Segala Sesuatu demi Kebaikan (Roma 8:28)

PA Khusus GRII Cikarang

Ucapan Rasul Paulus yang Sulit dalam Surat Roma

Selasa, 16 Juni 2020

Vik. Tommy Suryadi

Referensi utama:

  1. buku “Ucapan Paulus yang Sulit” karya Manfred T. Brauch
  2. com
  3. NIV Study Bible

Tema: Segala Sesuatu demi Kebaikan (Roma 8:28)

  • Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Pertanyaan:

  • ‘Kebaikan’ seperti apa yang dimaksud dalam ayat ini?
  • Apakah ‘segala sesuatu’ mencakup penderitaan dan kesulitan orang Kristen?

And we know that for those who love God all things work together for good, for those who are called according to his purpose. (ESV)

And we know that in all things God works for the good of those who love him, who have been called according to his purpose. (NIV)

And we know that God causes all things to work together for good to those who love God, to those who are called according to His purpose. (NASB)

Kebaikan seperti apa?

  • NIVSB: that which conforms us ‘to the likeness of his Son (v. 29)’
  • 29: For those whom he foreknew he also predestined to be conformed to the image of his Son, in order that he might be the firstborn among many brothers.
  • Kebaikan yang dimaksud itu berhubungan dengan keselamatan.
  • Keselamatan bukan satu titik tetapi suatu proses. Tuhan aktif dalam proses itu.
  • 1 Petrus 1:9 karena kamu telah mencapai tujuan (telos) imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.
  • Kejadian 50:20 Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar (ESV: many people).

Roma 8:29-30

Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.

Apakah ‘Segala Sesuatu’ Mencakup Penderitaan?

  • Ellicott’s Commentary – persecution and suffering included.
  • Meyer’s NT Commentary – even those full of pain not excepted (v. 35).
  • Benson Commentary – Namely, that occur in the course of divine providence, such as worldly losses or gains, poverty or riches, reproach or commendation, contempt or honour, pain or ease, sickness or health, and the ten thousand changes of life.
  • Cambridge Bible – No doubt St. Paul has specially in view the sufferings of the saints.
  • Barnes’ Notes – All our afflictions and trials; all the persecutions and calamities to which we are exposed.
  • Matthew Poole – even sin itself; because from their falls, God’s children arise more humble and careful. Afflictions are chiefly intended; the worst and crossest providences, those things that are evil in themselves, they work for good to the children of God.

Pembahasan oleh John Piper:

  • Paul is not saying all things are good. He is saying all things are turned by God for good.
  • For Christians, all things work for good all the time.
  • if you don’t love God, you can’t claim this promise. If you are not called according to his purpose, you can’t claim this promise.
  • In those who are called, love for God is what defines them. It’s the abiding condition of our hearts — whether strong or weak.
  • So Paul is not saying all things work for good for Christians some of the time (when their love for God is strong), and all things don’t work for good for Christians some of the time (when their love for God is weak). Loving God is not:
    • Meeting his needs (God is self-sufficient).
    • Loving his gifts alone.
    • Fruits of love/deeds. E.g. Ephesian Church.
  • Loving God is: desiring God, delighting in God, satisfied in God, valuing God, revering God. ‘All Things’ Includes the ‘Bad Things’.
  • The whole context before and after Romans 8:28 is painful.
    Romans 8:17 says we will be glorified with Christ if we suffer with him.
  • Verse 18 says that the sufferings of this present time are not worth comparing to the glory that will be revealed to us.
  • Verse 20 says that the creation — including us — is subjected to futility.
  • Verse 21 says that creation is in bondage to decay. Verse 23 says that even Spirit-filled Christians groan with the fallen creation awaiting our adoption, the redemption of our weak, sick, and dying bodies.
  • Verse 24 says we have been saved “in hope” and you can’t see hope, otherwise it wouldn’t be hope, so most of our salvation is invisible and still in the future. No wonder we groan.
  • Verse 35 says there are tribulation and distress and persecution and famine and nakedness and danger and sword.

Injil Kemuliaan Kristus

Kutipan oleh John Piper dalam buku “Melihat dan Menikmati Yesus Kristus” (Surabaya: Momentum, 2013) halaman 6.

Injil Kristen adalah “Injil kemuliaan Kristus” karena tujuan finalnya adalah kita dapat melihat dan menikmati dan menyatakan kemuliaan Kristus. Karena kemuliaan Kristus tidak lain adalah kemuliaan Allah. “Ia adalah cahaya kemuliaan Allah yang tidak terlihat” (Kolose 1:15). ketika cahaya Injil menyinari hati kita, itu adalah ‘terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus’ (2 Korintus 4:6). Dan ketika kita ‘bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah’ (Roma 5:2), pengharapan itu adalah ‘pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus’ (Titus 2:13). Kemuliaan Kristus adalah kemuliaan Allah.

Kerinduan Terdalam Hati Manusia

Kutipan oleh John Piper dari buku ‘Melihat dan Menikmati Yesus Kristus’ (Surabaya: Momentum, 2013) halaman 4-5.

