Iman, Pertobatan Sejati, dan Keselamatan (STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020)

STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020

Pdt. Tumpal H. Hutahaean, M.Th.

02 Mei 2020: Iman, Pertobatan Sejati, dan Keselamatan

PENDAHULUAN

            Kita akan membahas tentang iman, pertobatan sejati, dan keselamatan. Pertama-tama kita akan melihat pendahuluan:

Paulus mengatakan kepada orang-orang di Atena ‘Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat’ (Kisah Para Rasul 17:30).

            Latar belakang ini harus kita mengerti. Ternyata Tuhan sangat menginginkan semua orang bertobat. Namun masalahnya, banyak orang yang mau bertobat dan mendapat hidup kekal telah tersesat dalam agama. Jadi Paulus mengingatkan bahwa agama, filsafat, dan perbuatan baik itu tidak menyelamatkan. Keselamatan kita adalah nama Yesus Kristus. Apa yang tercatat ini mengingatkan kita bahwa keselamatan adalah kebutuhan untuk semua orang. Maka dari itu Paulus berkata bahwa kita semua perlu bertobat, karena kita adalah orang berdosa. Orang berdosa adalah orang yang tidak memiliki jaminan hidup kekal di dalam Tuhan.

Saat Tuhan Yesus ditanya: apa yang harus diperbuat supaya mereka ‘mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah’? Ia menjawab: ‘inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang diutus oleh Allah’ (Yohanes 6:29).

            Bagian ini berkaitan dengan keselamatan, iman, dan ketaatan. Dalam bagian ini ternyata masalah manusia yang terbesar adalah manusia sudah kehilangan keselamatannya karena manusia sudah berdosa. Kebutuhan manusia yang paling pokok adalah keselamatan. Di sini Tuhan Yesus pun menekankan tentang kehendak Allah yang terbesar untuk kita genapkan secara pribadi yaitu kita harus percaya kepada Yesus yang diutus oleh Allah Bapa untuk datang menyelamatkan kita. Di sini kita melihat latar belakang yang kedua yaitu Tuhan datang untuk memberikan kepada kita satu jaminan keselamatan, kebenaran, dan hidup. Yesus sudah mengerjakan semua itu bagi kita.

Di dalam 1 Yohanes 3:23 dikatakan ‘dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, anak-Nya…’

Dalam Kisah Para Rasul 4:12 ditulis: Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan. Jadi tidak ada nama lain yang menyelamatkan selain nama Yesus. Ada orang-orang yang bertanya: apakah benar bahwa keselamatan itu hanya dalam nama Yesus? Apakah benar bahwa di luar Kristus tidak ada keselamatan? Jika kita membaca seluruh kata Alkitab, maka kita akan mengerti bahwa Kristus datang untuk memberikan kepada kita solusi bagi masalah terbesar manusia yaitu dosa. Dosa tidak bisa diselesaikan dengan perbuatan baik. Dosa mendatangkan hukuman dan murka Allah. Murka Allah tidak bisa diredakan dengan kesalehan dan kebaikan manusia. Kita bisa selamat hanya ketika kita percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat kita secara pribadi.

Dari ketiga bagian ini kita melihat bahwa Paulus menekankan pentingnya pertobatan. Tuhan Yesus Kristus mengajarkan kita untuk percaya kepada Dia. Dua bagian ini menjelaskan kepada kita esensi yang harus kita pegang ketika kita mengasihi Allah dan sesama.

PEMBAHASAN

            Ada sebuah gambar yang menunjukkan bahwa manusia itu seperti tenggelam dan tidak punya pengharapan. Ia akan kehilangan tenaga dan tenggelam lalu mati. Tanpa pertolongan, ia pasti mati. Ia membutuhkan tangan yang bisa menolongnya. Bisakah gambar itu mewakili keselamatan Kristen? Ada satu hal yang bisa mewakili yaitu bahwa manusia bisa diselamatkan hanya jika Allah berinisiatif menyatakan kasih-Nya. Manusia dalam keberdosaannya tidak bisa menyelamatkan diri sendiri. Manusia sudah rusak dan hancur sehingga tidak ada yang bisa menyelamatkannya selain Tuhan. Keselamatan itu bisa terjadi hanya jika Allah memberikan anugerah. Allah Roh Kudus berinisiatif menanamkan iman bagi umat pilihan. Jadi iman itu bukanlah upaya manusia yang mau percaya. iman itu adalah anugerah Tuhan yang diberikan kepada manusia melalui pekerjaan Allah Roh Kudus. Jadi hasrat untuk mengenal Tuhan yang sejati itu berasal dari pekerjaan Allah Roh Kudus. Tanpa pertolongan Allah Roh Kudus, tidak akan ada hasrat yang benar. Jadi Allah-lah yang memberikan iman dalam hati kita sebelum kita menyatakan kelahiran baru dan pertobatan kita.

