STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020
Pdt. Tumpal H. Hutahaean, M.Th.
30 Mei 2020: Kesatuan dengan Kristus (Union with Christ)
Kita akan membahas tentang kesatuan dengan Kristus. Hidup kita ada di dalam Kristus dan kita bersatu dengan-Nya. Di dalam Kristus kita menghasilkan buah yang memuliakan Tuhan. Kita akan melihat dari 2 Korintus 5:17. Di luar Kristus tidak akan ada kelahiran baru. Kita juga melihat Efesus 1:3-4. Kesatuan itu terjadi saat kita hidup di bumi. Kesatuan itu berkaitan dengan pengudusan yang membuat kita tidak bercacat di hadapan-Nya. Jadi ada nilai eskatologi di dalamnya. Kita juga melihat Efesus 1:6-7. Kesatuan itu membuat kita menjadi orang-orang yang mendapat penebusan. Di dalamnya ada pengampunan dosa dan anugerah Tuhan. Kita akan melihat Efesus 2:10. Dalam ayat ini ada timbal-balik. Kita melihat Galatia 2:20 dan Yohanes 15:4.
PENDAHULUAN
Menurut kajian kita, adakah misteri/rahasia yang terjadi dalam kehidupan kita yang tidak kita pernah duga (lihat Efesus 5:32)? Suami harus mengasihi istri seperti tubuhnya sendiri dan istri harus menghormati suami. Perpaduan itu menjadi kesatuan yang indah seperti Kristus dengan jemaat-Nya. Dikatakan bahwa itulah rahasia di mana kita adalah mempelai wanita dan Kristus adalah mempelai laki-laki. Ini menjadi gambaran bahwa ada rahasia yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya yaitu kita adalah pengantin wanita Kristus berkaitan dengan eskatologi. Bagaimana mungkin Kristus yang adalah Allah dapat bersatu dengan manusia? Ada orang-orang yang menolak konsep kesatuan dengan Kristus. Mereka mengerti kesatuan dengan Kristus secara berbeda. Apakah kesatuan dengan Kristus adalah kesatuan dua pribadi atau dua roh? Ada orang-orang yang salah memahami tentang kesatuan ini. Mereka berpikir bahwa kesatuan ini adalah campuran yang tidak bisa dipisahkan seolah kita menjadi terhisap ke dalam Kristus atau sebaliknya. Konsep kesatuan dengan Kristus yang salah bisa berakibat pada konsep ibadah yang salah. Sampai sejauh mana ajaran ini sangat penting dalam kehidupan Kristen kita? Ini sangat penting. Kita tidak boleh sampai terjebak dalam konsep yang salah tentang kesatuan dengan Kristus ini.
PEMBAHASAN
1) Pengertian kesatuan dengan Kristus
Pertama-tama, kesatuan dengan Kristus adalah kesatuan rohani. Ini adalah kesatuan yang dihasilkan oleh Roh Kudus. Ada hubungan yang erat sekali antara Kristus dan Roh Kudus (1 Korintus 12:13). Perhatikan dalam surat Roma 8:9-11, nama Kristus dipakai bergantian dengan Roh Kudus. Jadi ini bukanlah kesatuan materi. Pribadi Allah tidak akan bercampur dengan pribadi kita dan juga sebaliknya. Kita tidak menjadi setara dengan Allah. Allah tetap pencipta dan kita adalah ciptaan. Kesatuan ini tidak dicapai dengan meditasi. Allah Tritunggal tidak mungkin terpisahkan. Tuhan Yesus Kristus menggenapkan keselamatan dan Allah Roh Kudus mengerjakan keselamatan itu. Allah