lalu ia berkata kepada dirinya sendiri: “Hari-hari berkabung karena kematian ayahku itu tidak akan lama lagi; pada waktu itulah Yakub, adikku, akan kubunuh” (Kejadian 27:41b)
Esau marah kepada Yakub karena ia merasa ditipu olehnya. Hak kesulungan yang seharusnya dimiliki oleh Esau direbut oleh adiknya, Yakub. Kebenciannya begitu mendalam sehingga ia merencanakan pembunuhan adiknya di dalam hatinya. Esau tidak bisa langsung membunuh Yakub karena ayahnya masih hidup. Namun ia berpikir bahwa ayahnya akan segera meninggal sehingga rencana pembunuhannya akan bisa segera dilaksanakan. Di sini Esau secara tidak langsung bersyukur akan kematian ayahnya yang dipikirnya sudah dekat. Ayahnya dianggapnya sebagai penghalang bagi rencananya. Jadi Esau bukan membenci Yakub saja tetapi secara tidak langsung ia juga sebenarnya membenci ayahnya dan menginginkan kematiannya.
Dari ayat yang kita baca, Esau sama sekali tidak memikirkan kesedihan karena kematian ayahnya. Ia juga tidak memikirkan bagaimana perasaan ibunya ketika nanti ayahnya meninggal. Ia hanya berfokus pada satu tujuan: kematian Yakub. Kebencian itu membuat dirinya tidak memikirkan kepentingan orang lain. Jadi kebencian memengaruhi bukan hanya orang yang membenci dan orang yang dibenci tetapi juga orang-orang di sekitar orang yang membenci itu. Kebencian itu tidak berakhir pada orang yang dibenci itu tetapi kebencian itu merambat kemanapun ia bisa pergi. Dosa yang tidak segera dihancurkan akan terus berkembang dan pada akhirnya membawa kehancuran yang besar.
Maka dari itu, kita sebagai pengikut Kristus harus senantiasa waspada dan selalu menjaga hati kita.