            Mungkin kita pernah bertanya: lahir baru, iman, atau pertobatan dahulu? Bagaimana urutannya? Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa kita dipilih untuk diselamatkan. Dalam waktu-Nya, Allah Roh Kudus menanamkan iman dalam hati kita. Iman itu memampukan kita untuk memiliki kesadaran iman. Akhirnya secara pribadi kita tahu bahwa kita adalah orang berdosa ketika kita mendengar Firman Tuhan. Kita juga menjadi tahu bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah satu-satunya Juruselamat kita. Akhirnya kita berkomitmen untuk bertobat. Itulah kelahiran baru. Orang lain akan bisa melihat perubahan perasaan dan sikap kita. Kelahiran baru adalah pekerjaan Allah Roh Kudus. Pertobatan adalah tindakan manusia untuk menyatakan bahwa dirinya sudah menjadi orang yang berbeda di dalam Tuhan. Allah melalui pekerjaan Allah Roh Kudus menanamkan iman dalam hati kita sehingga kita bisa memberikan respons dan memiliki kesadaran iman yang memimpin kelahiran baru kita. Akhirnya kemudian kita bisa bertobat dan di situlah kita bisa menikmati pertobatan.

            1) Benarkah kalimat ini: ‘keselamatan orang Kristen tergantung pada imannya’? Kita pasti pernah mendengar kalimat ini. Ini adalah kalimat yang salah. Di manakah salahnya? Objek imannya adalah kekuatan dirinya (bandingkan Efesus 2:8-10). Kita selamat bukan karena upaya diri kita, kesalehan, atau pengorbanan kita. Manusia berdosa, yang sudah terpisah dari Allah yang suci, tidak mungkin bisa mendekat kepada Tuhan dengan kekuatan sendiri. Yesaya dan surat Roma menegaskan hal itu. Tidak ada manusia berdosa yang mencari Tuhan. Natur kita sudah berdosa. Pikiran, perasaan, dan tindakan kita sudah tercemar oleh dosa. Efesus 2:8-10 menyatakan bahwa keselamatan itu adalah anugerah dari Tuhan Yesus Kristus. Tanpa anugerah, semua perbuatan baik kita menjadi sia-sia. Mengapa sia-sia? Karena itu semua adalah upaya diri sendiri. Sedikit saja keberdosaan sudah membuat kita berdosa. Jadi kita diselamatkan bukan karena iman kita. Kalimat yang benar adalah: keselamatan orang Kristen tergantung pada iman dalam Yesus Kristus (Lukas 5:17-26). Jadi iman itu bukan berkaitan dengan agama, perbuatan baik, dan ketaatan. Kekristenan bukanlah agama. Agama dibangun dari bawah ke atas, namun kekristenan itu dibangun dari atas ke bawah, di mana Allah Bapa mengutus Allah Anak ke dunia untuk mencari kita yang berdosa. Ia melahirbarukan, mempertobatkan, dan memimpin kita untuk memiliki kesucian hidup sehingga kita menjadi serupa dengan Tuhan.

Lukas 5:17-26 menyatakan kepada kita kisah seorang lumpuh yang diturunkan dari atap ke hadapan Yesus. Saat itu Yesus berkata bahwa orang itu memiliki iman. Tuhan Yesus berkata: dosamu sudah diampuni. Perkataan Yesus tersebut ditentang oleh para pemimpin agama. Yesus juga menyembuhkan orang lumpuh itu. Bagian yang penting dalam bagian ini adalah iman orang itu kepada Tuhan Yesus. Yesus menyelamatkan jiwa orang itu dahulu baru kemudian Yesus menyembuhkan orang itu. Banyak orang berdoa: Tuhan, sembuhkanlah aku dahulu baru kemudian akan percaya. Dalam beberapa kasus, Tuhan memang menyembuhkan dan setelah itu orang itu percaya. Namun kita harus berhati-hati dalam bagian ini. Bagaimana jika Tuhan tidak memberikan kesembuhan? Apakah ia mau percaya jika tidak disembuhkan? Objek iman orang itu adalah kesembuhannya sendiri. Objek iman kita seharusnya adalah Kristus dan semua perintah-Nya. Orang lumpuh itu menjalankan semua perintah Yesus. Warisan keluarga, perkataan orang tua, dan pengalaman rohani tidak boleh menjadi pengganti Yesus sebagai objek iman kita. Kita menghidupi keselamatan kita dengan menjalankan semua perintah-Nya. Jadi keselamatan orang Kristen bukan bergantung pada iman. Inisiatif bukan datang dari manusia tetapi dari Allah. Allah aktif dan kita pasif.

