan luar biasa dalam dirinya. Buah iman seseorang menjadi bukti bahwa orang itu sudah mengalami kesatuan resiprokal. Kesatuan resiprokal itu bersifat pasti dalam arti buah rohani yang dihasilkan itu akan seperti anggur yang manis. Efesus 3:17 sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Jika kita tinggal di dalam Kristus, maka hidup kita akan berubah dengan luar biasa.

           Ketiga, kesatuan resiprokal adalah kesatuan yang membarui. Kesatuan itu pertama-tama membarui manusia batiniah kita (Roma 12:2, 2 Korintus 4:16, 1 Petrus 3:4). Kita diciptakan dalam gambar Allah dan dibarui dalam Kristus. Pembaruan itu menggarap akal budi kita (Roma 12:2) sehingga kita bisa mengerti kehendak Allah yang sempurna. Kepekaan rohani kita bergantung pada sampai sejauh mana kita mau bersatu dengan Tuhan. Firman Tuhan mengubah pikiran kita. Paulus menyatakan bahwa tubuhnya semakin merosot karena umur, penyakit, dan lainnya, namun manusia batiniahnya selalu mengalami pembaruan. Semakin lama kita mengikut Tuhan, semakin besar pula perubahan hidup kita. Allah sendirilah yang mengerjakan pembaruan hidup kita salah satunya melalui Firman Tuhan yang kita baca. Mengapa ada orang-orang Kristen yang tidak mengalami perubahan karakter? Apakah karena mereka belum bersatu dengan Kristus? Apakah karena mereka kurang membaca Firman Tuhan? Kita memiliki harta rohani dalam bejana tanah liat. Iman adalah harta kita yang pasti dijaga oleh Tuhan. 1 Petrus 3:4 tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. keindahan kita bukan bergantung pada apa yang kita pakai yang menghias kita. Kecantikan manusia batiniah itulah yang membuat kita semakin indah. Senyuman dan kata-kata dalam kasih itu pasti berbeda dengan senyuman dan kata-kata dalam kelicikan. Kita harus memakai perhiasan yang tidak kelihatan yaitu manusia batiniah kita.

           Kesatuan yang membarui memimpin kita kepada kehidupan yang saleh (Roma 8:10; 2 Korintus 13:5, Galatia 4:19-20). Orang yang saleh adalah orang yang punya ketaatan dan karakter dalam Tuhan. Ia senang bergaul dengan Tuhan. Orang rohani adalah orang yang selalu bersikap rohani dalam menyelesaikan masalah. Ia tidak dikuasai kedagingan atau dosa. Ia memprioritaskan Tuhan dalam hidupnya. Hidupnya penuh kesucian dan ia rela mati bagi Tuhan. Kesatuan yang membarui itu menjadi sumber kekuatan dan produktivitas rohani kita dalam menghasilkan buah-buah rohani (Yohanes 15:1-10, 16b). Tumbuhanyang mendapatkan nutrisi yang baik akan berakar, bertumbuh, dan menghasilkan buah. Buah itu bisa dihasilkan karena tumbuhan itu mendapatkan nutrisi. Kekuatan kita untuk bisa bertahan dan menghasilkan buah dalam kesulitan adalah anugerah Tuhan. Orang yang tidak percaya pun bisa tetap bersemangat menghadapi Covid-19, maka kita sebagai orang percaya harus lebih lagi karena kekuatan kita berasal dari Tuhan. Kekuatan manusia semata tidak mungkin cukup. Kita membutuhkan kekuatan rohani dari Tuhan. Kita harus mengevaluasi diri kita dalam hal produktivitas rohani kita selama masa pandemi ini. kesatuan dengan Kristus adalah kesatuan yang membarui kita sehingga kita bisa menjadi serupa dengan Dia.

           Kesatuan ini digambarkan dengan kesatuan suami-istri (Roma 7:4, 2 Korintus 11:2, Efesus 5:31-32, Wahyu 19:7). Pekerjaan Tuhan yang penting tidak boleh ditinggalkan. Keintiman kita dengan Tuhan itu berkaitan dengan bagaimana kita menjalankan kehendak Tuhan. Kita harus terus terlibat dalam ikatan tubuh Kristus. Kerinduan kita untuk beribadah menyatakan bahwa kita sudah bersatu dengan Kristus. Jika seorang anak Tuhan sudah kehilangan kerinduan untuk bersatu dengan Kristus dalam ikatan tubuh Kristus, maka itu berarti ada masalah dalam kerohaniannya. Jika suami-istri tidak mau berkomunikasi dan bertemu, maka itu berarti ada masalah dalam relasi mereka. Kerinduan itu tidak boleh dihambat atau dihancurkan.

