Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Filipi 4:12-13).
Kata ‘segala perkara’ (ayat 13) itu mencakup ‘hal kelimpahan’ (ayat 12). Paulus menyatakan bahwa dirinya juga sanggup menanggung kelimpahan dengan kekuatan dari Tuhan. Bukankah lebih tepat jika Paulus berkata bahwa ia sanggup menanggung kekurangan? Bukankah kelimpahan itu adalah hal yang mudah untuk ditanggung? Pada faktanya, manusia tidak sanggup menanggung kelimpahan tanpa kekuatan Tuhan. Agur berkata: …Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan… Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu?.. (Amsal 30:8-9). Kelimpahan bisa menghancurkan manusia yang tidak siap menanggungnya.
Kepada orang kaya yang ingin mendapatkan hidup kekal itu, Yesus berkata: juallah segala yang kaumiliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku (Lukas 18:22). Setelah mendengar perkataan itu, orang kaya itu menjadi amat sedih, sebab ia sangat kaya (Lukas 18:23). Oleh sebab hartanya yang sangat banyak itu ia meninggalkan Yesus dan mengurungkan niatnya untuk mengikut-Nya. Alih-alih membahagiakannya, hartanya yang sangat banyak itu menghalanginya untuk mengikut Yesus, sumber kebahagiaan yang sejati dan kekal.
Maka dari itu, sebelum kita berdoa meminta kelimpahan (dengan tujuan yang benar), kita harus berdoa meminta kekuatan untuk dapat menanggung kelimpahan itu. Tanpa kekuatan dari Tuhan, kita tidak akan bisa berkuasa atas kelimpahan itu. Hal yang sebaliknya akan terjadi: harta itu berkuasa atas kita.