2) Benarkah kalimat ini: ‘iman tidak cukup untuk keselamatan seseorang, jadi perlu ada tambahan karunia’? Allah Roh Kudus memberikan karunia-karunia. Karunia yang terpenting adalah karunia untuk bernubuat. Karunia bahasa Roh adalah yang paling bawah. Bahasa Roh dikatakan akan berlalu, namun kasih itu akan selalu ada. Ada yang menyatakan bahwa orang yang tidak memiliki karunia bahasa Roh atau karunia lain tidak mungkin selamat. Mereka menyatakan bahwa iman itu tidak cukup. Ini adalah kalimat yang salah. Ini salah karena objek imannya adalah fenomena rohani (Matius 7:22-23). Matius 7:22-23 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan! Orang yang berbicara tersebut ternyata memiliki banyak karunia. Ia telah melakukan banyak mukjizat dan mengusir Setan. Ada hamba Tuhan yang berkata bahwa Covid-19 akan berhenti setelah Jumat Agung, Paskah, atau Pentakosta, namun bagaimana jika penyebaran Covid-19 tidak berhenti? Para hamba Tuhan tersebut menyatakan bahwa nubuatan mereka berasal dari Tuhan. Jadi jika mereka salah, maka itu berarti Tuhan salah. Itu juga terjadi dalam Matius 7:22-23. Mereka mengejar fenomena rohani yang membuat dirinya dipuji. Namun seringkali hamba Tuhan seperti ini memiliki banyak pengikut. Semua itu tidak menunjukkan iman yang menyelamatkan.

Apa kalimat yang benar? Iman di dalam Kristus itu sempurna untuk memimpin pada pengalaman rohani: lahir baru – pertobatan sejati (Yohanes 3:1-21). Jadi iman dalam Yesus Kristus tidak perlu ditambah atau dikurangi. Jika iman itu perlu ditambah, maka itu berarti bahwa kematian Yesus Kristus di atas kayu salib tidak sempurna. Itulah kejahatan teologi. Teologi yang sesat pasti menggeser Kristus dari pusat kekristenan. Ada pula teologi yang mengurangi bagian lahir baru dan pertobatan. Semua itu sesat. Teologi yang benar pasti mengakui bahwa karya keselamatan Kristus itu sempurna. Wahyu 13 menyatakan bahwa di zaman akhir akan ada hamba-hamba Tuhan yang menyesatkan Gereja dengan fenomena-fenomena rohani yang menjauhkan kita dari salib Kristus. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa keselamatan dalam Yesus Kristus itu sempurna. kelahiran baru itu dikerjakan oleh Roh Kudus. Kelahiran baru itu menggerakkan nilai pertobatan yang sejati sehingga kita sungguh-sungguh membenci dosa dan beriman kepada Tuhan Yesus Kristus. Dalam hidup kita akan terjadi pembaruan akal budi, perasaan, dan pola hidup. Kita akan digerakkan untuk melayani dalam komitmen.

Saat berbicara dengan Nikodemus, Yesus berkata: Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16) dan Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah (ayat 5). Kelahiran baru adalah pekerjaan Allah Roh Kudus. Orang yang sudah lahir baru akan melihat Kerajaan Allah. Banyak orang tidak melihat indahnya melayani Tuhan dan membawa jiwa-jiwa kepada Tuhan. Tanpa kelahiran baru, orang-orang tidak akan bisa mengerti hal ini. Ketika sudah lahir baru, kita akan memakai kacamata rohani. Orang-orang mengejar sukacita dalam harta, kenikmatan, dan lainnya, namun sukacita yang terbesar sesungguhnya adalah melihat pertobatan jiwa-jiwa. Lukas 15:7 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan. Kita berbahagia ketika kita dipakai untuk menjangkau jiwa-jiwa.

Keselamatan dari Yesus itu sempurna. Tidak perlu ditambahkan dengan ketaatan dan ritual agama. Semua kutuk dalam diri orang percaya sudah diputuskan oleh Yesus. Penjahat di sebelah Yesus yang bertobat berkata: Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja (Lukas 23:42). Yesus menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus (ayat 43). Tuhan Yesus tidak memberikan syarat apapun kepada penjahat itu agar bisa selamat. Tuhan Yesus tidak menuntutnya untuk memakai karunia-karunianya terlebih dahulu. Jadi keselamatan dalam Yesus itu sempurna. Setelah diselamatkan, kita akan diberikan karunia-karunia untuk dipakai dalam pekerjaan baik yang Tuhan sudah siapkan (Efesus 2:10). Objek iman kita seharusnya adalah nomena rohani yaitu semua kebenaran Tuhan. Kebenaran itulah yang kita cari dan kebenaran itulah yang memerdekakan kita dari dosa. Kebenaran itu membentuk kita menjadi orang yang baru di dalam Tuhan dan memampukan kita menjadi orang-orang yang berbeda di dunia. Dalam pengudusan progresif, kita dipimpin oleh kebenaran di dalam iman. Orang yang memiliki objek iman ini pasti akan mencintai kebenaran sesuai Alkitab. Jadi kita harus mengerti kebenaran. Ada orang-orang yang mengaku beriman tetapi pengetahuannya salah. Mungkinkah iman yang benar menghasilkan pengetahuan yang salah? Apakah ini bisa memimpin kepada keselamatan yang benar? Pimpinan Allah Roh Kudus tidak mungkin salah bagi kita. Kita diberikan iman mula-mula dengan pengetahuan yang benar.

