Dan siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik? Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar. Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat (1 Petrus 3:13-15)
Dalam perikop ini, Rasul Petrus mengajak para pembacanya untuk tetap berbuat baik meskipun hal itu membuat mereka menderita. Melakukan perbuatan baik di dalam situasi yang baik tidaklah sulit. Melakukan perbuatan baik yang menuai kebaikan juga tidaklah sulit. Jika dengan melakukan perbuatan baik kita mendapatkan kebaikan di saat itu juga, maka kita pasti senang berbuat baik. Iman kepada Kristus tidak perlu ada di dalam bagian ini. Secara umum, kita menuai kebaikan setelah berbuat baik. Dan siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik?
Namun bagaimana jika dengan berbuat baik kita menuai penderitaan? Inilah yang sangat menyulitkan. Secara umum manusia menjauhi penderitaan sejauh mungkin dan mengejar kebahagiaan. Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia. Rasul Petrus mengajarkan satu konsep yang berbeda dengan konsep dunia, yang membutuhkan iman kepada Kristus: menderita karena/untuk kebenaran adalah kebahagiaan/berkat.
Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar. Orang- orang secara umum tidak mau membela kebenaran karena takut akan konsekuensi buruk. Ini adalah suatu bentuk kompromi pasif. Namun, Rasul Petrus mengajarkan, orang Kristen tidak boleh demikian. Orang Kristen tidak boleh berhenti berbuat baik hanya karena takut akan risiko. Orang Kristen seharusnya takut akan Allah dan bukan takut akan konsekuensi buruk karena melakukan kebaikan.
Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Orang Kristen harus mengkhususkan hatinya untuk Kristus, bukan untuk dunia dan segala konsepnya. Seperti Kristus yang rela menderita demi kebenaran, orang Kristen juga harus rela menderita demi kebenaran. Inilah tanda orang yang sudah benar-benar menjadikan Kristus raja di dalam hidupnya.
Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu. Ketika orang Kristen rela menderita demi kebenaran, orang-orang pasti bertanya dan penasaran mengapa orang Kristen bisa berbuat demikian. Mungkin saja orang-orang akan menafsir secara negatif: mereka rela menderita karena mendapatkan uang atau ada maksud tersembunyi (yang negatif) dari perbuatan mereka. Dalam hal ini kita sebagai orang Kristen harus bisa menyatakan iman kita. Ketika kita menyatakan bahwa kita rela menderita karena Kristus, mereka bisa bertanya: mengapa engkau percaya kepada Kristus? Mengapa engkau rela menderita baginya? Benarkah bahwa pengharapanmu itu adalah pengharapan terbaik yang pernah ada?
Rasul Petrus mau para pembaca bersaksi tentang iman Kristen dengan lemah lembut dan hormat. Secara umum, penderitaan dan fitnah membuat orang-orang yang merasakannya lebih cepat emosi dan cenderung lebih menyalahkan orang lain dan situasi. Namun orang Kristen tidak boleh demikian. Seperti Kristus yang lemah lembut dan bersikap hormat kepada Allah dan manusia (namun tanpa kompromi), orang Kristen juga harus demikian.
Semua ini tampak mustahil untuk dilakukan, namun dengan penyertaan Kristus serta kuasa Roh Kudus, orang Kristen akan dimampukan untuk menjalankan semua ini.
Pertanyaan renungan: sudahkah kita rela menderita demi kebenaran? Sadarkah kita bahwa penderitaan merupakan bagian dari kehidupan Kristen? Benarkah kita sudah menuhankan Kristus di dalam hati kita? Bagaimana selama ini kita menyikapi penderitaan? Dapatkah kita menjawab mereka yang mempertanyakan pengharapan kita di dalam Kristus?