Hari ini saya akan berkhotbah dengan tema “Ini Rumah Bapaku”. Teks dan konteksnya berkaitan dengan Yesus yang pada saat itu berumur 12 tahun. Kita tahu bahwa umur 12 tahun itu adalah masa remaja menuju kematangan identitas, tetapi jikalau tidak matang maka bisa kehilangan identitas. Kita akan bersama-sama membaca Firman Tuhan di dalam Lukas 2:49, Lukas 2:52, dan Yohanes 2:17. Ketika Yesus berumur 12 tahun, Dia berkata bahwa itu rumah Bapa-Nya. Yesus juga pernah berfirman kepada para murid: di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal (Yohanes 14:2). Berkaitan dengan bait Allah, Yesus pernah berkata: rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali (Yohanes 2:19). Ternyata para murid teringat akan perkataan Yesus: cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku (Yohanes 2:17). Jadi di sini kita melihat bahwa dalam seluruh proses cinta kita kepada Tuhan dan kepada manusia, kuncinya adalah kerelaan untuk berkorban. Semakin engkau mencintai pasanganmu maka semakin besar pula kerelaanmu untuk berkorban demi pasanganmu. Tetapi jikalau tidak demikian maka engkau akan semakin mengorbankan pasangan demi dirimu sendiri dan ini menunjukkan bahwa cinta itu tidak bertumbuh ke arah Kristus. Demikian pun orang tua terhadap anak dan sebaliknya juga kita kepada Tuhan. Semakin kita mau hidup bagi Tuhan, maka semakin besar kemauan kita untuk berkorban. Ketika kita mau mengorbankan yang terbaik untuk Tuhan, itu berarti bahwa pengorbanan kita berkaitan dengan Kerajaan Allah, bukan berkaitan dengan diri kita atau keluarga kita. Di sini kita harus mengerti bahwa jikalau iman kita semakin bertumbuh, maka kerelaan kita untuk berkorban demi pekerjaan Tuhan akan semakin bertumbuh pula.
PENDAHULUAN
Dunia sekarang berusaha menjauhkan generasi baru dari kehidupan gereja dan Kristus. Gadgets yang kita miliki adalah saingan kenikmatan model baru dimana seseorang ketika berelasi tidak perlu bertemu muka dengan muka. Dengan teknologi sekarang dia bisa menikmati bagian-bagian yang mengikat kenikmatan dia dengan gadget itu. Banyak orang sekarang lebih tertarik dengan pengkhotbah youtube atau media sosial lainnya. Mereka menganggap bahwa jikalau mereka sudah melihat satu berita firman melalui media sosial maka itu tandanya mereka sudah beribadah. Salahkah ini? Salah, karena dia menyamakan gereja dengan satu relasi dengan gadget. Padahal kita yang disebut gereja adalah sekumpulan orang percaya dalam ikatan tubuh Kristus. Kita harus bersosialisasi dalam ikatan tubuh Kristus untuk menyatukan kita di dalam karunia demi karunia untuk melayani Tuhan. Di dalam bagian inilah kita perlu memahami bahwa dunia menanamkan satu ketertarikan. Jikalau kita tidak sadar maka kita akan kehilangan aspek nilai relasi kita dengan anak dan suami atau istri karena kita tidak waspada dengan peperangan rohani modern.
Ketika GRII Cikarang berumur ke-12, siapa yang peduli? Dan apa yang seharusnya kita lakukan ketika GRII Cikarang merayakan ulang tahun ke-12? Jikalau kita merayakan dan kita bersyukur akan hari ini, maka itu berarti kita memiliki hati untuk visi dan misi GRII. Kita memikirkan perkembangan di depan. Kita tahu bahwa setiap kita akan mati, tetapi bagaimana melihat jejak kaki Tuhan melalui GRII itulah yang perlu kita pikirkan untuk generasi di depan. Generasi berikutnya harus membawa visi dan misi GRII yang telah ditanamkan oleh Pdt. Stephen Tong. Hal yang harus kita lakukan saat GRII berulang tahun adalah evaluasi diri, membuat program perekrutan, dan membuat satu strategi perubahan. Inilah standar yang harus kita capai untuk memberikan yang terbaik untuk Tuhan. Tetapi ketika kita melupakan Tuhan maka kita harus menghancurkan dulu nilai diri kita yang tidak produktif untuk Tuhan.
