Hari ini kita akan menbahas bagian yang pertama bagaimana Musa menolak panggilan Tuhan dan bagaimana kita melihat sepertinya dia rendah hati tetapi sebenarnya dia rendah diri. Kenapa Musa yang dulu sangat percaya diri akhirnya setelah 40 tahun menjadi gembala kambing domba dia menilai diri terlalu rendah? Apakah ini sesuatu yang layak sampai ini menjadi satu alasan yang membuat dia secara tidak langsung mengatakan bahwa dia menolak panggilan Tuhan? Saya mengajak kita membaca Alkitab Kejadian 3:11–12, Kisah Para Rasul 7:25, Mazmur 23:4-6.
Pendahuluan
Melayani karena panggilan Tuhan akan memiliki perbedaan kualitas dengan melayani karena panggilan diri sendiri. Ada orang menjadi Kristen karena memang lahir dari keluarga Kristen, menjadi Kristen karena memang budaya, kerutinan, dan kecocokan. Ada orang Kristen yang melayani Tuhan bukan karena panggilan tetapi karena melihat umur sudah terlalu tua, anak-anak sudah mapan, dan ia berkata inilah satu kesempatan saya punya aktualisasi dimasa tua aku melayani Tuhan dan tidak punya panggilan khusus berkaitan dengan talentanya. Orang ini kelihatannya melayani Tuhan tetapi dari segi kualitas jika diuji dan dilihat maka mungkin tidak memiliki satu pembeda dan mungkin tidak ada jiwa-jiwa yang dilayani secara khusus atau mungkin tidak melayani kepada substansi yaitu penginjilan dan pemuridan. Jadi apa yang dilayani semuanya di permukaan saja. Berbeda halnya jika kita melayani karena panggilan Tuhan dan melayani karena kita mengerti kita diselamatkan untuk bagaimana kita menikmati Tuhan dalam kesulitan dan penderitaan. Tetapi semua tetap kita ekspresikan dalam mengutamakan Tuhan dan melayani Tuhan. Jadi sukacita terbesar dalam hidup kita bukan hal yang bersifat lahiriah, sukacita yang terbesar bukan karena kita punya keluarga baik, harta ada banyak dan segala sesuatu. Justru sukacita yang terbesar adalah pada waktu kita melayani Raja di atas segala raja dan kita melayani karena jiwa yang Tuhan percayakan kepada kita. Inilah penginjilan dan pemuridan, itulah sukacita terbesar. Mungkinkah ada orang melayani tanpa panggilan Tuhan? Mungkin. Mengapa Tuhan mengizinkan ini terjadi di dalam satu gereja? Dimanakah kepekaan para gembala? Dimanakah kepekaan para hamba Tuhan? Dimanakah kepekaan orang-orang yang melayani? Di sini maka setiap kita harus ada panggilan pelayanan dan ini bernilai pengutusan. Panggilan pelayanan bernilai peneguhan, jadi bukan kita yang mengutus diri kita sendiri, bukan kita yang meneguhkan diri sendiri.
Mengapa Musa mengalami perubahan diri sebelum dan saat dipanggil Tuhan? Pada waktu dia berani membunuh orang Mesir itu dia begitu percaya diri. Dia pikir orang Ibrani akan mengerti bahwa akulah pemimpin. Ternyata besoknya pada waktu dua orang Ibrani berkelahi dan Musa mencoba menegur mereka, Musa mencoba bagaimana membuat mereka menjadi damai dan memarahi yang salah, justru orang yang bersalah menegur Musa. Di situlah dia langsung kehilangan kepercayaan diri. Di sini kita melihat setelah 40 tahun justru dia menjadi tidak percaya diri. Adakah yang salah selama 40 tahun menjadi gembala kambing domba? Apakah ini cara Tuhan untuk memeras hatinya dengan luar biasa agar dia sekolah pembentukan hati? Dari seluruh tokoh yamg kita pelajari dari Perjanjian Lama hanya satu tokoh yang diuji Tuhan dan dikatakan hatinya lembut yaitu Musa. 40 tahun pembentukan Musa berlangsung sampai dia melihat dirinya sendiri seperti tidak ada apa-apanya. Apakah ini akan menjadi satu alasan yang boleh masuk akal untuk dia menolak panggilan Tuhan? Bagaimana kita mengerti semuanya ini? Kita akan mempelajari semuanya ini.
