1 Petrus 1:3-5, “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu. Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.”
Kita akan sama-sama melihat tema “Pengharapan Yang Hidup” dari 1 Petrus 1:3-5 dan kita akan konsentrasi pada ayat yang ke 3 saja: Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan. Terjemahan ayat ke-3c oleh LAI yaitu “hidup yang penuh pengharapan.” Namun terjemahan LAI ini kurang tepat. Harusnya “dalam hidup pengharapan yang baru.” Karena itulah saya sempurnakan menjadi tema “Pengharapan Yang Hidup”. Yang mana dikaitkan juga dengan Amsal 11 : 7, Pengharapan orang fasik gagal pada kematiannya, dan harapan orang jahat menjadi sia-sia. Dan Yeremia 17 : 13, Ya Pengharapan Israel, TUHAN, semua orang yang meninggalkan Engkau akan menjadi malu; orang-orang yang menyimpang dari pada-Mu akan dilenyapkan di negeri, sebab mereka telah meninggalkan sumber air yang hidup, yakni TUHAN.
Saudara yang terkasih dalam nama Tuhan, apakah setiap manusia yang hidup pasti memiliki pengharapan? Ya, setiap kita hidup selalu memiliki pengharapan. Pada waktu kita mandi dan mempersiapkan diri datang ke Gereja ini, kita memiliki pengharapan. Pada waktu kita mempersiapkan nilai kerja dan studi, kita punya pengharapan yang selalu berkaitan dengan hal-hal yang bersifat lahiriah. Kita akan melihat bagaimana pengharapan yang bersifat lahiriah harusnya berkaitan dengan pengharapan yang bersifat mulia dan kekal. Seharusnya kita mengerti pengharapan yang kekal dan sementara supaya kita menjadi orang Kristen memiliki satu nilai energi hidup untuk membuat satu nilai pengharapan – pengharapan yang Tuhan berikan untuk dikaitkan dengan pengharapan – pengharapan yang kekal. Bagaimana kita tahu bahwa pengharapan yang kita miliki itu bersifat mulia dan kekal adanya? Apa yang menjadi dasar atau jaminan dari pengharapan kita yang mulia itu?
Dalam ayat ke-3a dijelaskan oleh rasul Petrus agar setiap kita harus senantiasa memuji Tuhan. Mengapa kita memuji Tuhan? Alasan yang paling hakiki kita memuji Tuhan Yesus Kristus adalah karena Tuhan Yesus yang menyelamatkan kita. Orang biasanya memuji akan Tuhan karena alasan lahiriah. Punya kesehatan, karier yang baik, kekayaan dan kenikmatan maka kita menganggap hal itu memang biasa terjadi. Apakah kita menolak itu semua? Tidak. Segala sesuatu yang ingin Tuhan lihat adalah sampai sejauh mana kita bisa bersyukur dengan apa yang kita dapat, bukan memuji berdasarkan apa yang kita dapat. Maka di dalam bagian ini kita percaya apa yang kita terima daripada Tuhan selalu ada pengujian. Waktu kita diberi banyak, Tuhan akan uji sampai sejauh mana kita melihat ini. Kalau akhirnya kita terikat dengan yang kita miliki dan akhirnya menyombongkan diri di depan Tuhan, Tuhan tidak akan memberkati kita kembali. Karena level kita belum siap untuk hidup diberkati mendapatkan sesuatu yang lebih banyak. Jemaat di Smirna diizinkan Tuhan selalu miskin, tapi Tuhan menonjolkan jemaat Smirna memiliki kekayaan rohani yang sangat luar biasa. Sehingga jemaat Smirna disebut setia sampai mati walaupun banyak mengalami penderitaan demi penderitaan. Bahkan mereka disiksa sampai mati pun tetap setia sampai mati. Tapi sebaliknya jemaat Laodikia yang dipenuhi kekayaan tidak lagi hidup mengutamakan Tuhan tapi memanjakan diri dan terus mencari kepuasan-kepuasan diri yang tidak henti-hentinya akhirnya dihina dan dibuang oleh Tuhan. Kita percaya ketika jemaat-jemaat di Kapadokia, Galatia, Bitinia dan semua yang di Asia Kecil yang dilayani oleh Petrus mengalami penderitaan, kesulitan, himpitan bukan berarti mereka adalah orang yang dibuang Tuhan. Justru di dalam semua itulah akan muncul nilai kemuliaan Tuhan melalui seluruh kehidupan mereka. Disini kita belajar bagaimana seharusnya kita menjadi orang Kristen yang selalu melihat apa yang kita terima secara lahiriah sebagai ucapan syukur dan tidak jatuh dalam kesombongan. Malahan dalam kesulitan, penderitaan dan himpitan pun kita bersyukur karena berarti memang Tuhan melihat kita waktunya belum tiba.