3) Benarkah kalimat ini: ‘iman tidak cukup untuk keselamatan seseorang, perlu ada tanda rohani (bandingkan Kisah Para Rasul 8:9-25)’? Kalimat ini salah karena objek imannya adalah kesalehan lahiriah (Lukas 13:22-30). Setelah mendengar Injil, Simon si penyihir itu bertobat. Namun ‘Ketika Simon melihat, bahwa pemberian Roh Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada mereka’ (ayat 18). Ia mau membeli kuasa yang dimiliki para Rasul. Namun Petrus menjawab: …Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang. Tidak ada bagian atau hakmu dalam perkara ini, sebab hatimu tidak lurus di hadapan Allah. Jadi bertobatlah dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia mengampuni niat hatimu ini; sebab kulihat, bahwa hatimu telah seperti empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan (ayat 20-23). Dalam bagian ini kita melihat bahwa keselamatan Simon belum tuntas. Ia masih membawa kebiasaan sebagai tukang sihir.  Jadi Petrus dan Yohanes membongkar dosanya. Filipus tidak melihat hal tersebut, namun para Rasul mengetahuinya. Orang yang sudah bertobat adalah orang yang sudah meninggalkan semua hidup lamanya. Ia telah berubah 180 derajat. Ini tidak terjadi dalam hidup Simon.

Satu bagian dari Lukas 13:22-30 menyatakan hal yang mirip dengan Matius 7:22-23. Mereka seolah telah melakukan hal-hal besar, namun hati mereka bukanlah untuk Tuhan. Mereka seolah mengenal Tuhan tetapi Tuhan tidak mengenal mereka. Banyak orang yang terlihat saleh ternyata tidak saleh di dalam Yesus Kristus. Mereka terlihat baik secara keagamaan, namun hidup mereka tidak selaras dengan kehendak Tuhan. Kesalehannya tidak memimpinnya untuk menjalankan kehendak Tuhan. Jadi kesalehannya adalah kesalehan yang sia-sia. Simon berpikir bahwa iman itu harus ditambahkan dengan tanda rohani. Kuasa seolah disamakan dengan kesalehan sehingga ia mau membeli kuasa. Alkitab mengajarkan kita untuk tidak memamerkan kesalehan. Orang rohani justru tidak mempertontonkan kerohaniannya. Ia berfokus untuk menggenapkan kehendak Tuhan. Banyak orang salah dalam bagian ini. Setan bisa bekerja untuk menyesatkan banyak orang dalam hal ini. Ada orang-orang yang imannya sudah benar namun mendapatkan teologi yang salah. Akhirnya mereka tidak sungguh-sungguh efektif hidup sebagai anak-anak Tuhan. Kalimat yang benar adalah: ‘iman di dalam Kristus itu sempurna untuk memimpin perubahan hidup sebagai anak Allah: buah rohani (Yohanes 15:16)’. Jadi kita tidak perlu meminta tanda-tanda rohani. Kuasa Tuhan itu besar, namun tidak pernah dipertontonkan secara murahan. Ketika Tuhan menyatakan bahwa kita akan melakukan hal-hal yang lebih besar daripada Tuhan Yesus (Yohanes 14:12), maka itu bukan berarti bahwa kita akan menjadi lebih hebat daripada Tuhan Yesus. Secara kuantitas, kita mungkin saja melayani lebih banyak orang, namun secara kualitas kita tidak mungkin melampaui Tuhan Yesus. Kita tidak mungkin menjadi sederajat dengan Tuhan Yesus karena Ia adalah Allah Pencipta sedangkan kita adalah ciptaan. Hamba Tuhan tidak boleh bertindak seperti dukun yang mengumbar kuasa.

Yohanes 15:16 Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Kita yang diselamatkan diutus untuk menghasilkan buah yang tetap. Buah yang pertama adalah buah penginjilan. Buah penginjilan tidak mungkin bisa ditiru oleh Setan. Nubuat dan mukjizat bisa ditiru. Para ahli sihir Firaun bisa melakukan sihir. Namun penginjilan itu tidak bisa ditiru. Pada akhirnya Tuhan akan bertanya kepada kita tentang apa yang sudah kita kerjakan bagi-Nya. Kita tidak bisa membawa harta dan ketenaran kita kepada Tuhan. Namun upaya membawa jiwa-jiwa kepada Tuhan itu pasti tercatat di surga. Buah rohani yang kedua adalah perubahan karakter yang menjadi semakin serupa Tuhan (Galatia 5:22-23). Karakter kita yang berubah di dalam Tuhan merupakan tanda pertobatan yang sejati. Perubahan itu tidak bersifat hanya fenomena. Perubahan karakter itu membuat kita melihat harta bukan sebagai hal yang terpenting. Warisan yang terpenting adalah iman. Iman itu memimpin pembaruan karakter kita. Buah rohani yang ketiga adalah hidup yang punya nilai kesaksian. Kristus hidup dalam diri kita, maka dari itu hidup kita bisa menjadi kesaksian. Hidup yang menjadi batu sandungan perlu dipertanyakan keselamatannya. Ketiga buah rohani ini jauh lebih penting daripada kuasa dan mukjizat. Jika kita memiliki ketiga buah ini, maka kita akan disebut sebagai hamba yang setia. Kita akan diterima oleh Tuhan, tidak seperti orang-orang yang disebut dalam Matius 7:22-23.