Apa artinya bersikap dengan iman? Pada waktu panggilan Tuhan tiba atas kita, apa artinya bersikap dengan benar dalam iman pada waktu kesulitan dan penderitaan tiba untuk kita? Ini akan kita pelajari.
Pembahasan
Kita melihat Panggilan Musa [Kel 2:11-12 (band Kis 7:25)]. Ketika Musa berumur 40 tahun dia ingin melihat saudara-saudara yang sedang bekerja dengan keras, menjadi pekerja-pekerja kasar bagi kerajaan Firaun. Pada waktu Musa melihat orang Mesir memukul dan menyiksa seorang dari bangsanya yaitu orang Ibrani, Musa diam-diam mengamati, Musa diam-diam membuat siasat, Musa diam-diam mempersiapkan satu metode bagaimana dia bisa membunuh orang Mesir itu. Dengan gagah berani dia membunuh. Dia berpikir tidak ada orang yang melihat maka dikuburkanlah orang itu di dalam pasir. Keesokan harinya pada waktu dia melihat ada orang Ibrani yang berkelahi, dia menegurnya dan orang yang ditegur itu mengatakan: apakah engkau akan menjadi pemimpin atas kami? Siapakah yang memilih kamu? Apakah kamu ingin menghakimi aku dan membunuhku sama seperti orang Mesir itu? Perkataan itu langsung menusuk hati Musa. Musa pun tidak percaya diri lagi. Maka pada saat itulah dia mulai berpikir bahwa dia akan dibunuh oleh Firaun. Itu adalah satu perkataan yang diizinkan dan dipakai oleh Tuhan melalui orang Ibrani itu untuk menyatakan siapa engkau yang sesungguhnya.
Di sini kita mengerti Musa yakin akan panggilannya, tetapi berdasarkan pada kekuatannya sendiri. Satu sumber kepercayaan diri bukan karena panggilan Tuhan, tetapi karena panggilan Musa sendiri karena dia adalah putra dari putri Firaun; aku memiliki kedudukan, aku memiliki kekuasaan, karena aku ditugaskan untuk mengawasi para pekerja, mengawasi pembangunan-pembangunan di seluruh kerajaan Firaun, aku punya uang, aku punya orang-orang yang dipercayakan menjadi pengikutku, maka dia percaya diri. Mengapa dia percaya diri? Tidak ada orang Ibrani yang jabatannya setinggi Musa di kerajaan Firaun. Tidak ada orang Ibrani yang kedudukan dan kekuasaannya sebesar dia di dalam istana Firaun. Jadi ada panggilan belas kasihan untuk membebaskan orang Ibrani dari penjajahan Mesir, tetapi dia belum mendapatkan konfirmasi Tuhan, hanya panggilan diri sendiri karena pengalaman dan yang lain-lain. Pada waktu dia menyelesaikan masalah, di situlah dia memakai kekuatan dirinya sendiri dan dia tidak bertanya kepada Tuhan bagaimana menyelesaikan masalah. Dia tidak meminta pimpinan Tuhan bagaimana caranya menyelesaikan masalah. Dia memakai cara kekuatan diri sendiri, yaitu membunuh.