            Gambaran lainnya adalah kesatuan bangunan dengan fondasinya (Kolose 2:7, 1 Petrus 2:4-5, Efesus 2:20-22, Yesaya 28:16). Kedua hal ini tidak bisa dipisahkan. Kita ini seperti bangunan di dalam Tuhan. Kita tidak mungkin terpisahkan dari Tuhan. Tidak ada kuasa manapun yang bisa memisahkan. Jika kita dengan sengaja menjauhkan diri dari kehendak Tuhan, maka kita sudah mengalami masalah rohani. Sebagai bangunan rohani, kita harus bersatu dan saling mendukung. Covid-19 mengingatkan kita bahwa kita ini kecil, lemah, dan tidak bisa berbuat apa-apa. Keindahan kita adalah relasi yang erat dalam tubuh Kristus. Sebagai Gereja kita harus bersatu untuk saling menguatkan dan bersama-sama menangkap visi Tuhan. Persekutuan anak-anak Tuhan itu menguatkan iman.

            Kesatuan itu juga digambarkan sebagai kesatuan antara anggota tubuh dengan kepala (1 Korintus 6:15, 19, 12:12; Efesus 1:22-23, 4:15-16, 5:29-30). Setiap anggota tubuh tidak boleh berjalan sendiri-sendiri. Kepala itu harus memimpin, yaitu Kristus. Kristus adalah Raja kita dan Ia adalah Hakim yang paling adil. Terkadang mengikut Tuhan itu sulit karena kita memiliki kehendak sendiri yang tidak selaras dengan kehendak Tuhan. Kehendak kita harus ditundukkan di bawah kehendak Tuhan. Sebagai anggota tubuh Kristus kita harus mengingatkan bahwa kita memiliki Kepala yaitu Kristus. Gereja yang sehat adalah Gereja yang berpusat pada Kristus. Jalan salib harus kita tempuh dan kita harus menghasilkan buah-buah iman. Jika Kristus tidak menjadi pusat, maka Gereja itu sudah sesat. Gereja yang menambahkan atau mengurangi ajaran Kristus adalah Gereja yang sesat. Maka dari itu hidup kita harus berpusat pada Kristus. Seluruh program Gereja harus mengarah kepada Kristus dan kehendak-Nya. Kita harus tunduk dalam kerelaan dan keharmonisan untuk menjalankan kehendak-Nya. Tuhan menitipkan kehendak-Nya pada para pemimpin Gereja, jadi kita harus menghormati mereka. Namun kita juga harus berhati-hati terhadap orang-orang yang memakai nama Tuhan namun tidak memiliki jiwa untuk Tuhan. Ikatan tubuh Kristus itu adalah ikatan relasi yang begitu indah.

            Gambaran lainnya adalah kesatuan ras (Roma 5:12, 21; 1 Korintus 15:22, 45, 49). Jadidalamtubuh Kristuskita tidak membedakan orang berdasarkan rasnya. Kita semua adalah satu di dalam Tuhan. Di banyak negara, isu rasisme masih begitu kuat. Rasisme bisa ada karena keberdosaan manusia. Orang-orang ini tidak bisa melihat keindahan kesatuan. Mereka melihat bahwa kesukuan itu lebih penting daripada kesatuan. Orang Kristen tidak boleh seperti ini. Ketika kita sudah bersatu dengan Tuhan, maka kita adalah anak-anak Allah. Kita semua adalah milik Tuhan dan warga Kerajaan Allah. Status ini melampaui bahasa, ras, dan lainnya. Jadi Gereja tidak boleh menjadi Gereja suku atau Gereja bangsa tertentu. Kesatuan dengan Kristus itu menghancurkan rasisme dan diskriminasi sosial. Ini memang tidak mudah, namun perubahan itu harus terjadi. Ketika bergaul dan mencari pasangan, ras bukanlah kriteria utama kita. Kita harus melihat iman dan karakternya dalam Tuhan terlebih dahulu. Suami-istri yang berbeda budaya bisa bersatu karena mereka tunduk di bawah hukum Kristus.