Objek imannya adalah kesalehan dan kerohanian yang serupa dengan Tuhan. Pusat kekristenan adalah Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. Kristus tidak boleh digeser dan digantikan dengan agama, fenomena rohani, atau kesalehan palsu. Orang-orang yang menggeser Kristus akan teruji di dalam waktu. Kita terikat dalam tubuh Kristus yang melampaui waktu dan tempat. Kita bisa menguji keselamatan seseorang dengan melihat kesalehan dan kerohanian hidupnya. Dalam kesulitan dan tantangan, kesalehan palsu pasti gugur. jadi kesalehan itu tidak perlu dipertontonkan. Kesalehan itu adalah kerinduan untuk senantiasa dekat dengan Firman Tuhan dan kehendak Tuhan. Kerohanian adalah tindakan dan sikap kita yang mengaitkan apapun dengan Firman Tuhan dan kehendak Tuhan.

4) Benarkah kalimat ini: ‘keselamatan seseorang tidak perlu melalui kelahiran baru, cukup dengan keyakinan dan memegang tradisi (bandingkan Lukas 18:18-27)’? Ini adalah kalimat yang salah karena objek imannya adalah pilihannya menjadi orang Kristen (Lukas 18:9-14). Ada orang tua yang mengajarkan bahwa anak-anaknya cukup memegang tradisi dari nenek moyang yang sudah Kristen. Akhirnya mereka sebagai orang Kristen hanya menjalankan rutinitas keagamaan. Kekayaan bisa menghambat keselamatan karena bisa menggoda pemiliknya untuk menuhankan harta. Pemimpin dalam Lukas 18:18-27 itu sudah menjalankan kewajiban agama dan menjalankan tradisi namun ia terikat pada harta. Ketika Yesus menyuruhnya untuk menjual semua hartanya, ia pergi meninggalkan Yesus. Ia menginginkan pujian dari Yesus dan tidak merasa membutuhkan Yesus untuk keselamatannya. Yesus pernah berkata: Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? (Matius 16:26). Setan pernah menjanjikan kerajaan-kerajaan dunia kepada Yesus, namun Yesus langsung menolaknya. Harta dari dunia dan Setan bisa menjauhkan kita dari Tuhan, namun harta dari Tuhan akan menggerakkan kita untuk memakainya demi kemuliaan Tuhan. Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat terlihat begitu hebat dalam keagamaan. Mereka suka berkompetisi dalam hal kerohanian dan merasa diri begitu hebat. Namun Tuhan tidak melihat mereka sebagai orang benar. Justru Tuhan berkenan kepada pemungut cukai yang sadar bahwa dirinya tidak layak dan berdosa. Kekristenan bukanlah soal kita memilih Kristus tetapi Kristus yang memilih kita.

Kalimat yang benar adalah:  keselamatan orang Kristen harus melalui kelahiran baru dan pertobatan sejati (Kisah Para Rasul 9:1-19a, bandingkan dengan Yohanes 3). Keyakinan kita harus berdasar pada iman. Iman itu melampaui rasio. Saulus yang begitu hebat dalam keagamaan pun ternyata harus mengalami kelahiran baru dan pertobatan sejati. Nikodemus pun demikian. Agama tidak menyelamatkan, hanya Tuhan Yesus Kristus yang bisa menyelamatkan. Objek iman dalam bagian ini adalah pengampunan dosa dan penebusan dari Kristus. Banyak orang menjadi Kristen karena alasan yang remeh seperti demi pacar, karena keluarga, dan lainnya. Ada orang yang mengaku Kristen kembali ke agamanya yang lama karena pasangannya yang Kristen sudah meninggal. Ada orang-orang yang berpindah agama demi menyenangkan atasannya. Jadi situasi memengaruhi status agama mereka. Itu bukanlah iman. Di sana tidak ada jaminan keselamatan. Orang yang sudah diselamatkan akan sadar bahwa dirinya berdosa dan bahwa dirinya butuh pengampunan dan penebusan dari Tuhan. Penebusan yang sejati hanya bisa ditemukan dalam Yesus Kristus. Paulus bertobat karena ia sadar bahwa dalam agamanya tidak ada jaminan pengampunan dosa dan penebusan. Kelahiran baru dan pertobatan sejati itu sangat penting. Kedua hal ini seperti pintu yang dibukakan sehingga kita bisa mengalami pengalaman rohani bersama dengan Tuhan. Tanpa kedua hal ini, kita belum mendapatkan esensi itu atau kita baru berada di fenomena saja. Kita belum masuk dan mendapatkan hati Tuhan.