Di sini kita tahu bahwa Tuhan bekerja melalui orang Ibrani yang dia tegur. Sesudah dia menegur, pada waktu perkataan itu dikeluarkan; apakah engkau akan menjadi hakim atas kami? Siapa yang mengangkat engkau menjadi pemimpin kami? Di sini kita melihat 40 tahun setelah itu Tuhan mengizinkan dia tinggal di Midian menjadi gembala kambing dan domba sampai ia berumur 80 tahun. Jadi 40 tahun dia sekolah menjadi pemimpin di istana Firaun, dan 40 tahun dia sekolah hati, sekolah pembentukan nilai hati yang benar, dia belajar kepekaan hati menjadi gembala kambing dan domba. Di situlah kita tahu bahwa Tuhan memanggil dia, Tuhan memanggil Musa untuk mengeluarkan bangsa Israel karena sudah 400 tahun mereka mendapatkan penyiksaan. Tuhan sudah melihat, Tuhan sudah melakukan investigasi, Tuhan sudah mendengar, Tuhan sudah mau bertindak, tetap saja Musa tidak langsung mengatakan ‘ya Tuhan, aku siap. Aku sudah lama menyimpan dendam pada Mesir. Aku akan membunuh mereka.’ Selama 40 tahun dia sudah dipersiapkan ternyata ini bukan hal yang membuat dia percaya diri. Ini menunjukkan kepada kita tentang cara Tuhan membentuk Musa selama 40 tahun, latihan pemimpin dari Firaun 40 tahun, dan belajar memiliki hati untuk melayani Tuhan. Musa diperas sampai habis.
Musa tidak yakin akan panggilannya karena melihat diri yang rendah (Kel 3:11-12). Maka dia bertanya kepada Tuhan: siapa aku yang Kau utus untuk menghadap Firaun? 40 Tahun aku mengalami kesesakan hati, aku sudah memutuskan bahwa aku tidak mau menjadi putra dari putri Firaun, aku sudah memutuskan aku tidak mau menikmati kepuasan dan kenikmatan karena dosa. Pada waktu itu aku bisa saja bertemu dengan mama angkatku, aku akan meminta belas kasihannya supaya mama angkatku berbicara kepada raja, meminta ampun atas seluruh perbuatanku karena membunuh orang Mesir itu. Setelah aku pergi ke Midian seorang diri, aku menjadi gembala kambing domba selama 40 tahun, Engkau tidak berbicara kepadaku. 40 tahun Engkau tidak menyatakan apa-apa, tidak memberikan tanda kepadaku, dan Engkau mengutus aku. Siapakah aku ini Tuhan? Tanda apa yang engkau bisa berikan kepadaku? Tuhan memberikan tanda kepadamu yaitu bangsa Israel akan keluar dari tanah Mesir dan di pegunungan ini engkau akan melihat ada ibadah. Itu tandanya orang Israel akan tunduk kepada kepemimpinan Musa. Jadi kita tahu bahwa Musa di padang belantara menjadi gembala kambing domba. Jikalau Musa menolak ini maka dia akan mengalami krisis iman, mengalami krisis jati diri pemimpin. Di sini Tuhan mengizinkan 40 tahun itu sampai dia memiliki kepekaan hati untuk hal-hal yang kecil. Maka pada waktu dia melihat ini sebagai perkara yang besar, dia bertanya: siapakah aku sehingga ditunjuk memimpin bangsa Israel yang jumlahnya sampai satu juta lebih? Siapakah aku Tuhan sehingga ditunjuk memimpin orang israel dan anak-anaknya menuju tanah Kanaan? Aku ini orang yang pernah tertolak, aku orang yang tidak mungkin bisa memimpin orang Israel karena mereka sangat keras. Di sini kita melihat sisi baik Musa. Dia tahu bahwa ini adalah pekerjaan yang besar. Sisi baiknya adalah Musa tahu ini pekerjaan yang penting, Musa tahu bahwa orang-orang yang dipimpinnya adalah orang-orang yang keras dan dia menganggap dirinya rendah.