Setiap gereja dan kita semua masuk dalam proses. Proses itu bisa menjadi indah atau bisa menjadi buruk. Mau dibawa ke arah mana GRII di depan? Visi dan misi harus kita pahami bersama. Melalui proses dari Tuhan, seluruh dosa yang engkau sembunyikan pada akhirnya akan terbuka. Melalui proses dari Tuhan engkau akan mengetahui apakah hidupmu sudah berkembang secara rohani atau diam di tempat. Melalui proses dari Tuhan engkau akan bisa tahu keindahan maka engkau akan bisa bersyukur di dalam kesulitan dan tantangan. Di dalam setiap beban yang berat engkau akan bisa melewatinya di dalam pertolongan Tuhan. Melalui proses dari Tuhan engkau akan bisa melihat satu keindahan, satu progres yang menyenangkan hati kita. Sebagai orang tua pasti kita harus melihat juga pertumbuhan anak. Kita harus memerhatikan proses yang berkaitan dengan gereja, pelayanan Tuhan, penginjilan, pemuridan Tuhan, dan yang lain-lain. Ketika saya mengambil tema ini, saya harus bergumul mengapa saya harus mengambil dari Lukas 2:49. Saya menggumulkan apa makna yang mau kita pelajari serta apa kaitannya dengan ulang tahun ini dan hal yang harus kita capai lebih lagi bagi Tuhan.
PEMBAHASAN
Perjalanan yang menyenangkan berubah menjadi perjalanan yang mengkhawatirkan (Lukas 2:43-46). Paskah adalah sesuatu yang biasa. Seluruh umat Yahudi, semua orang yang percaya akan Allah dari berbagai penjuru akan datang ke Betlehem untuk berbakti. Terkadang mereka berbakti selama 3 hari. Kita tahu bahwa saat itu orang tua Yesus berjalan dari Galilea. Mereka berjalan dalam satu kelompok dan perjalanan itu jaraknya 120-130 km. Perjalanan pulang-pergi biasanya membutuhkan 2 minggu. Mereka menciptakan perjalanan itu menjadi perjalanan yang menyenangkan karena perjalanan itu membuat mereka bisa bersekutu di antara satu dengan yang lain. Anak-anak bisa belajar untuk melihat alam dan bersekutu. Mereka merupakan satu kelompok rohani yang sama visinya dan tujuannya. Mereka mau beribadah dan mereka harus memiliki motivasi yang suci serta harus menjaga emosi mereka. Saat mereka berjalan pulang, Maria dan Yusuf tidak menemukan Tuhan Yesus. Maka mereka kembali ke Yerusalem untuk mencari Yesus. Dikatakan bahwa pada hari ke-3 Yesus baru ditemukan. Mengapa Yesus ditemukan di bait Allah? Tuhan Yesus bukan bermaksud untuk mencobai orang tuanya. Yesus hadir melalui rahim Maria, dibesarkan dalam keluarga Yusuf dan Maria, dan menjalankan penggenapan misi Allah. Maria dan Yusuf masih melihat misi mereka sebagai orang tua Yesus sehingga mereka memiliki kekhawatiran. Ini adalah sesuatu yang wajar. Namun kita harus mengemas kekhawatiran menjadi sesuatu yang rasional dan bukan dengan emosi yang membuat menjadi sangat tidak baik.
