Bacaan alkitab: Lukas 4: 18 – 19
Alkitab menyatakan berita sukacita bahwa sungguh janji Tuhan digenapi karena Tuhan mengutus akan anak-Nya menjadi bayi Natal dan berita itu menjadi satu berita sukacita surgawi dan menjadi berita sukacita untuk para gembala, orang-orang yang tertawan, orang-orang yang akhirnya merdeka di dalam Tuhan. Tetapi Alkitab juga mengajarkan kepada kita bahwa ada sukacita yang bukan hanya berkaitan dengan berita kelahiran Tuhan Yesus, tetapi berita kelahiran jiwa-jiwa baru, dan Alkitab mengatakan: Satu jiwa bertobat malaikat di surga bersorak sorai.
Apa bedanya sukacita surgawi dengan sukacita duniawi? Bolehkah orang Kristen bersukacita karena nilai hidupnya lebih baik? Boleh. Bolehkah orang Kristen bersukacita karena akhirnya mempunyai anak dalam pernikahannya? Boleh. Bolehkah orang Kristen bersukacita karena hidup keluarganya memiliki sesuatu yang baru dalam hal materi? Boleh. Bolehkah orang Kristen bersukacita karena pengalaman-pengalaman yang baru? Boleh. Bolehkah orang Kristen bersukacita karena punya teman yang baru? Boleh. Tetapi bagaimana kita menyikapi sukacita itu, itu yang membedakan kita dengan orang dunia. Orang dunia juga bisa bersukacita karena mendapat gaji besar, mendapatkan untung besar, karena ingin mendapatkan satu kebanggaan. Tetapi pada waktu kita bersukacita di dalam Tuhan berkaitan dengan hal yang horizontal, maka kita kaitkan sukacita kita itu dengan syukur karena semua hanya anugerah Tuhan. Bukan sukacita duniawi karena saya sukses dalam bisnis, karena saya maka keluarga berhasil, karena saya maka saya bisa memiliki semuanya ini. Tidak. Itu adalah menyombongkan diri dan setan jago dalam bidang ini. Kita tidak boleh bersukacita dibalik penderitaan orang lain, kita tidak boleh bersukacita dibalik kesedihan orang lain, kita tidak boleh bersukacita dibalik kegagalan orang lain. Melainkan sukacita kita selalu dikaitkan dengan syukur atas pemeliharaan Tuhan, dan sukacita yang paling sejati yaitu sukacita yang bersifat kekal dimana satu jiwa yang kita layani kembali kembali kepada Tuhan, dimana gereja melakukan Penginjilan masal, Penginjilan siswa, Penginjilan keluarga, Penginjilan pribadi, dan waktu kita mendengarkan ada jiwa-jiwa yang kembali kepada Tuhan kita bersukacita bersama dengan malaikat di surga.
Hari ini saya mengajak kita untuk membuka Lukas 4: 18 – 19, dan kita akan melihat bagian ini dan saya akan mengeksposisi kedua ayat ini. (18) Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku (19) untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.”
Mengapa kita harus memiliki sukacita rohani di dalam Yesus Kristus?
Jikalau orang hanya senang dan bersukacita dengan hal-hal lahiriah, itu adalah sesuatu yang tidak unik. Tetapi pada waktu kita bisa bersukacita di dalam penderitaan, itu baru unik. Kita bisa bersukacita dibalik kejatuhan dan kegagalan kita, itu baru unik. Pada waktu kita bersukacita dalam keterbatasan kita dan sukacita kita adalah sukacita yang kekal, itu baru sukacita yang bermutu di dalam Tuhan. Kita perlu bertanya, mengapa kita perlu memiliki sukacita rohani di dalam Yesus Kristus? Karena itu adalah salah satu bagian yang akan kita lihat di dalam kerajaan surga, akan ada pesta rohani, dan pada waktu kita berada dalam kerajaan surga, setiap kita ikut di dalam ibadah Ilahi. Ibadah Ilahi itu tidak ada pemusik, liturgis, song leader, tetapi di saat itulah kita mendengarkan kesaksian demi kesaksian setiap anak-anak Tuhan yang mempersembahkan sukacita surgawi karena hidupnya dipakai oleh Tuhan. Dan berita itu langsung menggerakan kita semua untuk bernyanyi bagi Tuhan. Maka kita harus memiliki sukacita rohani. Sukacita rohani itu tidak tergantikan dengan uang ataupun kenikmatan dunia, karena sukacita rohani yang Alkitab katakan adalah sukacita surgawi dimana kita bersama-sama dengan malaikat di surga kita bersorak-sorai. Mengapa demikian?