Berapa banyak di antara kita ketika melihat pelayanan mengalami kegentaran seperti Musa? Berapa banyak dari kita yang ketika mendapatkan tugas pelayanan merasa terlalu percaya diri sehingga kita tidak lagi mempersiapkan dengan sungguh-sungguh? Di sini kita melihat bahwa Musa memang sungguh-sungguh takut. Untuk pelayanan itu dia gagal, tetapi di lain pihak dia menunjukkan siapa dirinya, dia rendah diri. Bukan karena kerendahan hati dia merasa rendah diri. Di sini kita melihat sebelumnya Musa begitu sangat yakin akan panggilannya, karena dia punya kedudukan, kekuasaan, uang, dan dia punya mama angkatnya. Setelah semuanya tidak ada, selama 40 tahun dia menjadi gembala domba. Di situ dia mencapai satu titik sampai Tuhan memanggil dia. Di sini kita melihat tidak ada 10% pun untuk percaya diri. Musa punya potensi untuk memimpin. Tuhan ingin memeras keyakinan dirinya yang salah pada waktu itu. Ia diizinkan Tuhan selama 40 tahun sampai dia melihat dirinya di titik nol. Mengapa Tuhan memeras Musa sampai titik nol? Karena dia dulu orang yang sombong dan sekarang harus mencapai titik nol. Di situlah dia menolak panggilan Tuhan. Kita harus belajar bahwa jikalau kita mau dipakai Tuhan maka dalam cara panggilan Tuhan yang baru itu akan membuat kemajuan yang baru. Lihatlah dirimu dari titik nol akan mengalami janji penyertaan Tuhan (band, Yos 1:5-9; Mat 28:19-20). Pertobatan tanpa nilai titik nol itu bukan pertobatan. Dalam kasus Daud, Tuhan membuat Daud bertobat dan tidak boleh lagi mengandalkan dirinya, tidak boleh lagi mengandalkan keinginannya setelah ditegur oleh nabi Natan karena seluruh perzinaannya. Semua dimulai dari titik nol. Jubah kekuatannya harus dirusak, mahkota yang ada di rambut dan segala sesuatunya harus dirusak dan dia harus menaruh debu di atas kepalanya, yang menandakan dia tidak mempunyai keagungan, dia tidak punya kehormatan, semua harus dilihat dari titik nol. Di sinilah Tuhan melihat Musa menolak. Tuhan mengatakan bahwa tandanya Aku mengutus engkau adalah Aku akan menyertai engkau dan engkau akan memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir untuk berbakti di tempat ini. Engkau akan menaklukkan hati mereka dan engkau akan membawa mereka beribadah kepada Tuhan. Musa tahu ini bukan suatu hal yang mudah karena bangsanya di tanah Mesir sudah mengalami krisis iman, krisis identitas, dan krisis seluruh nilai ekonomi keluarga.
Kita melihat bahwa peneguhan dan jawaban Tuhan itu berbeda. Musa melihat dirinya kecil dan dia tidak punya satu kepercayaan diri di dalam Tuhan, maka Tuhan mengatakan: Aku akan menyertai engkau, Aku akan selalu menyertai engkau. Musa diajar supaya tidak melihat Firaun itu besar, jangan melihat Firaun dengan kekuatan bala tentaranya itu besar dan bala tentara sendiri kecil, jangan melihat kekayaan Firaun itu hebat, melihat diri hanya gembala kambing domba. Lihatlah Aku Penciptamu, engkau sudah melihat Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub. Di sini kita melihat setiap kita mungkin punya ketakutan secara manusia ketika ada tugas yang besar. Itu adalah hal yang wajar. Tuhan berkata: ‘Aku akan menyertai engkau selalu’ karena Musa mengalami ketakutan, melihat dirinya kecil dan Firaun begitu besar. Ketika Yosua mendapatkan tongkat estafet, pada waktu dia menjadi pemimpin tiba-tiba dia mendapatkan tantangan baru yaitu menyebrangi sungai Yordan. Ini sama halnya dengan Musa yang mendapatkan penyertaan Tuhan. Salah satu yang Tuhan pakai adalah tongkat. Dia membelah laut Teberau. Yosua juga mengalami kebimbangan maka Tuhan juga berbicara hal yang sama: dimana kakimu berada, tempatmu akan kuberikan kepadamu, Aku akan menyertai engkau. Setelah Yosua melangkahkan kaki ke dalam sungai Yordan baru dia tahu bahwa ada penyertaan Tuhan. Di sinilah kita tahu bahwa untuk bersikap dengan iman engkau harus melangkah dulu.
