Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak ; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” (Kejadian 1:28)
Setelah Allah menciptakan manusia, Ia memberkati mereka dan memberi mereka tugas atau tanggung jawab. Pemeliharaan Allah dan kenikmatan yang manusia bisa dapatkan baru difirmankan di ayat selanjutnya. Kita bisa mengatakan bahwa tanggung jawab harus lebih diutamakan daripada hak kita. Kita membutuhkan keduanya namun tanggung jawab harus menjadi prioritas. Ketika semua orang menuntut hak dan mengecilkan tanggung jawab, maka akan terjadi kekacauan, saling menuntut, pertikaian, dan pada akhirnya kehancuran. Namun ketika semua orang mengedepankan tanggung jawab, hampir semua masalah akan dapat diselesaikan.
Ada yang menyatakan bahwa kedewasaan seseorang bisa dinilai dari banyak atau besarnya tanggung jawab dipikulnya. Kalimat ini ada benarnya. Anak kecil hanya mencari kesenangan dan tidak mengerti tentang tanggung jawab. Lambat laun ia bertumbuh dan menyadari bahwa ia harus mengambil peran, dan peran yang signifikan adalah peran yang dibutuhkan, menciptakan perubahan, dan memiliki beban tanggung jawab. Orang dewasa yang menolak untuk mengemban tanggung jawab pasti akan kehilangan identitas, arah hidup, dan makna hidup. Ada yang menyatakan bahwa penyebab sebagian kasus pasien depresi berakar pada penolakan untuk mengemban tanggung jawab dalam hidup.
Pertanyaan renungan: Apakah kita mengerti tanggung jawab kita di hadapan Allah? Apakah kita mau mengemban atau menolak tanggung jawab? Apakah kita lebih mementingkan hak atau tanggung jawab?