1. Karena di dalam Yesus Kristus, kita mendapatkan kemerdekaan.
Dari Lukas 4: 19, dengan jelas sekali dikatakan bahwa manusia membutuhkan kemerdekaan dalam Yesus Kristus. Pernahkah saudara ingin terlepas dari sakit penyakit tetapi tidak bisa? Pernahkah saudara ingin melepaskan satu kelemahan tetapi kelemahan dalam tubuh saudara selalu mengikat? Pernahkah saudara menginginkan bagian tubuh yang menganggu keseharian kita semuanya disembuhkan? Sewaktu penyakit kita disembuhkan, semua hal yang mengganjal hati dipulihkan, kita bersukacita seperti kita mengalami kemerdekaan. Di dalam apa yang kita baca, Tuhan memerdekakan orang-orang miskin, miskin secara rohani, dimana konteks orang-orang pada saat itu mereka merasa sebagai orang yang kaya secara rohani. Mereka seolah-olah mengenal hukum Taurat padahal mereka mengenal hukum Taurat tanpa Kristus, tanpa hidup saleh, tanpa hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Maka dalam bagian inilah Lukas melihat mereka adalah orang-orang miskin secara rohani, dan mereka tidak sadar seluruh keagamaan mereka tidak membuat mereka bisa bersukacita dalam Tuhan. Dalam konteks inilah Yesus mengatakan bahwa Dia datang untuk memberitakan tahun rahmat dan itu sudah tiba. Pada waktu Dia memerdekakan manusia, pertanyaannya adalah mengapa kita harus dimerdekakan? Karena kita semua sudah berdosa. Jikalau hidup kita diikat oleh dosa kita akan menjadi budak dosa. Jikalau kita menjadi budak dosa kita akan melakukan dosa itu dengan sukacita karena kepuasan lahiriah kita dipuaskan. Di sinilah kita melihat dosa itu punya daya ikat. Dosa bukan hanya berkaitan dengan perzinahan, perjudian, pornografi, tetapi juga dosa yang dikaitkan dengan keterikatan kita dengan hobi, kesenangan, dan comfort zone kita. Dan orang-orang seperti ini hanya bisa dibebaskan melalui satu cara yaitu terima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dia secara pribadi.
Kita percaya dari apa yang diajarkan oleh Injil Yohanes hanya firman Tuhan yang bisa memerdekakan manusia dari ikatan dosa, hanya firman Tuhan dalam kuasa-Nya yang bisa mengubah kita untuk kita menjadi anak-anak Tuhan yang berbeda untuk mempengaruhi akan dunia ini. Pertanyaan kita, apakah benar firman begitu hebat untuk memerdekakan kita? Ya. Karena firman itu adalah Yesus Kristus. Yesus memiliki satu misi untuk memerdekakan kita dari ikatan dosa, untuk kita mengisi kemerdekaan ini dengan hidup yang berkualitas, bukan lagi menjadi anak-anak kegelapan, tetapi bagaimana kita menjadi anak-anak terang. Bukan menjadi anak-anak yang terikat dengan keinginan daging kita, tetapi menjadi anak-anak yang merdeka yang mengalahkan keinginan daging untuk kita mengikuti keinginan hati Tuhan dan memuaskan hati Tuhan. Setiap kita mungkin pernah mengalami bahwa dulu kita adalah orang yang bodoh, orang-orang yang lemah karena kita diperbudak oleh dosa. Alkitab dengan jelas mengatakan kepada kita memang dahulu kita adalah orang-orang yang bodoh, orang-orang yang gelap, orang-orang yang dibayangi oleh murka Tuhan karena kita terikat dengan dosa-dosa yang ditawarkan oleh dunia. Kita rasanya mau bebas dari rokok, pornografi, kemalasan, menikmati hidup tanpa nilai perjuangan, tetapi kita tidak punya daya. Kita mau bebas tetapi justru kita terikat. Di dalam konsep rasul Paulus dalam Roma dikatakan hidup manusia punya dua hukum, hukum rohani yang dipimpin oleh hati nurani dimana Roh Kudus itu hadir, dan hukum duniawi dimana kita diikat oleh kedagingan kita. Kita tahu yang baik, tetapi kita melakukan yang tidak baik. Kenapa demikian? Karena kita tunduk kepada hukum-hukum kedagingan kita. Karena itu kita membutuhkan kuasa dari atas, dan kuasa dari atas hanya bisa kita dapatkan jikalau kita lahir baru dengan sungguh-sungguh terima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dan hidup kita akhirnya dimerdekakan oleh Tuhan. Tanpa nilai Kristus diper-Tuhan-kan oleh seseorang, orang itu tidak punya kuasa untuk mengalahkan dosa.