Tuhan memberikan perintah kepada kita sebelum Tuhan Yesus naik ke surga. Kita juga diminta untuk mengabarkan Injil; jadikanlah semua bangsa murid-Ku, ajarkanlah mereka dan ketahuilah bahwa Aku menyertai engkau sampai akhir zaman. Jika Tuhan yang berbicara, Tuhan yang sempurna, maka seharusnya Musa semakin percaya diri. Selama 40 tahun Tuhan membiarkan Musa mengalami sekolah pembentukan hati. Ini mengajarkan bahwa Musa tidak boleh menjadi orang yang sombong. Tuhan membentuk Musa tanpa fasilitas, tidak ada kenikmatan, tapi ada terik matahari, angin, dan badai yang harus dihadapi oleh Musa. Dan dia tidak boleh mengandalkan orang lain. Di sini Tuhan mengajarkankepada Musasikap iman yang benar agar dia memandang Tuhan yang besar dan setia (band. Maz. 23:4-6). Setelah ini dia tidak boleh lagi mengalami ketakutan dan mempertanyakan, meragukan Tuhan yang kuat. Maz. 23:4-6 wajib dihafal oleh tentara-tentara Amerika. Inilah ayat yang harus dihafal oleh lansia yang ada di Eropa karena Mazmur ini adalah peneguhan terakhir. Jikalau kita akan mati maka kita harus hafal, kita harus memahami bagian ini. Anak-anak muda bolehkah menghafal ini? Ya, boleh supaya engkau tahu pada waktu engkau dalam lembah kematian engkau tidak takut dengan semuanya itu. Dalam ayat itu dikatakan karena gada-Mu dan tongkat-Mu, itu yang menghibur aku. Seharusnya kita tidak takut dengan kematian karena ada gada dan tongkat Tuhan yang beserta dengan kita.
Ketika kita diperhadapkan dengan ujian yang besar dari Tuhan, kita mengalami satu ujian, mengalami penyakit yang begitu kuat dan begitu hebat, maka kita harus menghadapinya dengan iman. kita mengingat kata pemazmur, maka ketakutan itu tidak boleh ada, kita seharusnya tidak takut akan lembah kematian. Setiap kita jikalau merasa ketakutan saat mengalami lembah kematian maka kita tidak ada apa-apanya. Musa ketakutan seperti mau dibunuh oleh Firaun dan ia diizinkan Tuhan sampai 40 tahun berada di padang belantara menjadi gembala kambing domba. Di sini kita harus percaya bahwa setiap kita ketika mengalami lembah kematian maka kita tidak boleh takut dan kita harus berteriak sama seperti Paulus: hai maut, dimanakah sengatmu? Jadi satu cara engkau bisa menguji sikapmu dalam menghadapi
masalah adalah coba engkau lihat pada waktu kematianmu akan tiba. Jika sikap imanmu benar maka engkau akan mengalami ketenangan, engkau akan melihat Tuhan yang besar dan setia, engkau tidak akan takut pada lembah kematian, bahkan engkau tidak akan takut melihat musuh yang akan menyerangmu. Ayat 5: engkau dihadapkan dengan makanan dan engkau disuruh makan. Inilah cara
Tuhan melindungi kita. Tuhan menyiapkan hidangan di hadapan musuh-musuh kita supaya kita makan. Jadi bukan kita yang menciptakan musuh. Ada orang yang mau menjadi musuh kita tetapi kita tetap tenang karena Tuhan memelihara kita. Hikmat bijaksana Tuhan akan beserta kita dan kita akan selalu beribadah kepada Tuhan, inilah kuncinya.