Tritunggal bekerja dalam satu kesatuan untuk nilai keselamatan kita. Dengan demikian tampak bahwa Kristus tinggal di dalam kita jika Roh Kudus ada di dalam kita. Kristus tinggal di dalam kita melalui Roh Kudus. Roh Kudus adalah ikatan kesatuan kita dengan Kristus (Ibrani 6:17, 2 Korintus 3:17-18, Galatia 3:2-3). Jadi kedua Pribadi ini tidak bisa dipisahkan. Ikatan janji antara Allah dengan kita tidak mungkin hilang. Dalam kesatuan kita dengan Allah ada kemerdekaan. Kita perlu dimerdekakan karena kita diikat oleh dosa dan kutuk kematian. Pribadi Kristus seolah terpisah dari Pribadi Bapa di atas kayu salib. Saat mengalami pergumulan dan kesulitan, kita seolah diizinkan berjalan sendiri. Pada masa itu kita bisa sampai bertanya di mana Tuhan. Tuhan tidak pernah sekali-kali meninggalkan dan membiarkan kita. Kemerdekaan itu sudah menjadi milik kita karena kita adalah umat yang menang bagi Tuhan. Kita dijadikan manusia baru yang dipersatukan dengan Kristus. Kesatuan dengan Kristus memampukan kita untuk memuliakan Tuhan. Paulus mengingatkan bahwa kita dibenarkan karena iman, bukan perbuatan. Pembenaran itu bersifat rohani. Jadi kita tidak lagi terikat dengan hal-hal yang bersifat lahiriah. Jemaat Galatia disebut bodoh karena mereka tidak lagi berjalan dalam roh dan memakai kekuatan diri untuk hidup rohani. Kesatuan dengan Kristus diraih melalui jalan penebusan. Tanpa penebusan, maka tidak akan ada kesatuan rohani.
Kedua, kesatuan dengan Kristus adalah kesatuan resiprokal. Kesatuan resiprokal adalah kesatuan yang saling merespons. Jadi kita aktif bertanggung jawab dalam kebebasan kita. Kristus memprakarsai persatuan-Nya dengan semua orang percaya. Sebaliknya orang percaya juga berinisiatif menyatukan diri mereka dengan Kristus, memelihara kesatuan itu dengan iman di bawah kuasa Roh Kudus (Yohanes 14:23, 15:4-5; Galatia 2:2; Efesus 3:17). Dalam masa pandemi ada orang-orang yang bertobat karena mereka mendengarkan siaran-siaran Kristen. Jadi Tuhan tetap bisa bekerja dalam masa apapun. Orang yang telah lahir baru akan melakukan pertobatan sejati. Kita yang percaya sudah dibarui sehingga kita mengakui bahwa kita adalah pendosa yang membutuhkan Tuhan. Kesatuan itu menggarap kepribadian kita secara total. Akhirnya keseluruhan hidup kita bukan lagi melawan Tuhan tetapi percaya kepada Tuhan. Allah Roh Kudus menanamkan iman dalam diri kita dan iman itu akan bertumbuh dalam kebebasan rohani kita yang bernilai tanggung jawab, karakter orang beriman, dan buah iman. Allah Roh Kudus akan menopang iman kita sehingga iman kita tidak tergeletak, tidur, atau mati. Allah Roh Kudus akan menggarap hati nurani kita melalui segala cara, baik itu Firman Tuhan, peristiwa-peristiwa, dan lainnya. Sikap rohani kita bergantung pada seberapa kita mendalami penebusan Kristus. Orang yang menghargai karya keselamatan Tuhan akan takut berbuat dosa. Kesatuan resiprokal adalah kesatuan yang indah.