STUDI KASUS (Ibrani 5:11-6:8)

            Ada orang Kristen yang tanpa pertumbuhan rohani. Ia menjadi bayi rohani terus. Ia adalah orang Kristen tanpa benih iman dalam Kristus (Ibrani 5:11-14). Orang ini hanya mau meminum susu dan tidak mau memakan makanan keras dari Firman Tuhan. Ia menjadi Kristen hanya karena tradisi atau warisan. Jadi ia hanya ikut-ikutan. Dalam ujian waktu, keasliannya akan tampak. Ia menerima semua ajaran tanpa memikirkan baik-baik apakah semua itu sesuai Firman Tuhan atau tidak. Ia tidak mau menguji kebenaran dalam ruang dan waktu. Orang itu tidak bisa membedakan antara kebenaran yang sejati dengan yang palsu. Ada orang-orang Kristen yang berkata bahwa kebenaran tidak perlu diperdebatkan. Padahal orang-orang yang mencintai kebenaran seharusnya memikirkan kebenaran dengan ketat. Semua yang tidak benar harus ditolak, tidak bisa diterima begitu saja. Kita harus mengikut apa kata Alkitab, bukan kata manusia. Ada hamba Tuhan yang berkata bahwa ia telah ditipu oleh Roh Kudus mengenai Covid-19. Ini adalah hamba Tuhan yang kurang ajar. Setiap orang harus kembali kepada kebenaran Tuhan. Iman bertumbuh ketika Firman Tuhan itu didengar dan masuk ke dalam hati.

            Ada pula orang Kristen yang memiliki pengalaman rohani tanpa kelahiran baru serta pertobatan sejati. Ia adalah orang Kristen tanpa iman (Ibrani 6:1-8). Mereka pernah diterangi hatinya namun murtad, bukan murtad lagi. Orang seperti ini memang dari mulanya tidak memiliki benih iman yang menyelamatkan. Namun pada ayat ke-9 dituliskan: Tetapi, hai saudara-saudaraku yang kekasih, sekalipun kami berkata demikian tentang kamu, kami yakin, bahwa kamu memiliki sesuatu yang lebih baik, yang mengandung keselamatan. Pengalaman rohani bisa ditiru oleh Iblis dan bisa dibuat-buat. Ujian kekayaan, kesulitan, dan tantangan akan membuat orang-orang yang tidak memiliki iman yang sejati mundur.

KESIMPULAN

1) Iman bukanlah hasil dari usaha manusia (yang ingin beriman), tetapi semata-mata anugerah Tuhan (Roma 12:3, Efesus 2:8). Iman adalah anugerah untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai satu-satunya jalan, satu-satunya kebenaran, dan satu-satunya kehidupan (Yohanes 14:6, 1 Yohanes 4:1-3).

2) Iman sebagai dasar keselamatan di dalam Yesus Kristus itu sempurna. Tetapi iman berkaitan dengan hidup tidak dianugerahkan sekali sempurna, tetapi harus dikerjakan dengan takut dan gentar (Filipi 2:12). Iman kita harus bertumbuh melalui pembacaan Firman Tuhan senantiasa.

3) Iman harus dikerjakan, digumuli, dan diterapkan sesuai dengan Firman Tuhan (2 Timotius 3:16-17). iman yang dianugerahkan harus menjadi tindakan iman (Yakobus 2:17), dan tindakan iman ‘act of believing’ yang sejati hanya ada dalam sangkut pautnya dengan Firman Tuhan dan kehendak-Nya. Tindakan iman yang sejati adalah respons terhadap kebenaran Firman Tuhan, selain itu bukan tindakan iman yang benar. Banyak orang bisa mengaku telah mendengar suara Tuhan, namun jika semua itu tidak ada kaitan dengan Firman Tuhan maka semua itu tidak ada artinya.

4) Iman tidak sama dengan perasaan beriman (feeling faith: keyakinan). Banyak orang mampu menciptakan ‘inner sense of certainty’ (keyakinan batin) bahwa mereka orang Kristen, bahkan percaya bahwa Allah akan memberikan apa yang mereka minta. Bagaimana caranya? Yaitu dengan melakukan deliberate deception (penipuan terhadap diri sendiri). Iman yang kita mau adalah true faith.

5) Kelahiran baru adalah pekerjaan supranatural Allah semata-mata di mana manusia pasif dan tidak berbagian apa-apa. Tuhan Yesus menjelaskan hal ini dalam Yohanes 3:6 sebagai jawaban terhadap pertanyaan Nikodemus apakah ia harus berusaha untuk dapat dilahir-barukan dengan jalan masuk kembali ke dalam rahim ibunya. Kelahiran baru adalah pekerjaan khusus Allah Roh Kudus

KARAKTER PERTOBATAN YANG BENAR

1) Pertobatan bukan hanya sekadar rasa sedih karena masa lalu; pertobatan adalah perubahan hati dan pikiran, hidup baru yang menyangkal diri dan melayani Juruselamat sebagai Raja atas hidup kita. Jika sekadar percaya tanpa memercayakan diri dan sekadar rasa bersalah tanpa berbalik adalah tidak menjamin selamat. Alkitab berkata ‘…setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar’ (Yakobus 2:19) dan ‘…dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian’ (2 Korintus 7:10).

2) Jadi pertobatan bukan sekadar perasaan bersalah atau menyesal, demikian pun dengan iman bukan hanya sekadar perasaan optimis. Baik iman maupun pertobatan adalah tindakan manusia seutuhnya sebagai anugerah Allah. Iman bukan hanya sekadar kredo (pengakuan), tetapi harus menghasilkan tindakan yang benar. Pada dasarnya iman adalah berserahnya dan bersandarnya seseorang pada janji-janji pengampunan yang Kristus berikan pada orang berdosa dan kepada pribadi Kristus yang memberikan janji-janji itu.