Ketakutan Musa adalah ketakutan yang manusiawi karena diperas oleh Tuhan dalam program 40 tahun. Tuhan memerasnya sampai dia berada di titik nol, sampai dia melihat dirinya tidak ada apa-apanya supaya Musa melihat Tuhan yang something and everything. Di sini kita melihat bahwa Musa akhirnya harus melihat dirinya besar karena diutus oleh Tuhan yang besar, penyertaan Tuhan itu besar dan dia harus melihat Firaun yang kecil, jangan melihat Firaun besar secara jumlah bala tentara dan secara luas kerajaan. Tuhan seperti berkata: engkau harus melihat dirimu besar karena Aku yang mengutus. Musa harus melihat perintah Tuhan untuk mengeluarkan bangsa Israel keluar dari tanah Mesir serta krisis iman, krisis identitas, krisis ekonomi, dan krisis keluarga. Krisis-krisis ini terjadi pada bangsa Israel di Mesir karena mereka dijadikan budak selama 400 tahun lamanya. Tuhan mempersiapkan Musa menjadi pemimpin yang mengandalkan Tuhan, menjadi pemimpin yang mengerti diutus untuk apa, memimpin bangsa Israel untuk keluar dari Mesir dan untuk beribadah kepada Tuhan, dan menyatakan Tuhan yang besar. Tuhan memberikan tanah Kanaan dimana ada orang-orang Het dan yang lain-lain, tetapi tanah itulah yang terbaik untuk seluruh umat-Ku dan bangsa-Ku.
Di sini dalam seluruh nilai diri kita, kita harus belajar bagaimana mengaitkan antara panggilan Tuhan dalam profesi kita dengan misi untuk menyatakan Tuhan itu besar melalui profesi kita. Dan melalui seluruh keberhasilan itu engkau harus mengingat akan panggilanmu, yaitu panggilan untuk membawa orang beribadah kepada Tuhan, menyatakan Tuhan itu besar. Di sini kita belajar bahwa misi Tuhan selalu berkaitan dengan nilai misi Kerajaan Allah. Jikalau engkau ingin menjadi besar maka lihatlah engkau akan dipakai Tuhan menjadi pemimpin yang besar untuk membawa orang-orang agar beribadah. Jikalau Tuhan sudah memanggil engkau menjadi seorang pengusaha dan memiliki suatu karier yang luar biasa maka kaitkan dulu ini semua dengan iman kita. Terkadang kita mengaitkan pekerjaan hanya dengan uang, dengan fasilitas. Seharusnya kita mengaitkan diri kita dengan iman kita, dengan pelayanan kita. Berkat itu akan menyusul jika kita mengutamakan iman dan pelayanan. Ketika pekerjaan kita hanya dikaitkan dengan fasilitas, di sinilah kadang kita tidak bisa maju. Tetapi jika kita sudah bisa memperbarui diri kita, nilai kerjamu, nilai imanmu, dan nilai pelayananmu maka ketika engkau bekerja engkau akan mengingat ini semua adalah anugerah Tuhan. Jangan lupa bahwa engkau harus melayani dalam seluruh nilai hidupmu. Jika ini engkau lakukan maka engkau akan secara pelan-pelan dijadikan pemimpin besar karena dikaitkan dengan Kerajaan Tuhan. Mengapa Tuhan mengizinkan ini terjadi? Karena engkau sudah menjadi anak Tuhan, karena seluruh niatmu tidak lagi berpusat kepada diri.
Tuhan membentuk Musa hingga mencapai titik nol agar dia bergantung kepada Tuhan, melihat Tuhan, dan mengaitkan misi pemimpin bangsa Israel menuju tanah Kanaan, semua dikaitkan dengan nilai ibadah. Itulah tanda penyertaan Tuhan. Tuhan memanggil Musa dengan tanda mukjizat, tetapi tanda penyertaan-Nya itulah tanda ibadah. Bagi Musa ini adalah mukjizat karena bisa menaklukkan orang Israel untuk percaya kepada dia sebagai pemimpin, menaklukkan orang Israel agar percaya akan pimpinan Tuhan. Di sinilah Tuhan mempersiapkan Musa dengan luar biasa. Tuhan memberkati.
(Ringkasan khotbah ini belum dikoreksi oleh pengkhotbah -TS)