Jadi bagaimana caranya kita mengalahkan dosa-dosa? Hanya satu cara, yaitu merdeka didalam Yesus Kristus. Paulus mengatakan hidupku bukan aku lagi yang hidup. Kenapa bisa? Karena Paulus mengakui hidupku yang sekarang bukan aku lagi yang hidup melainkan Kristus yang hidup. Kenapa dia bisa mengatakan demikian? Karena dia sadar seluruh hidupnya hanya bisa menjalankan kehendak Tuhan, bisa menikmati anugerah Tuhan, itu karena Kristus sudah memerdekakan dia, dan hidupku yang sekarang di dalam daging sudah berubah menjadi hidup dalam Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Di sini berarti menjelaskan kepada kita pengakuan Paulus bukan hanya satu pengakuan oral biasa, ini pengakuan dalam nilai keimanan, ini pengakuan dalam nilai yang dia hidupi karena akhirnya dia sungguh-sungguh merdeka dalam Yesus Kristus dengan total. Mungkinkah kita hidup merdekanya jatuh bangun? Mungkin. Mungkinkah orang Kristen jatuhnya lebih parah dari waktu sebelum dia menjadi anak Tuhan? Mungkin. Tetapi mungkinkah kita terus jatuh sampai mati kita jatuh? Tidak mungkin.
Maka didalam bagian inilah ada level yang disebut namanya garis rohani. Pada waktu engkau jatuh hal-hal yang tidak rohani pasti Allah Roh Kudus akan menegur hatimu, dan firman yang pernah engkau baca dan hafal akan mengingatkan untuk kembali lagi kepada Tuhan. Di dalam bagian inilah setiap kita yang pernah dimerdekakan oleh Yesus Kristus, saat itulah malaikat di surga bersorak sorai. Setiap kita harus punya daya juang, daya sikap, daya strategi yang tepat untuk kita boleh sungguh menjadi orang-orang yang menyatakan kita adalah orang yang dimerdekakan dalam Kristus. Jikalau hidupmu masih dosa yang disembunyikan, biarlah setiap kita boleh mengakui setiap dosa itu karena itulah yang membuat engkau tidak bersukacita. Kalau ada orang punya dosa malah bersukacita dapat dipastikan itu bukan sukacita dari Tuhan. Roma 3: 23 mengatakan, kita adalah orang-orang yang sudah dimerdekakan daripada belenggu dosa. Pada waktu kita memiliki sukacita karena kita bukan lagi budak dosa, tetapi kita menjadi budak kebenaran, kita menjadi budak Yesus Kristus. Dalam Roma 6: 23 dikatakan, kita sudah dimerdekakan daripada kematian. Setiap kita pasti mati, dan bagi kita kematian tidak lagi menakutkan. Tetapi menjadi pertanyaan kita mati untuk apa? karena apa? Apakah untuk memperoleh hidup yang kekal atau kita mati untuk kembali untuk mendapatkan hukuman yang kekal? Kita perlu menyadari hidup kita sudah menjadi milik Tuhan dan kematian bukan lagi menjadi sesuatu yang menakutkan bagi kita, karena kematian sudah ditelan oleh kuasa Yesus, dan kita sudah dimerdekakan untuk kita memperoleh satu hidup yang kekal maka wajarlah setiap kita selalu bersukacita dalam Yesus Kristus, dan wajarlah bagi kita untuk mau merebut jiwa-jiwa yang masih diikat dengan kematian karena upah dosa ialah maut.