Salah satu gambaran yang Alkitab berikan adalah pokok anggur dan ranting. Orang yang mengasihi Tuhan akan juga mengasihi firman. Ia akan taat kepada Firman Tuhan. Jadi apa yang dikatakannya itu selaras dengan perbuatannya. Kalau kita sungguh mengasihi Allah maka Allah Tritunggal akan tinggal di dalam kita. Dalam Yohanes 15:4 ada perintah ‘tinggallah di dalam Aku’. Jadi kita diminta untuk aktif dan inisiatif untuk hidup di bawah otoritas Tuhan. Kita diminta untuk tinggal dalam kesucian dan kebenaran. Ketika menghadapi masalah, kita harus melihat dari kacamata Tuhan. Kita tidak lari dari masalah tetapi meminta terang Tuhan agar kita bisa melihat masalah itu dengan benar. Dalam masa pandemi ini kita juga harus bisa melihat keberadaan virus ini dengan tepat. Kita harus berdoa untuk meminta pimpinan dan pemeliharaan Tuhan agar kita bisa menyikapi masa pandemi ini dengan iman. Kita tidak boleh terhisap dalam ketakutan dan kekhawatiran. Dalam kesatuan resiprokal, Allah Roh Kudus akan memampukan kita untuk menyikapi segala hal dengan benar. Program Tuhan bukanlah kehancuran umat-Nya dan kita juga harus bisa mengerti hal itu. Sebagai ranting, kita harus terus menempel pada pokok anggur itu yaitu Tuhan Yesus. Itu akan memberikan energi rohani kepada kita sehingga kita bisa berbuah bagi Tuhan. Dalam situasi apapun juga, kita harus punya buah rohani. Buah yang kita hasilkan bukanlah buah kekhawatiran atau ketakutan. Kita harus mengubah budaya hidup kita sehingga hidup kita senantiasa menghasilkan buah rohani. Setiap hambatan harus disingkirkan.
Paulus adalah orang yang Tuhan panggil secara khusus untuk menjadi rasul. Ia dahulu adalah orang yang suka menganiaya jemaat Tuhan. Namun ia mengalami kesatuan resiprokal sehingga hidupnya diubahkan. Perubahan hidupnya diakui oleh para rasul yang lain. Hasil pelayanan Paulus begitu jelas yaitu pertobatan orang-orang non-Yahudi. Jadi kesatuan resiprokal itu melampaui suku, harta, dan keterbatasan kita. Roh Kudus bekerja dalam diri Paulus sehingga ia memenangkan banyak jiwa. Ia selalu menjalankan kehendak Tuhan dan selalu mengutamakan pekerjaan Tuhan. Kesatuan resiprokal itu bekerja dengan luar biasa dalam dirinya. Buah iman seseorang menjadi bukti bahwa orang itu sudah mengalami kesatuan resiprokal. Kesatuan resiprokal itu bersifat pasti dalam arti buah rohani yang dihasilkan itu akan seperti anggur yang manis. Efesus 3:17 sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Jika kita tinggal di dalam Kristus, maka hidup kita akan berubah dengan luar biasa.
Ketiga, kesatuan resiprokal adalah kesatuan yang membarui. Kesatuan itu pertama-tama membarui manusia batiniah kita (Roma 12:2, 2 Korintus 4:16, 1 Petrus 3:4). Kita diciptakan dalam gambar Allah dan dibarui dalam Kristus. Pembaruan itu menggarap akal budi kita (Roma 12:2) sehingga kita bisa mengerti kehendak Allah yang sempurna. Kepekaan rohani kita bergantung pada sampai sejauh mana kita mau bersatu dengan Tuhan. Firman Tuhan mengubah pikiran kita. Paulus menyatakan bahwa tubuhnya semakin merosot karena umur, penyakit, dan lainnya, namun manusia batiniahnya selalu mengalami pembaruan. Semakin lama kita mengikut Tuhan, semakin besar pula perubahan hidup kita. Allah sendirilah yang mengerjakan pembaruan hidup kita salah satunya melalui Firman Tuhan yang kita baca. Mengapa ada orang-orang Kristen yang tidak mengalami perubahan karakter? Apakah karena mereka belum bersatu dengan Kristus? Apakah karena mereka kurang membaca Firman Tuhan? Kita memiliki harta rohani dalam bejana tanah liat. Iman adalah harta kita yang pasti dijaga oleh Tuhan. 1 Petrus 3:4 tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. keindahan kita bukan bergantung pada apa yang kita pakai yang menghias kita. Kecantikan manusia batiniah itulah yang membuat kita semakin indah. Senyuman dan kata-kata dalam kasih itu pasti berbeda dengan senyuman dan kata-kata dalam kelicikan. Kita harus memakai perhiasan yang tidak kelihatan yaitu manusia batiniah kita.