Dalam zaman sekarang ada 16 macam gangguan jiwa. Mengapa jiwa manusia bisa terganggu? Hasil penelitian dari 5 tahun ini menunjukkan bahwa ada banyak orang di zaman modern dan di zaman digital ini yang memiliki gangguan jiwa. Alkitab berkata bahwa khawatir itu mendatangkan dosa. Khawatir terkadang mengandung dosa karena kita tidak melihat Tuhan sebagai pemelihara kita. Mengapa engkau khawatir? Karena engkau tidak mencari Kerajaan Allah dengan seluruh kebenarannya. Engkau hanya memikirkan apa yang engkau mau tetapi engkau tidak pernah memikirkan apa yang Tuhan mau. Pada saat kita mempunyai kekhawatiran yang dikaitkan dengan misi Tuhan, di saat itulah kita akhirnya tidak termakan dengan kekhawatiran dunia karena kita percaya bahwa Allah itu berdaulat. Kita harus mengerjakan apa yang harus dikerjakan di dalam misi Tuhan.
Jadi di dalam bagian inilah terjadi satu pertemuan kekhawatiran misi Yusuf dan Maria dengan aspek misi Tuhan yang ditanamkan di dalam pribadi Yesus. Di saat itulah kita mengerti bahwa Yesus sama sekali tidak khawatir. Yesus menikmati diskursus dengan alim ulama di Bait Allah (ayat 46) selama 3 hari dan Ia tidur di Bait Allah. Dalam hal inilah kita baru tahu bahwa seluruh perjalanan hidup kita terkadang mengandung hal yang perlu kita pahami di dalam nilai identitas kita. Mengapa Yesus menikmati diskursus itu? Yesus sedang memberikan perkenalan awal tentang siapa diri-Nya. Yesus berumur 12 tahun dan sudah punya identitas sebagai orang yang penuh dengan hikmat, pengetahuan, dan ketajaman di dalam mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan nilai-nilai Tuhan. Di dalam kurikulum pendidikan Yahudi, pendidikan anak berumur 11 tahun adalah shema yaitu banyak mendengar, banyak mengerti, dan memahami. Setelah itu mereka diajarkan untuk menghafal mazmur dan belajar bernyanyi. Daud menggembalakan kambing domba dan pandai bermain kecapi. Maka kita sebagai orang tua harus mengajarkan hal ini kepada anak-anak kita. Dari sejak kecil mereka harus diajarkan tentang Mazmur, bagaimana bernyanyi dengan benar, dan bagaimana bermain musik dengan benar. Orang Yahudi punya kurikulum yaitu menghafal seluruh Taurat dan menafsirkannya. Jikalau sudah bisa maka orang itu boleh menjadi pemimpin. Di dalam bagian inilah hal ini terkadang sudah tidak ada di dalam kurikulum pendidikan keimanan karakter kita di rumah.
Kejutan Hidup (Lukas 2:47-48 -> Bar Mitzvah)
Yesus mengejutkan semua orang yang ada di Bait Allah (ayat 47). Di dalam bait Allah ada alim ulama, ahli-ahli Taurat, orang Farisi, orang Saduki, dan pengikut-pengikut sinagoge pada saat itu. Selama 3 hari Yesus menjadi bintang karena anak umur 12 tahun itu bisa bertanya jawab tentang Tuhan, kehidupan, dan hikmat. Di saat itulah Yesus disebut Bar Mitzvah yang sedang mempelajari Taurat. Yesus bisa bertanya jawab, berdiskusi, menganalisa, bahkan bisa memberikan tafsiran yang sangat jitu. Umur Yesus melampaui seluruh pengetahuan dan kebijaksanaan orang-orang pada saat itu. Di dalam bagian inilah kita percaya bahwa hidup kita ada di dalam Tuhan. Kita bisa mengejutkan dunia secara positif tetapi juga bisa mengejutkan secara negatif di luar Tuhan. Jika hidup kita ada di dalam Tuhan, maka Tuhan bisa bekerja melampaui umur kita, keterbatasan kita, dan melampaui GRII yang berumur 12 tahun. Kehadiran GRII di Cikarang sudah banyak mengejutkan banyak gereja. Maka setiap kita harus rajin berdoa. Tuhan Yesus memiliki kualitas yang luar biasa karena Dia adalah Tuhan. Ketika Dia punya natur 100% manusia dan 100% Allah, Dia harus mengalami pertumbuhan. Di dalam pertumbuhan karakter dan pertumbuhan nilai relasi, Dia mengejutkan banyak orang secara positif. Umur 12 tahun adalah masa yang kritis. Saat anak berumur 12 sampai 13 tahun, orang tua harus menjadi pendamping yang komprehensif untuk melewati masa kritis itu. Jikalau masa ini tidak dilewati dengan baik maka anak bisa menjadi rapuh dan mendapatkan gangguan jiwa. Di sini orang tua harus menanamkan nilai keimanan pada diri anak dengan komprehensif. Orang tua harus menjadi pendamping supaya anak-anak bisa melewati masa ini dengan baik bersama dengan Tuhan.