2. Karena di dalam Yesus Kristus, kita mendapatkan penglihatan dan kepekaan rohani (19b).
Dalam konsep Yohanes 3, Injil Yohanes mengatakan hanya melalui kelahiran baru engkau bisa melihat Kerajaan Allah. Lukas melihat jikalau seseorang tidak dimerdekakan dalam Kristus dia tidak akan melihat apa yang dilihat Tuhan itu penting. Ini menarik untuk kita bandingkan dengan konsep daripada Yohanes 3, hanya orang yang mengalami kelahiran baru, dia baru bisa melihat hal-hal kerajaan surgawi. Disini berarti mata fisik kita itu terbatas, hanya mata rohani kita yang baru bisa mengerti kenapa orang-orang Kristen mementingkan Penginjilan. Mengapa Gereja Reformed mementingkan Penginjilan? Karena mata rohani kita sudah dibukakan dari kebutaan. Yesus Kristus bukan hanya memerdekakan status kita saja, tetapi kita diberi konsep pandang yang baru. Kita bersyukur karena ketika kita dalam Yesus, kita diubahkan cara pandang kita tidak lagi melihat uang itu segala-galanya, tetapi kita melihat uang hanya alat untuk kegunaan kita demi hidup memuliakan Tuhan. Pada waktu kita sudah dalam Kristus kita mendapatkan kemerdekaan dan diberikan kepekaan rohani.Jika engkau tidak berdoa dan tidak membaca firman pada pagi hari engkau diberikan rasa bersalah, itu baru Kristen yang sehat, tetapi kalau engkau tidak berdoa, tidak membaca firman, engkau tidak ibadah, engkau tidak melayani Tuhan namun biasa-biasa saja berarti ada kerohanianmu yang sakit. Untuk tubuh kita peka, untuk rumah yang kotor kita peka, untuk kerohanian kita yang sakit kita tidak peka, problemnya dimana? Problemnya adalah kita tidak mengisi kemerdekaan ini dengan baik, kita tidak menjaga hubungan dengan Tuhan dengan baik, kita tidak bersekutu dengan Tuhan dengan baik. Saat itulah pada waktu kamu sakit rohani jangan kaget pasti Roh Kudus sudah pernah menegur engkau tetapi engkau keraskan hati, saat itulah engkau kehilangan penyertaan Tuhan. Kalau hidup kita kehilangan penyertaan Tuhan saat itulah engkau tidak akan mendapatkan nilai-nilai daripada kemerdekaan itu. Jadi bagaimana caranya memperbaiki ini? Kembali kepada Tuhan, perbaharuilah hidupmu, ubah daripada konsep gaya hidupmu memperioritaskan Tuhan supaya kita kembali mendapatkan penyertaan Tuhan, supaya kita kembali lagi keluarga kita mendapatkan iringan terang Tuhan,kaki dian Tuhan, disitulah baru kita bisa melihat keajaiban demi keajaiban akan terjadi untuk hidup kita dan keluarga kita.
