Lagu ini ditulis oleh Frances R. Havergal (1836 -1879) pada tanggal 4 Februari 1874. Frances Havergal adalah seorang wanita yang luar biasa. Sebagai putri seorang pendeta, ia menguasai bahasa Yunani dan bahasa Ibrani untuk membaca Alkitab dalam bahasa aslinya. Dibesarkan di Inggris, ia bepergian ke Eropa dan menikmati bermain ski sebuah rekreasi yang tidak biasa pada abad ke 19 – di Pegunungan Alpen, Swiss. Ia adalah seorang penyanyi berprestasi yang kadang-kadang bernyanyi dengan orkestra besar.
Havergal adalah seorang Kristen seumur hidupnya, namun ia mengalami pengalaman pertobatan sejati pada usia 36 tahun. Ini terjadi ketika ia membaca sebuah buku kecil yang berjudul All for Jesus (Semua Bagi Yesus) yang menyadarkannya akan ketidakutuhan kasih dan pengabdiannya kepada Kristus, dan ia menyerahkan kembali hidupnya kepada Kristus.
Tidak lama kemudian, ia mengunjungi Areley House, Worcestershire pada bulan Desember 1873. Ada sepuluh orang yang tinggal di rumah itu. Beberapa di antaranya bukan orang Kristen sementara yang lainnya orang Kristen yang belum sungguh-sungguh. Ia melewatkan lima hari itu bersaksi kepada mereka dan berdoa bagi mereka dan sangat bersukacita melihat doanya dijawab. Pada akhir minggu itu, kesepuluh orang itu menyerahkan diri mereka kepada Kristus. Pada malam itu ia tidak dapat tidur karena sangat bersukacita. Ia duduk sambil menulis hymne ini, “Take My Life and Let It Be.” Dalam terjemahan Indonesia:
Pakai Hidupku Ini, Jiwa, Tubuh ku S’rahkan,
Dan Sepanjang Hidupku, ‘Tuk Membalas Kasih-Mu.
Pakai Tanganku Ini, Digerakkan Kasih-Mu,
Dan Pakailah Kakiku, ‘Tuk Mengikut Langkah-Mu
Pakai Mulutku Ini, Selamanya Memuji,
Dan Pakailah Bibirku, ‘Tuk B’ritakan Firman-Mu.
Sebagaimana Ia tuliskan dalam puisinya, ia ingin mempersembahkan segala hal yang ada padanya untuk kemuliaan Tuhan. Ada banyak bentuk pengabdiannya kepada Kristus. Ia berhenti menjadi penyanyi sekuler dan menyerahkan dirinya sebagai pelayan Tuhan dalam musik Kristen. Ia menyumbangkan koleksi perhiasannya kepada lembaga penginjilan/misionaris untuk mengumpulkan uang bagi pelayanan misi.
Lagu ini mengingatkan kita kembali bahwa diri kita adalah milik Tuhan. Karena Ia sudah menebus kita melalui pengorbananNya di atas salib. Dan melalui kebangkitanNya diberikan pengharapan dan kuasa untuk hidup bagi TUHAN. Sudahkah kita mempersembahkan diri kita, tangan, kaki, mata, mulut, kemampuan kita dan segala apa yang ada pada kita bagi kemuliaanNya?