Kerinduan terdalam hati manusia adalah untuk mengenal dan menikmati kemuliaan Allah. Kita diciptakan untuk ini. “Bawalah anak-anak-Ku laki-laki dari jauh, dan anak-anak-Ku perempuan dari ujung-ujung  bumi… yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku,” sabda Tuhan (Yesaya 43:6-7). Untuk melihatnya, untuk menikmatinya, dan untuk menyatakannya – untuk itulah kita eksis. Rentang alam semesta yang tidak tertelusuri dan terpikirkan merupakan perumpamaan mengenai ‘kekayaan kemuliaan-Nya’ yang tidak pernah habis (Roma 9:23). Mata fisik dimaksudkan untuk berkata kepada mata rohani, “Bukan alam ini, melainkan Pencipta alam ini, yang adalah Kerinduan jiwamu.” Rasul Paulus berkata, “Kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah” (Roma 5:2). Atau bahkan lebih tepatnya, ia berkata bahwa kita sedang “dipersiapkan untuk kemuliaan” (Roma 9:23). Karena inilah kita diciptakan – sehingga Ia “menyatakan kekayaan kemuliaan-Nya atas benda-benda belas kasihan-Nya” (Roma 9:23).

Kerinduan di dalam hati setiap manusia adalah kerinduan untuk ini. Tetapi kita menekannya dan merasa menyertakan Allah di dalam pengetahuan kita adalah hal yang tidak tepat (Roma 1:28). Karena itu seluruh ciptaan sudah jatuh ke dalam kekacauan. Contoh yang paling menonjol mengenai hal ini di Alkitab adalah kekacauan di dalam kehidupan seksual kita. Paulus berkata bahwa menukar kemuliaan Allah untuk hal lain adalah akar penyebab kekacauan homoseksual (dan heteroseksual) dari hubungan kita. “Isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam birahi merkea seorang terhadap yang lain” (Roma 1:26-27). Jika kita menukar kemuliaan Allah untuk hal yang lebih rendah, Ia akan membiarkan kita menghidupi sendiri perumpamaan kebobrokan manusia itu – pertukaran-pertukaran lain yang mencerminkan, di dalam penderitaan kita, kebangkrutan ultimat.

Maksudnya adalah ini: Kita diciptakan untuk mengetahui kemuliaan Allah dan menjadikannya harta kita di atas segalanya; dan ketika kita menukar harta itu dengan berhala, segala sesuatu menjadi kacau. Matahari kemuliaan Allah diciptakan untuk bersinar di tengah tata surya jiwa kita. Dan ketika itu terjadi, semua planet di dalam kehidupan kita berada di orbit yang seharusnya. Tetapi ketika matahari itu diganti, segala sesuatu menjadi terpencar. Kesembuhan jiwa dimulai dengan mengembalikan kemuliaan Allah ke tempatnya yang berkobar-kobar dan maha memesona di pusat kehidupan kita.

Kita semua lapar akan kemuliaan Allah, bukan kemuliaan diri. Tidak seorang pun pergi ke Grand Canyon untuk meningkatkan harga diri. Mengapa kita pergi? Karena ada kesembuhan yang lebih besar bagi jiwa di dalam melihat keagungan daripada di dalam melihat diri. Dan kalau boleh dikatakan, apa yang lebih menggelikan di dalam alam semesta yang luas dan megah ini daripada seorang manusia, di atas debu bernama bumi ini, yang berdiri di depan cermin dan mencoba mencari signifikansi di dalam citra dirinya sendiri? Sungguh sangat menyedihkan bahwa inilah injil dunia modern.

Kemuliaan Allah dalam Alam Semesta

Kutipan oleh John Piper dari buku ‘Melihat dan Menikmati Yesus Kristus’ (Surabaya: Momentum, 2013) halaman 3-4.

Alam semesta yang dicipta sepenuhnya berkaitan dengan kemuliaan. Kerinduan terdalam hati manusia dan makna terdalam sorga dan bumi terangkum dalam hal ini: kemuliaan Allah, dan kita diciptakan untuk melihatnya dan menikmatinya. Hal lain yang kurang dari itu berarti tidak mencapai tujuannya. Karena itulah dunia menjadi tidak teratur dan disfungsional seperti sekarang ini. Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan hal-hal lain (Roma 1:23). “Langit menceritakan kemuliaan Allah” (Mazmur 19:2). Itulah mengapa semua alam semesta eksis. Semuanya berkaitan dengan kemuliaan. Teleskop Angkasa Hubble mengirim gambar-gambar infra merah dari galaksi jauh yang tampak redup yang mungkin letaknya dua belas miliar tahun cahaya (dua belas miliar dikali enam triliun mil). Bahkan di dalam Galaksi Bima Sakti kita ada bintang-bintang yang begitu besar sehingga sulit dideskripsikan, seperti Eta Carinae, yang lima juta kali lebih terang daripada matahari kita. Kadang-kadang orang-orang sulit mengaitkan keluasan alam semesta yang luar biasa ini dengan manusia yang terlihat tidak signifikan. Alam semesta memang membuat kita teramat kecil. Tetapi makna kebesaran ini bukan mengenai kita. Kebesaran ini adalah mengenai Allah. “Langit menceritakan kemuliaan Allah,” kata Kitab Suci. Alasan untuk “membuang” begitu banyak ruang di alam semesta untuk menjadi rumah bagi umat manusia yang begitu kecil adalah untuk menyatakan tentang Pencipta kita, bukan tentang kita. “Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah: siapa yang menciptakan semua bintang itu dan menyuruh segenap tentara mereka keluar, sambil memanggil nama mereka sekaliannya? Satupun tiada yang tak hadir, oleh sebab Ia maha kuasa dan maha kuat” (Yesaya 40:26).