3. Karena di dalam Yesus Kristus, kita mendapatkan pengharapan yang baru (19c).
Kalau kita bandingkan ini dengan Matius 11: 28, pada waktu kita hidup di dunia ini, kita akan menjadi orang-orang yang sungguh merdeka, menjadi orang-orang yang tidak lagi dibelenggu dosa, dan itu adalah pengharapan yang sejati. Wajar setiap kita bersukacita dalam Tuhan karena kita mendapatkan pengharapan yang tidak bisa ditawarkan dunia yaitu hidup yang kekal. Jangan engkau sedih kalau engkau tidak punya harta, tetapi kita sedih kalau kita tidak punya investasi harta surgawi. Jangan kita sedih kalau kita tidak punya barang-barang yang ditawarkan dunia, sedihlah jika kita tidak punya pengalaman-pengalaman rohani yang besar. Maka ajarkan kepada anak-anak kita untuk berjuang, bertekun dalam Tuhan, bersandar kepada Tuhan dan bukan melihat orang tua dalam hartanya. Setiap orang tua yang menonjolkan harta dan sudah menjanjikan harta kepada anak, sesungguhnya engkau sedang membunuh karakter perjuangan anakmu.
4. Karena di dalam Yesus Kristus, kita dapat menikmati berkat sebagai warga kerajaan Allah (19d) dan bergembira karena sukacita yang mulia.
Ini kita bisa bandingkan dengan 1 Petrus 1: 8 – 9, artinya kita menikmati berkat sebagai warga kerajaan Allah, kita dilindungi oleh Tuhan, dijauhi daripada pencobaan, diberikan kuasa menjadi anak-anak Tuhan yang tidak mungkin lagi diikat oleh hal-hal duniawi sehingga kita bisa menjadi orang yang tersenyum dalam Tuhan. Kita bisa menjadi orang yang bersukacita dengan malaikat di surga, karena sukacita yang mulia yaitu berkaitan dengan hidup kita yang boleh dipakai untuk memenangkan jiwa, melayani Tuhan, menjadi sumber inspirasi untuk orang lain, jadi berkat bagi orang lain. Jadi kebahagiaan bukan apa yang kita terima, tetapi apa yang kita beri. Jikalau kebahagiaanmu konsepnya masih apa yang aku terima itu terlalu duniawi, itu salah. Kalau kita sudah di dalam Kristus, kita sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, dan firman-Nya terus kita hidupi, maka kebahagiaan kita bukan lagi kedalam melainkan keluar, maka Alkitab berkata berbahagialah kita yang memberi daripada menerima.
Filipi 4: 4. Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!
Kapan engkau terakhir bersukacita? Apa yang menyebabkan kita sekarang tidak bisa bersukacita? Dan apa sekarang yang menyebabkan kita tidak bersemangat dalam Tuhan? Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa rasul Paulus bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan. Berarti pada waktu engkau sedih karena engkau kehilangan harta, kehilangan keluarga, kehilangan apapun juga, jangan sampai sukacita surgawi itu terebut. Mari kita belajar untuk menjadi anak Tuhan yang konsisten didalam Tuhan untuk membangun nilai sukacita itu.
Apakah kesulitan kita didalam menjaga konsistensi untuk senantiasa bersukacita dalam Tuhan?
Banyak di antara kita kadang-kadang tidak stabil rohani, jika keadaan baik, kita baru bersukacita, tetapi kalau ada pergumulan dan tetap bersukacita itu baru unik. Kita harus belajar bagaimana kita bisa membaca dan menginventaris apa yang bisa konsisten dalam Tuhan. Jika hidup kita sudah dalam Kristus maka prioritas kita adalah hidupnya harus Theosentris atau Kristosentris. Tuhan menjadi pusat, bukan hidup kita yang menjadi pusat, bukan kebahagiaan kita, bukan penderitaan kita, tetapi yang menjadi pusat adalah kehendak Allah yang terbesar untuk kita boleh sungguh membebaskan
Tuhan menjadi pusat, bukan hidup kita yang menjadi pusat, bukan kebahagiaan kita, bukan penderitaan kita, tetapi yang menjadi pusat adalah kehendak Allah yang terbesar untuk kita boleh sungguh membebaskan orang-orang yang terikat dengan dosa, terikat dengan setan untuk kembali kepada Tuhan.
Mengapa orang Kristen tidak konsisten dalam mengejar sukacita itu?