Kesatuan yang membarui memimpin kita kepada kehidupan yang saleh (Roma 8:10; 2 Korintus 13:5, Galatia 4:19-20). Orang yang saleh adalah orang yang punya ketaatan dan karakter dalam Tuhan. Ia senang bergaul dengan Tuhan. Orang rohani adalah orang yang selalu bersikap rohani dalam menyelesaikan masalah. Ia tidak dikuasai kedagingan atau dosa. Ia memprioritaskan Tuhan dalam hidupnya. Hidupnya penuh kesucian dan ia rela mati bagi Tuhan. Kesatuan yang membarui itu menjadi sumber kekuatan dan produktivitas rohani kita dalam menghasilkan buah-buah rohani (Yohanes 15:1-10, 16b). Tumbuhanyang mendapatkan nutrisi yang baik akan berakar, bertumbuh, dan menghasilkan buah. Buah itu bisa dihasilkan karena tumbuhan itu mendapatkan nutrisi. Kekuatan kita untuk bisa bertahan dan menghasilkan buah dalam kesulitan adalah anugerah Tuhan. Orang yang tidak percaya pun bisa tetap bersemangat menghadapi Covid-19, maka kita sebagai orang percaya harus lebih lagi karena kekuatan kita berasal dari Tuhan. Kekuatan manusia semata tidak mungkin cukup. Kita membutuhkan kekuatan rohani dari Tuhan. Kita harus mengevaluasi diri kita dalam hal produktivitas rohani kita selama masa pandemi ini. kesatuan dengan Kristus adalah kesatuan yang membarui kita sehingga kita bisa menjadi serupa dengan Dia.
Kesatuan ini digambarkan dengan kesatuan suami-istri (Roma 7:4, 2 Korintus 11:2, Efesus 5:31-32, Wahyu 19:7). Pekerjaan Tuhan yang penting tidak boleh ditinggalkan. Keintiman kita dengan Tuhan itu berkaitan dengan bagaimana kita menjalankan kehendak Tuhan. Kita harus terus terlibat dalam ikatan tubuh Kristus. Kerinduan kita untuk beribadah menyatakan bahwa kita sudah bersatu dengan Kristus. Jika seorang anak Tuhan sudah kehilangan kerinduan untuk bersatu dengan Kristus dalam ikatan tubuh Kristus, maka itu berarti ada masalah dalam kerohaniannya. Jika suami-istri tidak mau berkomunikasi dan bertemu, maka itu berarti ada masalah dalam relasi mereka. Kerinduan itu tidak boleh dihambat atau dihancurkan.
Gambaran lainnya adalah kesatuan bangunan dengan fondasinya (Kolose 2:7, 1 Petrus 2:4-5, Efesus 2:20-22, Yesaya 28:16). Kedua hal ini tidak bisa dipisahkan. Kita ini seperti bangunan di dalam Tuhan. Kita tidak mungkin terpisahkan dari Tuhan. Tidak ada kuasa manapun yang bisa memisahkan. Jika kita dengan sengaja menjauhkan diri dari kehendak Tuhan, maka kita sudah mengalami masalah rohani. Sebagai bangunan rohani, kita harus bersatu dan saling mendukung. Covid-19 mengingatkan kita bahwa kita ini kecil, lemah, dan tidak bisa berbuat apa-apa. Keindahan kita adalah relasi yang erat dalam tubuh Kristus. Sebagai Gereja kita harus bersatu untuk saling menguatkan dan bersama-sama menangkap visi Tuhan. Persekutuan anak-anak Tuhan itu menguatkan iman.