Kenapa disini kita kaitkan memuji Tuhan berkaitan dengan keselamatan? karena kita percaya sekali anugerah yang terbesar yang Tuhan berikan kepada kita yaitu keselamatan. Keselamatan yang kita terima bersifat anugerah terbesar yang Tuhan berikan kepada kita yang sifatnya pasti dan tidak bisa hilang. Maka didalam bagian inilah kita harus senantiasa memuji nama Tuhan untuk keselamatan yang diberikan kepada kita. Bagaimanakah Tuhan menyelamatkan kita? Di dalam bagian ini rasul Petrus langsung mengatakan Tuhan menyelamatkan kita melalui rahmatnya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati. Jadi disini kita percaya bagaimana kita diselamatkan yang bersifat anugerah melalui daripada kelahiran kembali oleh kebangkitan Yesus Kritus dari antara orang mati. Ini menjelaskan kepada kita kuasa keselamatan adalah kuasa yang selalu bekerja dalam ruang dan waktu sampai Kristus datang kembali. Disini dikatakan juga dalam Roma 5:2-5, bahwa pengharapan kita itu adalah satu pengharapan yang pasti dalam Kristus. Kenapa kita selalu punya pengharapan? Karena di dalam pengharapan itu ada kuasa untuk semakin lama kita semakin tahan dalam ujian. Ini berarti menjelaskan kepada kita orang yang sudah hidup didalam Tuhan, selalu bisa dilatih oleh Tuhan melalui ujian lepas ujian, akhirnya dia punya pengharapan demi pengharapan.
Apa arti kelahiran kembali? Di sini kita melihat kelahiran kembali itu diberikan oleh Tuhan dari atas ke bawah secara spiritual sehingga kita bukan lahir baru secara lahiriah. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa kita disebut seorang kristen bukan karena kita lahir dalam keluarga Kristen. Kita disebut Kristen yang sejati bukan karena kita yang memilih Kekristenan cocok atau tidak cocok. Kekristenan karena kita menyadari siapa Yesus Kristus yang adalah Tuhan dan Juruselamat kita. Kita menyadari keberdosaan kita, kehinaan kita, anugerah Tuhan yang besar yang menyelamatkan kita dan mengampuni seluruh keberdosaan kita. Kita punya aspek surrender (menaklukan diri) dan mengakui Yesuslah Tuhan dan Juruselamat. Peristiwa itu adalah peristiwa kelahiran kembali yang dikerjakan dari atas ke bawah melalui pekerjaan Allah Roh Kudus. Kadang-kadang kita tidak tahu kapan karya kelahiran kembali oleh Roh Kudus itu terjadi pada kita.
Untuk apa kita dilahirkan kembali? Di dalam bagian ini jelas sekali dikatakan kita harus mengalami kelahiran kembali untuk kita boleh berelasi dengan Tuhan untuk menikmati setiap kesulitan demi kesulitan, kelimpahan demi kelimpahan, kelancaran demi kelancaran, tantangan demi tantangan dalam Tuhan. Tapi lebih jauh Alkitab mengatakan kita dilahirkan kembali untuk menghidupkan kita kembali. Kita lahir secara lahiriah maka kita punya hidup secara lahiriah. Kita bisa makan, minum dan melihat dan segala sesuatu. Tapi Alkitab dengan jelas mengatakan dahulu kita adalah orang yang mati rohani, budak dosa, hidup dalam kedagingan, dan tunduk kepada penguasa-penguasa kerajaan angkasa yaitu setan. Dahulu kita adalah orang yang hidup dimurkai oleh Tuhan seperti dalam Efesus 2:1-3, “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.” Tetapi dalam Efesus 2:4-5 dengan jelas mengatakan melalui kebangkitan Kristus kita dihidupkan kembali. Artinya kita diubahkan statusnya: tidak lagi mati rohani, namun kita memiliki status yang baru, gairah yang baru, dan tujuan yang baru. Yakobus 1:18 mengingatkan kepada kita tentang pengharapan yang baru yang tidak kelihatan tapi pengharapan itu adalah sesuatu yang bersifat kekal dan agung adanya.
Untuk apa kita dilahirkan kembali? Supaya kita memiliki satu pengharapan yang hidup. Jadi didalam Tuhan Yesus Kristus kita mendapatkan pengharapan yang hidup. Tadi kita membaca bagaimana Alkitab menjelaskan kepada kita, bahwa pengharapan orang fasik gagal pada kematiannya. Orang fasik tidak akan mendapatkan keselamatan, karena kematian mereka adalah kematian kebinasaan total dan mendapatkan penghukuman kekal. Dan kematian orang fasik yang ketiga mereka akan mendapatkan penderitaan-penderitaan yang bersifat terus menerus dan harapan orang jahat selalu akan menjadi sia-sia. Didalam Yeremia 17:13 mengingatkan kepada kita bagaimana nabi Yeremia mengingatkan orang-orang di Israel supaya mereka senantiasa punya pengharapan yang terus menerus kepada Tuhan.
