Apakah Keberhasilan Pelayanan Ditentukan oleh Hasilnya?
Sesudah itu Musa mengangkat tangannya, lalu memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali, maka keluarlah banyak air, sehingga umat itu dan ternak mereka dapat minum. (Bilangan 20:11)
Continue reading “Apakah Keberhasilan Pelayanan Ditentukan oleh Hasilnya?”
Bagaimana Seseorang Dapat Dikuduskan?
Kutipan oleh Stephen Tong dalam buku “Pengudusan Emosi” (Surabaya: Momentum, 2012), hal. 5.
Konsep “kekudusan” di dalam Alkitab sangat berbeda dari pemikiran dunia tentang kekudusan. Pertama kali Alkitab dalam Perjanjian Lama membicarakan kekudusan adalah ketika Tuhan bertemu dengan Musa dan berkata: “Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus” (Kel. 3:5). Kata kudus inilah yang dimengerti sebagai suci, dan dalam bahasa Ibrani adalah qadosh.
Kekudusan dimulai dengan mengenal dan berjumpa dengan Tuhan. Kekudusan dimulai dengan mengenalnya sebagai sifat Allah. Inilah permulaan dari konsep kekudusan. Kita memerlukan kekudusan, dan kekudusan itu dimulai dari Allah. Kita dikuduskan oleh Allah. Alkitab mencatat bahwa hanya ada tiga hal yang dapat menguduskan kita, yaitu: 1) darah Yesus; 2) Firman Tuhan; dan 3) Roh Kudus. Tidak ada hal lain yang dapat menyucikan kita selain ketiga hal ini. Oleh darah Tuhan Yesus dosa kita dihapuskan; oleh Firman Tuhan kita dibersihkan dari semua konsep, semua pemikiran dan kelakuan yang salah, dan dibawa kembali kepada kebenaran; dan oleh Roh Kudus kita diberi suatu dorongan dan pengudusan dengan memberikan hidup yang baru. Selain ketiga hal ini, tidak ada sumber dan daya yang bisa menguduskan kita.
Berdosa terhadap Diri Sendiri
Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri. (1 Korintus 6:18b)
Memperjuangkan Kekudusan Hidup
tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. (1 Petrus 1:15-16)
Budi baru saja selesai membaca sebuah buku rohani tipis yang berbicara tentang doktrin keselamatan secara singkat. Ia menutup buku tersebut dan terdiam merenung. Dedi berjalan melewatinya dan Budi memanggilnya “eh Dedi, coba sini dulu deh.” Dedi menjawab “ada apa Bud? Seperti biasa kamu serius amat mukanya.” Budi bertanya “kita kan sudah selamat nih karena percaya. Ini berarti kalau gue berdosa, keselamatan itu ga akan hilang kan?” Dedi seketika menjawab “iya Bud, betul, tapi kan Tuhan bilang kita ga boleh berdosa lagi. Betul kan?” Budi terdiam sejenak “iya sih, itu aku tahu, tapi apakah kekudusan itu sebegitu pentingnya?” Dedi menjawab “pasti penting lah, tapi lu cari sendiri ayat-ayatnya ya. Gue ga hafal, hehe. Kalo uda pelajari tolong kasi tahu gua juga ya.” Budi mengejek “yah, kamu sendiri ga ngerti tapi bilang itu penting. Gimana sih kamu.”