Kesatuan itu juga digambarkan sebagai kesatuan antara anggota tubuh dengan kepala (1 Korintus 6:15, 19, 12:12; Efesus 1:22-23, 4:15-16, 5:29-30). Setiap anggota tubuh tidak boleh berjalan sendiri-sendiri. Kepala itu harus memimpin, yaitu Kristus. Kristus adalah Raja kita dan Ia adalah Hakim yang paling adil. Terkadang mengikut Tuhan itu sulit karena kita memiliki kehendak sendiri yang tidak selaras dengan kehendak Tuhan. Kehendak kita harus ditundukkan di bawah kehendak Tuhan. Sebagai anggota tubuh Kristus kita harus mengingatkan bahwa kita memiliki Kepala yaitu Kristus. Gereja yang sehat adalah Gereja yang berpusat pada Kristus. Jalan salib harus kita tempuh dan kita harus menghasilkan buah-buah iman. Jika Kristus tidak menjadi pusat, maka Gereja itu sudah sesat. Gereja yang menambahkan atau mengurangi ajaran Kristus adalah Gereja yang sesat. Maka dari itu hidup kita harus berpusat pada Kristus. Seluruh program Gereja harus mengarah kepada Kristus dan kehendak-Nya. Kita harus tunduk dalam kerelaan dan keharmonisan untuk menjalankan kehendak-Nya. Tuhan menitipkan kehendak-Nya pada para pemimpin Gereja, jadi kita harus menghormati mereka. Namun kita juga harus berhati-hati terhadap orang-orang yang memakai nama Tuhan namun tidak memiliki jiwa untuk Tuhan. Ikatan tubuh Kristus itu adalah ikatan relasi yang begitu indah.
Gambaran lainnya adalah kesatuan ras (Roma 5:12, 21; 1 Korintus 15:22, 45, 49). Jadidalamtubuh Kristuskita tidak membedakan orang berdasarkan rasnya. Kita semua adalah satu di dalam Tuhan. Di banyak negara, isu rasisme masih begitu kuat. Rasisme bisa ada karena keberdosaan manusia. Orang-orang ini tidak bisa melihat keindahan kesatuan. Mereka melihat bahwa kesukuan itu lebih penting daripada kesatuan. Orang Kristen tidak boleh seperti ini. Ketika kita sudah bersatu dengan Tuhan, maka kita adalah anak-anak Allah. Kita semua adalah milik Tuhan dan warga Kerajaan Allah. Status ini melampaui bahasa, ras, dan lainnya. Jadi Gereja tidak boleh menjadi Gereja suku atau Gereja bangsa tertentu. Kesatuan dengan Kristus itu menghancurkan rasisme dan diskriminasi sosial. Ini memang tidak mudah, namun perubahan itu harus terjadi. Ketika bergaul dan mencari pasangan, ras bukanlah kriteria utama kita. Kita harus melihat iman dan karakternya dalam Tuhan terlebih dahulu. Suami-istri yang berbeda budaya bisa bersatu karena mereka tunduk di bawah hukum Kristus.
Keempat, kesatuan dengan Kristus adalah kesatuan organis. Gereja tidak boleh diikat oleh administrasi dan organisasi tetapi oleh visi dan misi yang melampaui semua itu agar Gereja bisa melakukan pekerjaan Tuhan yang bersifat kekal. Kesatuan organis itu melampaui umur. Kita tidak boleh memiliki konsep ‘gereja dalam gereja’ (misalnya di dalam satu Gereja hanya kelompok remaja yang dipentingkan sedangkan yang lainnya tidak). Semua dalam Gereja itu penting di mata Tuhan. Kita tidak boleh bersatu dalam kotak-kotak. Kita semua terikat dan harus saling mementingkan dan menopang. Itulah kesatuan organis. Dalam kesatuan organis ini ada kesatuan dalam Kristus (unity in Christ). Kesatuan organis ini dicatat dalam Yohanes 15:5, 1 Korintus 6:15-19, Efesus 1:22-23, 4:15-16, 5:29-30. Dalam kesatuan ini Kristus melayani orang-orang percaya dan sebaliknya orang-orang percaya melayani Kristus. Setiap anggota tubuh Kristus saling melayani dalam kesatuan yang tidak terpecahkan (Efesus 2:11-22; 4:1-16). Rumah tangga kita adalah unit Gereja yang terkecil. Keluarga harus punya kerinduan untuk melayani. Kita melayani bukan karena disuruh atau terpaksa tetapi karena ada kerinduan. Pelayanan itu merupakan suatu hak yang harus rela kita lakukan. Kita tidak menghitung pengorbanan kita karena Tuhan sendiri sudah banyak berkorban bagi kita. Keindahan tubuh Kristus adalah ketika semua anggota berjalan dalam kebersamaan untuk mencapai visi Tuhan. Di sana Tuhan menyertai kita dan menyatakan kemuliaan-Nya.