Jadi disini kita belajar jikalau kita terus punya pengharapan kepada Tuhan dan kita tidak pernah meninggalkan Tuhan, kita tidak mau menyimpang daripada jalan yang sudah ditetapkan Tuhan, maka Tuhan akan selalu memberikan kepada kita pengharapan-pengharapan yang baru seperti air hidup. Jadi anak-anak Tuhan tidak pernah seperti mengalami kekeringan rohani. Seperti jemaat di Asia Kecil, Galatia, Pontus, Kapadokia, Bitinia, mereka adalah jemaat Tuhan yang tidak mungkin jatuh sepanjang mereka hidup benar, tidak akan lenyap imannya sepanjang mereka terus mengandalkan Tuhan. Di dalam Efesus 2:12, bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia. Dikatakan dengan jelas bagaimana pengharapan yang tidak kelihatan tapi selalu bisa bekerja mendorong kita untuk senantiasa memiliki satu pengharapan yang hidup dalam situasi apapun juga. Apa jaminan dari pengharapan yang hidup ini? Melalui kebangkitan Yesus Kristus kita mendapatkan jaminan memiliki pengharapan yang kekal. Pengharapan yang hidup adalah pengharapan yang bersifat kekal. 1 Korintus 15:14, 17, 18 dengan jelas mengatakan di dalam Kristus melalui kebangkitan-Nya kita memiliki satu pengharapan. Kristus bangkit pada hari yang ketiga membuktikan Dia tidak kalah, Dia menang atas kematian. Dan pengharapan yang sama kepada Kristus yang memiliki hidup kita. Selayaklah kita harus bersyukur karena jaminan pengharapan hidup kekal ternyata diberikan oleh Yesus Kristus yang adalah Tuhan dan yang menebus akan dosa-dosa kita. Kita percaya Kristus menjamin pengharapan kita dan Kristus tidak mungkin ingkar janj. Apa yang dikatakan Tuhan semua digenapi. Kebangkitan Kristus membuktikan satu nilai loyalitas bahwa Dia layak disebut Tuhan dan Juruselamat kita secara pribadi. Tidak ada pemuka agama di dunia yang bangkit kecuali Yesus Kristus. Dalam 1 Korintus 15:14&17 mengatakan: “Jikalau Kristus tidak bangkit, maka sia-sialah kepercayaan kita”. Tetapi Alkitab dengan jelas mengatakan: “Dia bangkit membuktikan Dia hidup”.
Kalau begitu apa itu pengharapan yang hidup yang mulia dan yang kekal? Pertama, pengharapan yang hidup adalah energy hidup untuk mencapai apa yang baik, benar, mulia, adil, suci, manis dan sedap didengar. Standar moral semua agama adalah hidup yang baik. Apa yang benar berkaitan dengan nilai daripada etika. Kedua, Etika kita harus punya kandungan kebenaran. Ketiga mencapai apa yang mulia berkaitan dengan dignity kita, integritas kita dan nama baik kita. Jangan kita hancurkan diri hanya karena ingin mencapai sesuatu bisnis dengan untung besar dan kepopuleran dimana menghancurkan dignity kita. Keempat, energi hidup spiritualitas daripada pengharapan itu akan memampukan kita mengambil akan setiap putusan yang bersifat adil. Kelima, energi hidup itu akan memampukan kita punya standar kesucian dalam nilai hati kita. Jadi disini kita belajar bagaimana dalam situasi apapun juga kita membutuhkan pengharapan yang hidup itu sebagaimana yang dialami oleh jemaat di Asia Kecil, Kapadokia, Pontus, Galatia, Filipi, dan Bitinia. Pengharapan yang hidup itu memampukan mereka ditengah-tengah kesulitan tidak menista Tuhan. Maka disinilah kita belajar ditengah-tengah situasi apapun juga yang terjadi, jangan lupa Tuhan kita Tuhan yang ajaib dan Firman Tuhan menjadi sumber kekuatan iman kita. Semua itu menjadi sumber pengharapan kita yang baru yang memampukan kita untuk menghadapi segala sesuatu.