Ketika gereja kita berumur 12 tahun, kita harus semakin bergandengan tangan. Kita harus semakin gigih mencari identitas kita untuk hidup bagi Tuhan. Visi kita adalah bagaimana kita menegakkan teologi Reformed di antara teologi-teologi lain. Kita harus menghidupi semangat penginjilan di Cikarang dan sekitarnya. Di dalam bagian inilah kita harus bersyukur jikalau gereja ini ada dari nol. Sampai sekarang gereja ini bisa ada karena anugerah Tuhan. Kita harus mengejutkan orang-orang di sekitar kita. Pada waktu orang lain melihat Tuhan di dalam kehidupan kita, di saat itu kita sebenarnya sedang mengejutkan orang-orang di sekitar kita karena karakter Tuhan ada di dalam hidup kita. Tuhan bisa mengerjakan hal-hal yang luar biasa yang tidak pernah kita pikirkan di dalam hidup kita. Di dalam bagian inilah kita percaya bahwa jika hidup kita ada di tangan Yesus, maka kita akan bisa menjadi orang yang sempurna. Jika hidup kita ada di luar Yesus maka hidup kita akan hancur di dalam seluruh keinginan duniawi. Jika hidup kita ada di tangan kita sendiri maka kita akan hanya mengikuti arus yang tidak menentu. Tetapi jika hidup kita ada di tangan Tuhan maka kita akan disempurnakan dari sisi karakter sampai keimanan. Yesus pada saat itu menyempurnakan paradigma berpikir alim ulama dan membereskan banyak hal dalam tanya jawab selama 3 hari. Pada saat itulah Yesus sedang menjadi tokoh retret bagi mereka.
Yesus mengejutkan Maria dan Yusuf (ayat 48). Yesus bertanya kepada orang tua-Nya: mengapa kamu mencari aku? Semua nilai kekhawatiran orang tuanya tidak diberikan empati oleh Tuhan Yesus pada saat itu. Pertanyaan Yesus pada saat itu membuat Maria dan Yusuf sangat terkejut. Mungkinkah Maria dan Yusuf tersinggung akan hal ini? Pada saat itu bisa saja Maria dan Yusuf berdiskusi, tetapi Alkitab mengatakan bahwa semua perkataan Yesus disimpan di dalam hati Maria. Ini karena dia tahu siapa Yesus. Seluruh kalimat itu mengejutkan tetapi sangat mengagumkan karena Yesus yang berumur 12 tahun itu melakukan diskursus dengan alim ulama dan duduk dengan tenang. Begitu juga gereja kita harus mengejutkan banyak gereja sehingga orang-orang bukan melihat kita tetapi melihat Tuhan lewat visi-misi gereja kita. Mereka akan kagum dengan apa yang kita kerjakan karena semua yang kita kerjakan berpusat pada nilai kerajaan Tuhan. Pertanyaan Yesus ‘mengapa kamu mencari Aku?’ jika dipahami secara melankolis pasti membuat Maria dan Yusuf sangat terpukul hatinya. Tetapi kalimat ini menunjukkan identitas diri-Nya ketika Dia berada di rumah Tuhan. Dia punya otoritas, kuasa, dan dominasi pada saat itu. Kalimat ini pasti bisa membenturkan nilai emosi dengan sangat kuat. Tetapi kalimat Yesus ini menunjukkan identitas-Nya sebagai Mesias. Yesus adalah Anak Allah. Dia mengerti bagaimana mengatur segala sesuatunya walaupun Dia berumur 12 tahun. Kalimat ini menjelaskan identitas dan tanggung jawab-Nya. Kalimat ini juga menjelaskan bahwa Dia adalah anak yang mandiri. Di dalam bagian inilah Yesus memunculkan identitas-Nya, sedangkan anak lain yang berumur 12 tahun masih mencari identitas. Gereja kita sudah berumur 12 tahun dan tidak lagi mencari identitas tetapi menunjukkan identitas kita, kemandirian kita, dan tanggung jawab kita.