Kelima, kesatuan dengan Kristus adalah kesatuan yang kekal. Jadi kesatuan dengan Kristus bukanlah kesatuan yang sementara yang bergantung pada diri kita. Kesatuan Kristus dengan orang percaya itu kekal adanya, tidak bisa diputuskan, dihancurkan, atau dibatalkan oleh apapun juga (Matius 28:20; Yohanes 10:28; Roma 8:35, 38, 39; 1 Tesalonika 4:14, 17). Tuhan Yesus berjanji untuk selalu menyertai kita. Ia terus memegang kita dan tidak ada kuasa yang bisa merenggut kita. Kesatuan dengan Kristus menjamin keselamatan yang kekal bagi anak-anak-Nya dan tidak ada kuasa dari manapun juga yang bisa merebut mereka dari tangan Kristus (Yohanes 10:28-30). Keselamatan yang kekal tidak berarti kita bisa bebas berbuat dosa. Jika kita masih mencintai dosa, maka itu berarti kita belum bersatu dengan Kristus. Orang egois yang tidak mau melayani Tuhan adalah orang yang belum bersatu dengan Kristus. Orang yang tidak mau bersekutu adalah orang yang belum masuk ke dalam ikatan tubuh Kristus.
2) Adakah konsep kesatuan dengan Kristus yang salah dalam kekristenan?
Pertama, kesatuan sakramen – Perjamuan Kudus. Pandangan ini berkata bahwa: orang percaya mendapatkan anugerah Kristus dengan menerima sakramen-sakramen. Seseorang sungguh-sungguh memasukkan Kristus ke dalam dirinya dengan mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus, memakai tubuh Kristus dan meminum darah Kristus (trans-substansiasi dan kon-substansiasi, mukjizat). Pandangan ini didasarkan pada tafsiran hurufiah kata-kata Tuhan Yesus dalam Matius 26:26-28 dan Yohanes 6:53. Jelas pandangan ini keliru karena Kristus sendiri menyatakan bahwa Perjamuan Kudus itu hanyalah untuk mengenang diri-Nya. Penganut konsep trans-substansiasi percaya bahwa roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus itu benar-benar berubah menjadi daging dan darah Kristus. Penganut konsep kon-substansiasi percaya bahwa Tuhan hadir dalam roti dan anggur yang diambil saat Perjamuan Kudus. Penganut konsep ini sering mengadakan Perjamuan Kudus untuk orang-orang yang sudah sakit keras dan hampir meninggal sehingga mereka mendapatkan keselamatan. Ada pula kelompok yang percaya bahwa Perjamuan Kudus mendatangkan kesembuhan. Ini adalah ajaran yang salah. Melalui Perjamuan Kudus, kita mengenang pengorbanan Kristus di kayu salib. Itu bertujuan untuk membangun kerohanian kita. Di sana kita mengevaluasi diri dalam hal kesucian, ketaatan, dan komitmen rohani kita.