3) Pertobatan adalah buah dari iman.

a. Iman harus memiliki fondasi pengetahuan tentang Kristus, salib-Nya dan janji-janji-Nya sebelum bertobat. Karena itu penginjilan harus menekankan hal-hal tersebut sehingga orang berdosa mau meninggalkan keyakinan pada diri sendiri dan belajar memercayakan diri sepenuhnya pada Kristus dan darah-Nya yang berkuasa untuk menyelamatkan dan mendamaikan dia dengan Allah. Jadi iman bukan sekadar tekad untuk meninggalkan dosa, membuang kebiasaan buruk dan berusaha melakukan ajaran Kristus dengan hidup saleh dan berbuat baik terhadap sesama, hal ini tidaklah cukup. Ambisi tekad, moralitas, dan sikap surgawi tidak dapat menggantikan iman (contoh: Martin Luther dan John Wesley telah memiliki semua hal di atas namun belum diselamatkan).

b. Iman harus memiliki fondasi pengetahuan bahwa ada tuntutan Kristus yang sungguh-sungguh untuk kita yang mengaku sudah bertobat. pertobatan harus ada aspek menyangkal diri (Lukas 9:23), kedua aspek ‘Ia tidak membenci’ yaitu memprioritaskan Kristus (Lukas 14:26, 33). Tuhan Yesus tahu betapa mahalnya harga yang harus dibayar bagi setiap orang yang mau menjadi murid-Nya dan Tuhan Yesus minta kepada kita untuk memikirkan sungguh-sungguh implikasi pemuridan itu sebelum menyerahkan diri menjadi murid Yesus. Kristus tidak mau hanya mengumpulkan banyak orang yang mengaku pengikut-Nya tetapi akan segera hilang ketika ia tahu tuntutan yang sesungguhnya dari Kristus. Oleh karena itu di dalam penginjilan dan pertobatan kita perlu menekankan harga mengikut Yesus dan membawa orang berdosa menyadari hal itu sebelum mereka merespons akan berita pengampunan dari Yesus Kristus.

Q & A

Q. Keselamatan adalah anugerah, pilihan Tuhan, pekerjaan Tuhan sepenuhnya, bahkan keselamatan itu tidak bisa hilang. Lalu apakah yang menjadi bagian kita selama hidup? Tanpa melakukan apapun kita sudah selamat.

A. Kita diselamatkan oleh Tuhan untuk melakukan pekerjaan yang baik (Efesus 2:10). Pekerjaan baik adalah pekerjaan yang menyatakan Kerajaan Allah. Keselamatan itu tidak dinikmati sendiri. Buah rohani itu harus dinyatakan. Buah rohani itu adalah penginjilan, karakter, dan kesaksian hidup. Penjahat di sebelah Yesus tidak melakukan itu karena ia tidak memiliki kesempatan lagi. Namun kita yang memiliki anugerah waktu harus hidup untuk Tuhan. Jadi kita tidak boleh pasif. Ketaatan dan ketekunan kita harus tampak sebagai kesaksian hidup kita. Iman akan memimpin kita kepada kebenaran yang kemudian akan memimpin kita kepada tindakan iman. Tindakan yang tidak berdasarkan iman namun diklaim berdasarkan iman adalah spekulasi atau kejahatan iman.

Q. Apakah semua orang diberikan oleh Tuhan iman mula-mula? Bagaimana dengan mereka yang sebelumnya belum mengenal Kristus?

A. Setiap orang mendapat panggilan umum dan khusus. Kepada jemaat di Efesus Tuhan memberikan teguran bahwa mereka tidak hidup dalam kasih mula-mula (Wahyu 2:4). Ada orang-orang yang mementingkan penginjilan namun mengabaikan pengajaran dan juga ada yang sebaliknya. Keduanya tidak baik keduanya harus kita lakukan. Setiap orang menerima anugerah umum, namun anugerah khusus hanya diberikan kepada orang-orang tertentu. Orang yang belum mengenal Kristus harus diberitakan Injil. Kita tidak boleh malas memberitakan Injil. Orang-orang harus tahu siapa Tuhan Yesus Kristus dan keselamatan yang diberikan-Nya.

(Transkrip ini belum diperiksa oleh pengajar – TS)

Pertobatan yang Sejati dan Kesedihan yang Kudus (2)

Kutipan oleh Stephen Tong dalam buku “Pengudusan Emosi” (Surabaya: Momentum, 2012), hal. 16.

Kita bisa sangat sedih karena uang kita hilang, atau kita sedih karena kita ditipu atau dirugikan. Tetapi anehnya, hanya sedikit orang yang sedih ketika uang orang lain hilang, atau kita tidak sedih kalau kita merugikan orang lain. Jadi kita harus membedakan kesedihan karena kerugian, dan kesedihan karena dosa. Jadi, pertobatan yang sejati dari Tuhan adalah kesedihan bukan karena kita takut dihukum, tetapi karena kita tahu bahwa kita telah berbuat salah melanggar hukum Tuhan Allah, dan telah mempermalukan nama Tuhan. Pada saat itu, Roh Kudus menyadarkan kita bahwa kita tidak boleh mempermalukan nama Tuhan dan Roh Kudus menegur kita, sehingga kita bertobat. Inilah kesedihan yang kudus. Kesedihan yang kudus membawa manusia kepada pertobatan.