            Keempat, kesatuan dengan Kristus adalah kesatuan organis. Gereja tidak boleh diikat oleh administrasi dan organisasi tetapi oleh visi dan misi yang melampaui semua itu agar Gereja bisa melakukan pekerjaan Tuhan yang bersifat kekal. Kesatuan organis itu melampaui umur. Kita tidak boleh memiliki konsep ‘gereja dalam gereja’ (misalnya di dalam satu Gereja hanya kelompok remaja yang dipentingkan sedangkan yang lainnya tidak). Semua dalam Gereja itu penting di mata Tuhan. Kita tidak boleh bersatu dalam kotak-kotak. Kita semua terikat dan harus saling mementingkan dan menopang. Itulah kesatuan organis. Dalam kesatuan organis ini ada kesatuan dalam Kristus (unity in Christ). Kesatuan organis ini dicatat dalam Yohanes 15:5, 1 Korintus 6:15-19, Efesus 1:22-23, 4:15-16, 5:29-30. Dalam kesatuan ini Kristus melayani orang-orang percaya dan sebaliknya orang-orang percaya melayani Kristus. Setiap anggota tubuh Kristus saling melayani dalam kesatuan yang tidak terpecahkan (Efesus 2:11-22; 4:1-16). Rumah tangga kita adalah unit Gereja yang terkecil. Keluarga harus punya kerinduan untuk melayani. Kita melayani bukan karena disuruh atau terpaksa tetapi karena ada kerinduan. Pelayanan itu merupakan suatu hak yang harus rela kita lakukan. Kita tidak menghitung pengorbanan kita karena Tuhan sendiri sudah banyak berkorban bagi kita. Keindahan tubuh Kristus adalah ketika semua anggota berjalan dalam kebersamaan untuk mencapai visi Tuhan. Di sana Tuhan menyertai kita dan menyatakan kemuliaan-Nya.

            Kelima, kesatuan dengan Kristus adalah kesatuan yang kekal. Jadi kesatuan dengan Kristus bukanlah kesatuan yang sementara yang bergantung pada diri kita. Kesatuan Kristus dengan orang percaya itu kekal adanya, tidak bisa diputuskan, dihancurkan, atau dibatalkan oleh apapun juga (Matius 28:20; Yohanes 10:28; Roma 8:35, 38, 39; 1 Tesalonika 4:14, 17). Tuhan Yesus berjanji untuk selalu menyertai kita. Ia terus memegang kita dan tidak ada kuasa yang bisa merenggut kita. Kesatuan dengan Kristus menjamin keselamatan yang kekal bagi anak-anak-Nya dan tidak ada kuasa dari manapun juga yang bisa merebut mereka dari tangan Kristus (Yohanes 10:28-30). Keselamatan yang kekal tidak berarti kita bisa bebas berbuat dosa. Jika kita masih mencintai dosa, maka itu berarti kita belum bersatu dengan Kristus. Orang egois yang tidak mau melayani Tuhan adalah orang yang belum bersatu dengan Kristus. Orang yang tidak mau bersekutu adalah orang yang belum masuk ke dalam ikatan tubuh Kristus.

2) Adakah konsep kesatuan dengan Kristus yang salah dalam kekristenan?

            Pertama, kesatuan sakramen – Perjamuan Kudus. Pandangan ini berkata bahwa: orang percaya mendapatkan anugerah Kristus dengan menerima sakramen-sakramen. Seseorang sungguh-sungguh memasukkan Kristus ke dalam dirinya dengan mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus, memakai tubuh Kristus dan meminum darah Kristus (trans-substansiasi dan kon-substansiasi, mukjizat). Pandangan ini didasarkan pada tafsiran hurufiah kata-kata Tuhan Yesus dalam Matius 26:26-28 dan Yohanes 6:53. Jelas pandangan ini keliru karena Kristus sendiri menyatakan bahwa Perjamuan Kudus itu hanyalah untuk mengenang diri-Nya. Penganut konsep trans-substansiasi percaya bahwa roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus itu benar-benar berubah menjadi daging dan darah Kristus. Penganut konsep kon-substansiasi percaya bahwa Tuhan hadir dalam roti dan anggur yang diambil saat Perjamuan Kudus. Penganut konsep ini sering mengadakan Perjamuan Kudus untuk orang-orang yang sudah sakit keras dan hampir meninggal sehingga mereka mendapatkan keselamatan. Ada pula kelompok yang percaya bahwa Perjamuan Kudus mendatangkan kesembuhan. Ini adalah ajaran yang salah. Melalui Perjamuan Kudus, kita mengenang pengorbanan Kristus di kayu salib. Itu bertujuan untuk membangun kerohanian kita. Di sana kita mengevaluasi diri dalam hal kesucian, ketaatan, dan komitmen rohani kita.