Kedua, kesatuan mistik. Pandangan ini percaya bahwa: kesatuan orang percaya dengan Kristus begitu kuat sehingga menghisap orang percaya tenggelam habis ke dalam hubungan itu sampai akhirnya ia kehilangan kepribadiannya dan akal budinya. Hal ini seperti terhisap dalam suasana ibadah tanpa akal budi dan penguasaan diri. Contoh yang lain adalah orang yang menyaksikan pertandingan bola sampai lupa waktu, identitas, dan lainnya. Penganut pandangan ini mengutip Daud yang menari-nari ketika membawa tabut Tuhan. Jika kita memerhatikan konteksnya, maka kita akan menemukan bahwa Daud bukan menari dalam ibadah. Ia tidak menari dalam rumah Tuhan. Jadi apa yang Daud lakukan tidak boleh kita lakukan dalam ibadah. Ketika kita bersatu dengan Kristus, kita tidak terhisap sampai kehilangan pribadi kita sendiri. Kita tidak menjadi Tuhan yang memiliki kuasa Tuhan.
Ketiga, kesatuan metafisik. Iniadalah kesatuan bukan karena penebusan tetapi kesatuan karena kita adalah ciptaan. Gagasan ini didasarkan pada konsep panteistik bahwa kita dan Allah satu esensi adanya dan tidak ada keberadaan yang lepas dari esensi Allah. Kita adalah bagian dari esensi Allah. Orang-orang panteistik bermeditasi di alam. Mereka percaya bahwa dalam alam ada kekuatan Tuhan yang bisa dihisap manusia. Banyak orang memilih tempat yang tinggi untuk berdoa karena mereka percaya bahwa tempat yang tinggi adalah tempat yang dekat dengan Tuhan. Ini juga merupakan konsep yang salah. Mereka percaya bahwa Kristus bersatu dengan kita dan ada di dalam kita berdasarkan penciptaan dan bukan penebusan. Secara esensi kita tidak sama dengan Allah. Allah adalah pencipta dan kita adalah ciptaan. Mereka menolak konsep kesatuan karena penebusan tetapi kita percaya bahwa kesatuan dengan Kristus adalah kesatuan karena penebusan.
Keempat, kesatuan psikologis. Penjelasan konsep ini adalah: kesatuan Kristus dengan orang percaya tidak lain sebagai kesatuan moral, simpati, atau kasih saja. Kesatuan itu seperti kesatuan guru dan murid oleh minat pelajaran atau kesatuan antara dua orang sahabat. Orang-orang penganut konsep ini memilih kekristenan karena merasa cocok dengan moralitas, suasana ibadah, dan alasan-alasan lain selain Kristus. Kita bersatu dengan Tuhan karena Tuhan terlebih dahulu mengasihi kita dan berkorban untuk kita. Jadi kita tidak melihat moral dan kasih yang humanis saja.
3) Implikasi kesatuan Kristus dengan kita
Implikasi pertama adalah hidup dalam kekuatan Kristus. Paulus berkata: segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Filipi 4:13, bandingkan dengan Galatia 2:20 dan 2 Korintus 12:9). Kita semua adalah orang yang kuat di dalam Tuhan. Kita lemah jika kita berada di luar Tuhan. Kita bisa maju dalam situasi sulit karena kita tinggal di dalam Tuhan. Implikasi kedua adalah kesatuan dalam Kristus – menikmati kesatuan sebagai tubuh Kristus (terikat/tergabung). Kesatuan orang percaya dengan Kristus menjadi tali pengikat antara sesama orang percaya sebagai anggota tubuh Kristus. Ikatan tubuh Kristus itu tidak boleh diputuskan oleh karena keegoisan dan kesombongan kita. Kita harus rela dan mau melayani dalam tubuh Kristus. Mereka hidup dalam Roh, kasih, iman, dan baptisan serta tujuan yang sama. Mereka satu dalam Gereja-Nya dan dalam kerajaan-Nya (Yohanes 17:20-21; Roma 12:15; Efesus 4:2, 3; Kolose 3:16; 1 Korintus 3:13, 10:24-25; Yakobus 5:16; 1 Yohanes 1:3, 7). Setiap orang yang sudah bersatu dengan Kristus akan memiliki kerinduan untuk terlibat dalam ikatan tubuh Kristus.
