John Calvin lahir di Noyon, Prancis 1509. Ayahnya seorang pengacara yang makmur dan Calvin mengikuti jejak ayahnya. Dia belajar di universitas Paris, di dalam masa studinya, Calvin menyadari bahwa ia lebih condong pada golongan Protestan meskipun ia sendiri lahir dari keluarga Katolik.
Calvin lantas makin mendalami bidang teologia. Pada tahun 1536 ia memutuskan untuk pergi ke Strasbourg, namun dalam perjalanan terjadi sebuah perang lokal, sehingga ia harus memutar melewati Jenewa. Pada saat itu, Jenewa baru saja menerima reformasi yang dipimpin oleh Guillaume Farel. Farel mengenali Calvin seorang sarjana muda yang bertalenta, ia meminta Calvin untuk melayani dan mereformasi gereja-gereja di Jenewa bersamanya. Awalnya Calvin menolak, namun Farel terus mendesak sampai akhirnya Calvin menyanggupi permintaan tersebut.
Usaha Calvin yang ingin melakukan reformasi secara cepat berbanding terbalik dengan kondisi gereja Jenewa yang masih sulit meninggalkan tata cara gereja Katolik Roma. Hal ini lantas membuat Calvin meninggalkan Jenewa pada 1538 dan melanjutkan perjalanannya ke Strasbourg dan melayani jemaat Perancis yang ada di sana. Meskipun keadaannya miskin tetapi cukup menyenangkan baginya. Ia juga berkesempatan bertemu dengan para reformator yang lain.
Di saat keadaan Jenewa semakin kacau, dewan kota memanggil Calvin untuk kembali ke Jenewa. Tetapi Calvin enggan kembali karena ia sudah jatuh cinta pada pelayanannya di Strasbourg. Martin Bucer, temannya di Strasbourg menyatakan bahwa sekarang ia sudah bersikap seperti Yunus. Ia pun kembali ke Jenewa.
Segera sesudah kembali, Calvin memberlakukan pemerintahan gereja yang sangat ketat serta disiplin yang ketat yang berbasis pada Alkitab. Ia memaksa seluruh masyarakat Jenewa untuk mentaati seluruh disiplin ini tanpa batas umur dan kedudukan. Bertahun-tahun ia menghadapi perlawanan dari para pejabat sampai pada akhirnya mereka tersingkir dari pemerintahan dan pemerintahan kota dipimpin oleh orang yang pro-Calvin.
Di dalam pemerintahan Calvin, Jenewa menjadi sebuah contoh dari kota yang mengalami reformasi secara menyeluruh. Calvin juga mendirikan sekolah bagi mereka yang ingin belajar doktrin yang berbasis pada Alkitab yang langsung disambut meriah oleh para intelektual dari berbagai negara. Dengan adanya akademi ini, maka reformasi dan penyebaran akan ide-ide dari Calvin semakin tersebar dengan cepat sehingga mempengaruhi banyak tempat.
Semasa hidupnya ia banyak menulis risalah polemis, baik untuk melawan gerakan Anabaptis, Pelagianisme dan juga sebagian melawan para pendeta dari golongan Lutheran. Selain itu Calvin meninggalkan tulisan berupa tafsiran-tafsiran terhadap Alkitab dan bukunya mengenai pengajaran agama kristen yang begitu terkenal yaitu Institutio, yang berisi pengajaran dasar dari kekristenan, seperti pengertian terhadap Allah, Roh Kudus, kesatuan dengan Kristus, pembenaran oleh iman, dan tentang geraja. Calvin terus berjuang sampai akhir hayatnya dalam usia 55 tahun.