            Kedua, kesatuan mistik. Pandangan ini percaya bahwa: kesatuan orang percaya dengan Kristus begitu kuat sehingga menghisap orang percaya tenggelam habis ke dalam hubungan itu sampai akhirnya ia kehilangan kepribadiannya dan akal budinya. Hal ini seperti terhisap dalam suasana ibadah tanpa akal budi dan penguasaan diri. Contoh yang lain adalah orang yang menyaksikan pertandingan bola sampai lupa waktu, identitas, dan lainnya. Penganut pandangan ini mengutip Daud yang menari-nari ketika membawa tabut Tuhan. Jika kita memerhatikan konteksnya, maka kita akan menemukan bahwa Daud bukan menari dalam ibadah. Ia tidak menari dalam rumah Tuhan. Jadi apa yang Daud lakukan tidak boleh kita lakukan dalam ibadah. Ketika kita bersatu dengan Kristus, kita tidak terhisap sampai kehilangan pribadi kita sendiri. Kita tidak menjadi Tuhan yang memiliki kuasa Tuhan.

            Ketiga, kesatuan metafisik. Iniadalah kesatuan bukan karena penebusan tetapi kesatuan karena kita adalah ciptaan. Gagasan ini didasarkan pada konsep panteistik bahwa kita dan Allah satu esensi adanya dan tidak ada keberadaan yang lepas dari esensi Allah. Kita adalah bagian dari esensi Allah. Orang-orang panteistik bermeditasi di alam. Mereka percaya bahwa dalam alam ada kekuatan Tuhan yang bisa dihisap manusia. Banyak orang memilih tempat yang tinggi untuk berdoa karena mereka percaya bahwa tempat yang tinggi adalah tempat yang dekat dengan Tuhan. Ini juga merupakan konsep yang salah. Mereka percaya bahwa Kristus bersatu dengan kita dan ada di dalam kita berdasarkan penciptaan dan bukan penebusan. Secara esensi kita tidak sama dengan Allah. Allah adalah pencipta dan kita adalah ciptaan. Mereka menolak konsep kesatuan karena penebusan tetapi kita percaya bahwa kesatuan dengan Kristus adalah kesatuan karena penebusan.

            Keempat, kesatuan psikologis. Penjelasan konsep ini adalah: kesatuan Kristus dengan orang percaya tidak lain sebagai kesatuan moral, simpati, atau kasih saja. Kesatuan itu seperti kesatuan guru dan murid oleh minat pelajaran atau kesatuan antara dua orang sahabat. Orang-orang penganut konsep ini memilih kekristenan karena merasa cocok dengan moralitas, suasana ibadah, dan alasan-alasan lain selain Kristus. Kita bersatu dengan Tuhan karena Tuhan terlebih dahulu mengasihi kita dan berkorban untuk kita. Jadi kita tidak melihat moral dan kasih yang humanis saja.

3) Implikasi kesatuan Kristus dengan kita

            Implikasi pertama adalah hidup dalam kekuatan Kristus. Paulus berkata: segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Filipi 4:13, bandingkan dengan Galatia 2:20 dan 2 Korintus 12:9). Kita semua adalah orang yang kuat di dalam Tuhan. Kita lemah jika kita berada di luar Tuhan. Kita bisa maju dalam situasi sulit karena kita tinggal di dalam Tuhan. Implikasi kedua adalah kesatuan dalam Kristusmenikmati kesatuan sebagai tubuh Kristus (terikat/tergabung). Kesatuan orang percaya dengan Kristus menjadi tali pengikat antara sesama orang percaya sebagai anggota tubuh Kristus. Ikatan tubuh Kristus itu tidak boleh diputuskan oleh karena keegoisan dan kesombongan kita. Kita harus rela dan mau melayani dalam tubuh Kristus. Mereka hidup dalam Roh, kasih, iman, dan baptisan serta tujuan yang sama. Mereka satu dalam Gereja-Nya dan dalam kerajaan-Nya (Yohanes 17:20-21; Roma 12:15; Efesus 4:2, 3; Kolose 3:16; 1 Korintus 3:13, 10:24-25; Yakobus 5:16; 1 Yohanes 1:3, 7). Setiap orang yang sudah bersatu dengan Kristus akan memiliki kerinduan untuk terlibat dalam ikatan tubuh Kristus.