Implikasi ketiga adalah kita akan menghasilkan buah-buah rohani. Ketika kita dibenarkan dalam Kristus dan diadopsi menjadi anak-anak-Nya (Yohanes 1:12), potensi ini akan melengkapi dan memampukan kita untuk melayani Dia untuk menghasilkan buah-buah rohani yang sejati (Yohanes 15:16b). Kita akan dimampukan untuk memenangkan banyak jiwa. Buah-buah rohani yang dimaksud bukanlah mukjizat-mukjizat yang terlihat spektakuler. Buah-buah rohani yang dimaksud itu berkaitan dengan penginjilan. Implikasi keempat adalah kita bisa menikmati penderitaan karena Kristus. Orang yang sudah bersatu dengan Tuhan akan menikmati penderitaan karena Kristus karena ia melihat itu sebagai hak istimewa. Para murid diberitahukan bahwa mereka akan minum cawan yang Kristus minum dan dibaptis dengan baptisan yang Kristus terima (Markus 10:39). Dalam konteks yang lain Kristus mengingatkan mereka untuk tidak terkejut jika dianiaya karena-Nya (Yohanes 15:20, bandingkan dengan Matius 5:10-12). Rasul Paulus menyatakan betapa ia menderita untuk menjadi serupa dengan Kristus (Filipi 3:8-10, 2 Korintus 11:23-28). Dalam hal ini penderitaan itu baik untuk membentuk karakter kita. Rasul Petrus mengingatkan orang-orang percaya untuk bersukacita karena berbagian di dalam penderitaan Kristus (1 Petrus 4:13). Kita bisa bersekutu dengan Kristus di dalam penderitaan-Nya.
Implikasi kelima adalah kita akan memerintah bersama dengan Kristus di surga. Ketika Yakobus dan Yohanes datang bersama dengan ibunya untuk meminta jabatan yang mulia, Kristus menyatakan bahwa mereka akan menerima penderitaan (Markus 10:35-39). Tetapi Kristus juga mengatakan kepada mereka bahwa mereka akan makan dan minum di meja-Nya dalam Kerajaan Allah serta duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel (Lukas 22:30). Kita akan menghakimi orang-orang yang membenci Kristus.
KESIMPULAN
Bersatu dengan Kristus adalah kesatuan yang rohani, resiprokal, membarui, organis, dan kekal. Kesatuan ini akan menjadikan kita produktif secara rohani dan dapat menikmati berkat karunia-karunia rohani di bumi (melayani) dan di surga. Kesatuan adalah kesatuan yang indah yang kita terus nikmati dan tingkatkan.
Q & A
Q. Resiprokal itu harus dua pihak, maka sebenarnya apa yang terjadi di antara Kristus dan orang percaya sehingga disebut resiprokal?
A. Tuhan adalah pokok anggur dan kita adalah rantingnya. Jadi ada kesatuan untuk nilai tujuan. Resiprokal berarti ada interaksi. Kita didukung oleh Firman Tuhan yang kita baca, renungkan, dan hidupi. Di sana kita menghasilkan buah kasih. Kita mengasihi Tuhan dan kebenaran-Nya. Maka kita akan terus mau mempelajari Firman Tuhan dan menghidupinya. Tuhan akan menggarap nilai ketaatan kita sehingga kita menghasilkan buah yang sejati bagi Tuhan. Tuhan yang pertama-tama melayani kita dan kemudian kita mau melayani Dia. Kita berkorban karena Tuhan sudah berkorban bagi kita. Kita melayani secara total karena penebusan itu bersifat total. Dalam kesatuan resiprokal ini ada karya Roh Kudus 100% yang memberikan jaminan pasti karena Ia tidak mungkin gagal menggarap kita.
(Transkrip ini belum diperiksa oleh pengajar – TS)