Di sini bisa kita simpulkan ayat ketiga ini sangat penting untuk jemaat di perantauan yang sedang menderita, karena ayat ini menunjuk kepada pengharapan yang hidup. Hal yang sama dalam konteks murid-murid dan para pengikut Yesus yang mengalami kesedihan dan kehancuran hati karena mengetahui bahwa Tuhan Yesus mati. Maka murid-murid mengunci pintu, bahkan mereka menutup jendela karena ketakutan, kesedihan, dan kehancuran hati. Tetapi pada waktu mereka mengunci pintu Kristus hadir ditengah mereka dan berkata “damai beserta dengan engkau”. Kehadiran Kristus langsung mengagetkan mereka. Kehadiran Kristus juga menimbulkan sukacita dan pengharapan yang pasti bahwa pada waktu Tuhan mengatakan Dia akan bangkit pada hari yang ketiga ternyata terbukti Dia bangkit. Dan murid-murid langsung memiliki satu pengharapan yang luar biasa, memiliki satu semangat yang luar biasa, memiliki keberanian yang luar biasa untuk melayani Yerusalem dan sekitarnya. Kristus Tuhan dan Juruselamat kita, Dia layak menjadi sumber daripada seluruh daripada pengharapan kita. Dalam Roma 12:12, dikatakan: “Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!”. Dan 1 Petrus 3:15 dikatakan “tetapi kuduskanlah Kristus didalam hatimu sebagai Tuhan dan siap sedialah pada setiap waktu untuk memberi pertanggungjawaban kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungjawaban daripada kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat”. Setiap orang akan bertanya kepada kita ketika kita selalu punya pengharapan didalam penderitaan. Kenapa dalam kesulitan dan penderitaan kita masih bisa tetap tersenyum, punya kesabaran dan ketekunan? Disitulah kesempatan kita untuk menyaksikan Kristus sebagai sumber kekuatan kita.
Jemaat di Asia Kecil, jemaat di Kapadokia, Filipi, Galatia, Pontus dan Bitinia yang kebanyakan orang-orang Yahudi yang sedang menderita dan mengalami kesulitan demi kesulitan. Saya percaya sekali Tuhan akan pakai semuanya itu untuk menyaksikan Tuhan yang hidup yang bisa menghidupkan mereka. Mereka bisa menyaksikan Tuhan yang kuat, yang bisa menguatkan mereka menghadapi penderitaan dan kesulitan itu. jadi kita harus bersyukur jikalau kita dikasih sakit penyakit dan penderitaan. Kalau Tuhan mau dan Tuhan ijinkan dalam kedaulatan Tuhan ternyata melalui kekayaan mungkin kita bisa memuliakan Tuhan. Tapi melalui kemiskinan kita juga bisa memuliakan Tuhan. Siapa bilang Fanny Crosby orang kaya. Fanny Crosby tidak punya rumah, harus mengontrak dari rumah ke rumah. Setiap hari dia berjalan 60 – 70 mil dengan suaminya yang sama-sama buta untuk melayani Tuhan. Bayangkan 2 orang buta pergi melayani Tuhan mengabarkan Injil sembari bernyanyi. Setelah pulang ke rumah, ternyata banyak orang berteriak-teriak minta dilayani dengan Firman dan nyanyian serta ada juga minta makan. Dia miskin tapi membuat banyak orang kaya, dia kekurangan tetapi membuat orang-orang lain akhirnya menemukan siapa Tuhan Yesus. Melalui kebutaan dia diijinkan Tuhan untuk dipakai memuliakan Tuhan. Mencapai pengharapan kita secara lahiriah itu baik. Tapi ingat hal-hal yang lahiriah harus dikaitkan dengan pengharapan spiritualitas yang bersifat mulia dan kekal. Jangan kita membangun satu pengharapan hanya untuk kemuliaan diri, itu dosa. Biarlah melalui usaha kita nama Tuhan dipermuliakan. Melalui uang yang kita dapat, kita boleh sisihkan untuk pekerjaan Tuhan. Melalui studi kita Tuhan dipermuliakan. Kepintaran kita bukan karena hebatnya kita, tapi karena motivasi dan semangat kita. Disitulah kita akan mengerti aspek Soli Deo Gloria. Roma 11 : 36 dikatakan: “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” Itu yang disebut segala kemuliaan hanya bagi Allah.
Maka marilah kita bangun pengharapan kita yang hidup, yang mana nilai-nilai lahiriah dikaitkan dengan sesuatu yang bersifat spiritualitas yang mulia dan kekal. Dan disitulah kita belajar bagaimana Tuhan akan pakai kita dalam situasi apapun juga. Jadi inilah penghiburan yang luar biasa daripada surat Petrus untuk jemaat-jemaat di Galatia, di Filipi, di Kapadokia, di Pontus, di Bitinia, dan ditempat-tempat Asia Kecil lainnya sehingga mereka bersyukur atas segala keadaan mereka. Ternyata mereka bukan saja disebut umat pilihan Tuhan karena mereka dipilih Tuhan, ternyata mereka bahagia dan dijamin pengharapannya dalam Yesus Kristus.
Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah – L.S