           Implikasi ketiga adalah kita akan menghasilkan buah-buah rohani. Ketika kita dibenarkan dalam Kristus dan diadopsi menjadi anak-anak-Nya (Yohanes 1:12), potensi ini akan melengkapi dan memampukan kita untuk melayani Dia untuk menghasilkan buah-buah rohani yang sejati (Yohanes 15:16b). Kita akan dimampukan untuk memenangkan banyak jiwa. Buah-buah rohani yang dimaksud bukanlah mukjizat-mukjizat yang terlihat spektakuler. Buah-buah rohani yang dimaksud itu berkaitan dengan penginjilan. Implikasi keempat adalah kita bisa menikmati penderitaan karena Kristus. Orang yang sudah bersatu dengan Tuhan akan menikmati penderitaan karena Kristus karena ia melihat itu sebagai hak istimewa. Para murid diberitahukan bahwa mereka akan minum cawan yang Kristus minum dan dibaptis dengan baptisan yang Kristus terima (Markus 10:39). Dalam konteks yang lain Kristus mengingatkan mereka untuk tidak terkejut jika dianiaya karena-Nya (Yohanes 15:20, bandingkan dengan Matius 5:10-12). Rasul Paulus menyatakan betapa ia menderita untuk menjadi serupa dengan Kristus (Filipi 3:8-10, 2 Korintus 11:23-28). Dalam hal ini penderitaan itu baik untuk membentuk karakter kita. Rasul Petrus mengingatkan orang-orang percaya untuk bersukacita karena berbagian di dalam penderitaan Kristus (1 Petrus 4:13). Kita bisa bersekutu dengan Kristus di dalam penderitaan-Nya.

           Implikasi kelima adalah kita akan memerintah bersama dengan Kristus di surga. Ketika Yakobus dan Yohanes datang bersama dengan ibunya untuk meminta jabatan yang mulia, Kristus menyatakan bahwa mereka akan menerima penderitaan (Markus 10:35-39). Tetapi Kristus juga mengatakan kepada mereka bahwa mereka akan makan dan minum di meja-Nya dalam Kerajaan Allah serta duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel (Lukas 22:30). Kita akan menghakimi orang-orang yang membenci Kristus.

KESIMPULAN

            Bersatu dengan Kristus adalah kesatuan yang rohani, resiprokal, membarui, organis, dan kekal. Kesatuan ini akan menjadikan kita produktif secara rohani dan dapat menikmati berkat karunia-karunia rohani di bumi (melayani) dan di surga. Kesatuan adalah kesatuan yang indah yang kita terus nikmati dan tingkatkan.

Q & A

Q. Resiprokal itu harus dua pihak, maka sebenarnya apa yang terjadi di antara Kristus dan orang percaya sehingga disebut resiprokal?

A. Tuhan adalah pokok anggur dan kita adalah rantingnya. Jadi ada kesatuan untuk nilai tujuan. Resiprokal berarti ada interaksi. Kita didukung oleh Firman Tuhan yang kita baca, renungkan, dan hidupi. Di sana kita menghasilkan buah kasih. Kita mengasihi Tuhan dan kebenaran-Nya. Maka kita akan terus mau mempelajari Firman Tuhan dan menghidupinya. Tuhan akan menggarap nilai ketaatan kita sehingga kita menghasilkan buah yang sejati bagi Tuhan. Tuhan yang pertama-tama melayani kita dan kemudian kita mau melayani Dia. Kita berkorban karena Tuhan sudah berkorban bagi kita. Kita melayani secara total karena penebusan itu bersifat total. Dalam kesatuan resiprokal ini ada karya Roh Kudus 100% yang memberikan jaminan pasti karena Ia tidak mungkin gagal menggarap kita.

(Transkrip ini belum diperiksa oleh pengajar – TS)