Setelah Tuhan menunjukkan identitas-Nya, berkatalah Yesus kepada mereka: Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku? (Lukas 2:49). ‘Rumah Bapa-Ku’ bukan berarti gedungnya. ‘Rumah Bapa-Ku’ adalah Bait Allah yang dalam Perjanjian baru adalah diri kita sendiri. Ini karena diri kita sudah ditebus oleh Kristus dan Kristus tinggal di dalam hidup kita. Roh Kudus menggenapkan semuanya itu melalui kelahiran baru kita sehingga Bait Allah itu adalah tubuh kita. Tubuh ini adalah tempat dimana Allah hadir. Tubuh ini akan bermakna jikalau semua dipenuhi oleh Kristus dan jikalau semua ini dikembalikan menjadi milik Kristus. Kita harus berani berkata seperti Paulus. Dahulu tubuhnya hanya dipakai sebagai senjata kejahatan, kecemaran, dan senjata yang sifatnya tidak memuliakan Tuhan. Namun kemudian di dalam Tuhan ia menyerahkan seluruh anggota tubuhnya menjadi senjata kebenaran. Kalimat ‘ini rumah Bapa-Ku’ menjelaskan bahwa Dia harus menyatakan kemuliaan Tuhan. Ini menunjukkan bahwa Dia hidup untuk memberitakan Injil Allah dan menyatakan Tuhan kepada orang-orang yang ada di Bait Allah pada saat itu.
Kita harus menghargai seluruh kehadiran Tuhan. Tuhan itu maha hadir, maka di dalam bagian inilah mari kita berpikir secara pribadi bahwa tubuh kita adalah Bait Allah atau Rumah Tuhan. Secara global kita harus berpikir bahwa Tuhan itu hadir. Ini berarti kita harus hidup untuk menyatakan Tuhan melalui nilai kehidupan secara pribadi saat menikmati Firman setiap hari. Melalui pekerjaan kita harus menyatakan Firman Tuhan. Ia harus menjadi Tuhan atas seluruh hidup kita. Pada akhirnya kita akan mempunyai rumah yang kekal di surga, maka dari itu Tuhan berkata: di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal (Yohanes 14:2). Inilah yang menjadi penghiburan kita supaya kita tidak takut menghadapi kematian. Tetapi kita juga harus mengingat kalimat sebelumnya: cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku (Yohanes 2:17). Jikalau kita semakin mencintai Yesus, maka kita akan semakin rela untuk menghancurkan keinginan kita yang tidak suci. Kita akan semakin rela untuk menghancurkan ego kita supaya Tuhan lebih terlihat melalui seluruh kehidupan kita, keluarga kita, dan bisnis kita. Kita akan semakin ingin kehendak-Nya dinyatakan di gereja ini. Biarlah setiap kita dapat memahami bagian ini supaya ucapan syukur kita selalu dikaitkan dengan Tuhan dan penyertaan Tuhan. Biarlah setiap kita boleh bersungguh-sungguh menjadi umat yang semakin bertanggung jawab dan mengejutkan orang-orang di sekitar kita karena pada akhirnya mereka dapat melihat Tuhan. Kita akan menjadi orang yang bisa dibanggakan dan dikagumi karena orang lain melihat Yesus hidup di dalam kita. Tuhan memberkati.