1. Karena kita mengalami ketakutan tanpa iman (band. Luk 8:25).
Kita takut dengan kematian dan badai hidup. Belum bergantung dengan Tuhan saja kta sudah khawatir dan takut. Apakah setiap kita boleh punya ketakutan untuk keluarga kita? Boleh, itu justru yang sehat, tetapi pada waktu engkau punya ketakutan itu, ketakutan itu engkau langsung dengan iman maka engkau ada solusi. Tetapi kalau ketakutan itu tanpa iman, engkau dibayangi dengan satu phobia, akhirnya iman tidak bekerja, tetapi kekuatiranmu yang bekerja, dan pada waktu engkau ada masalah di dalam keluarga engkau frustasi luar biasa. Jadi kita boleh takut tapi kaitkanlah ketakutan itu dengan iman, nanti iman yang akan mencerdaskan kita bersikap, jadi iman yang mencerdaskan kita membuat solusi dan strategi.
2. Karena kita mengalami kekuatiran tanpa iman (band. Mat 6:25).
Hidup ini kadang-kadang kita kuatir karena soal baju, makan, masa depan. Tetapi bagi Tuhan itu hal-hal yang sifatnya lahiriah. Belajar dari burung yang tidak pernah ada yang memberi makan tetapi burung selalu hidup. Belajarlah dari bunga bakung, tidak ada yang menanam, tidak ada yang memberi pupuk tetapi dia selalu berbunga. Jadi belajarlah akan pemeliharaan Tuhan. Kita justru harus kuatir kalau hidup kita tidak dipakai oleh Tuhan, kalau kita tidak berbuah bagi Tuhan. Mari ketika kita kuatir, ada iman, selalu kita mengandalkan Tuhan, dan cari solusi yang tepat. Hidup ini yang paling penting cari Kerajaan Tuhan, baru semuanya ditambahkan kepadamu. Apa yang ditambahkan? Hikmatmu, kecerdasanmu mencari solusi, imanmu, dan sikap keteguhanmu.
3. Karena mengalami hati yang sakit karena menyimpan kemarahan, benci, iri, kecewa, dan lain sebagainya (band. Kej 4:7).
Didalam bagian ini jikalau kita menyimpan kemarahan yang belum kita buang, misalnya kita tidak mengampuni orang, itu akan membuat kita tidak bisa bersukacita. Itu yang membuat kita tidak bisa bersama-sama dengan gereja Tuhan meraih sukacita surgawi. Itu hal pertama. Kedua, ada benci, ketiga ada iri, keempat ada kekecewaan dan yang lain-lain. Jadi hati-hati dengan dosa iri seperti Kejadian 4: 7. Setiap kita tidak boleh sampai memiliki hati yang sakit, karena nanti jadi sakit hati, kalau sudah jadi sakit hati melihat orang itupun rasanya kita langsung mau menghindar. Tuhan sudah menebus kita, Tuhan sudah memerdekakan kita, Tuhan sudah mengampuni kita, maka selayaknyalah kita menghargai penebusan Tuhan. Kita sudah dijadikan kudus dan suci, maka tidak boleh dalam peta hati nurani kita ada marah, benci, iri, dan ada kecewa kepada orang lain. Kenapa demikian? Karena jikalau engkau masih ada dosa ini itulah yang membuat engkau tidak bisa bersukacita dengan Tuhan, itulah yang membuat engkau tidak bisa melakukan sukacita surgawi, untuk melangkahkan kakimu agar hidup kita dipakai Tuhan. Itu yang membuat kita tidak punya spirit Penginjilan karena masih ada dosa. Setiap kita pasti pernah disakiti, kita pasti pernah dirugikan, kita mungkin pernah dianggap tidak penting, tetapi ingatlah Yesus Kristus pernah mengalami itu semua, Dia pernah di caci maki, Dia pernah di siksa, dan bahkan di salib, tetapi kata-kata yang keluar daripada tujuh perkataan salib yang pertama adalah mengampuni orang itu karena tidak tahu yang mereka perbuat.
Marilah kita belajar untuk mau sungguh menikmati sukacita surgawi karena karena kita yang aktif dan mau berbuat sesuatu yang besar untuk pekerjaan Tuhan. Amin
Tuhan memberkati.
(Ringkasan kotbah ini belum diperiksa oleh pengkotbah-YFS)