Itu sebabnya, Theologi Reformed begitu mendalam dalam mengungkap sesuatu, karena mereka telah melihat sampai ke inti Firman Tuhan sedalam-dalamnya. Tanpa kelahiran kembali, tanpa emosi yang dikuduskan oleh Tuhan, tidak ada orang yang mengerti apa itu pertobatan. Jangan kamu menerima Theologi Reformed hanya ikut-ikutan, apalagi ikut-ikut saya, tanpa mengerti apa itu Theologi Reformed yang sesungguhnya. Kita perlu belajar dan mengerti dengan mendalam, sehingga iman dan pengertian kita akan Firman Tuhan dipertumbuhkan.

Pertobatan yang Sejati dan Kesedihan yang Kudus

Kutipan oleh Stephen Tong dalam buku “Pengudusan Emosi” (Surabaya: Momentum, 2012), hal. 15.

Pertobatan yang sejati adalah pekerjaan Roh Kudus di dalam hati manusia yang membuat kita sadar bahwa kita sudah melukai hati Tuhan. Pertobatan adalah karena Tuhan membuat kita sadar bahwa kita telah menyakiti dan menyedihkan hati Tuhan. Pertobatan sejati adalah akibat pekerjaan Roh Kudus, bukan suatu penyesalan karena harus menerima hukuman.

Jika kesalahan yang mendatangkan hukuman itu mendatangkan ketakutan, itu bukanlah pertobatan. Itu merupakan suatu normalisasi fungsi hati nurani. Pada saat kedua anak Harun dihanguskan oleh api Tuhan, hari itu adalah hari di mana kedua anak itu baru saja dilantik sebagai imam untuk melayani bait Allah. Pada hari itu, mereka begitu ceroboh, menggunakan api biasa untuk mempersembahkan korban. Peristiwa itu telah membuat Tuhan Allah marah dan menghanguskan kedua anak laki-laki itu. Bayangkan jika kedua anak lelaki kita pada suatu hari ditahbiskan menjadi pendeta, dan pada hari pelantikan itu, Tuhan menurunkan api dari sorga untuk menghanguskan kedua anak tersebut, tentu kita bisa membayangkan perasaan hati kita saat itu. Itulah yang dirasakan oleh Harun. Itu suatu musibah dan aib yang besar, suatu perasaan malu yang luar biasa. Tetapi melalui Musa Tuhan berkata kepada Harun: “Janganlah bersedih akan kematian mereka, tetapi bersedihlah karena dosa mereka” (Im. 10:6 dst.). Inilah pertama kalinya Alkitab dengan tajam membedakan antara kesedihan yang kudus dan kesedihan yang tidak kudus.

Arti Dukacita dalam Ucapan Bahagia

Kutipan oleh Glen Stasse dan David Gushee yang diambil dari buku “Etika Kerajaan” (Surabaya: Momentum, 2008) halaman 29.

Dukacita, seperti miskin di hadapan Allah (miskin dalam roh), mempunyai makna ganda. Kata ini berarti duka kesedihan karena kehilangan seseorang atau sesuatu yang sangat dicintainya: orang yang tertindas dan orang yang berkabung berdukacita karena mereka mengalami kehilangan yang nyata dan menjadi sedih. Tetapi kata itu juga dapat berarti pertobatan: orang berdosa berdukacita karena dosa-dosanya dan dosa komunitasnya, dan mereka sungguh ingin mengakhiri dosa mereka dan melayani Tuhan. Nabi Amos mengumumkan penghukuman Allah atas orang-orang yang tidak berkabung. Mereka memeras orang lemah dan menginjak orang miskin dan berkata kepada tuan-tuan mereka, ‘bawalah [anggur] kemari, supaya kita minum-minum!’ Mereka berbuat dosa dan kemudian membawa korban-korban persembahan ke dalam Bait Suci. Mereka pikir korban-korban persembahan mereka akan menutup dosa-dosa mereka, selagi mereka terus berlaku tidak adil. Allah mengucapkan celaka atas mereka yang tidak berkabung: “Celaka atas orang-orang yang merasa aman di Sion… yang berbaring di tempat tidur dari gading… yang bernyanyi-nyanyi mendengar bunyi gambus… tetapi tidak berduka karena hancurnya keturunan Yusuf!… Bahwasanya Aku tidak akan melupakan untuk seterusnya segala perbuata mereka! Tidakkah akan gemetar bumi akan hal itu, sehingga setiap penduduknya berkabung?… Aku akan mengubah perayaan-perayaanmu menjadi perkabungan” (Am. 4:1-5; 5:6, 14; 6:1-7; 8:7-10; 9:5). Ketika Yesus menyerukan untuk berdukacita, yang dimaksudkan-Nya adalah berdukacita dalam pertobatan yang tulus sehingga kita mengubah cara hidup kita.