Pengudusan Emosi oleh Roh Kudus

Kutipan oleh Stephen Tong dalam buku “Pengudusan Emosi” (Surabaya: Momentum, 2012), hal. vii-viii.

Salah satu pekerjaan Roh Kudus yang terpenting, selain mencerahkan kita, memperanakkan kita, dan bersaksi dalam hati kita bahwa kita anak-anak Allah, adalah memimpin dan menguduskan kita dalam seluruh perjalanan hidup kita mengikut Tuhan. Pengudusan ini mencakup: membawa rasio kita kembali dalam kesetiaan pada Firman Tuhan, membersihkan hati kita untuk senantiasa jujur dan murni di hadapan Tuhan, serta menguduskan emosi kita dalam setiap pergumulan dan pencobaan yang kita hadapi dalam hidup kita. Pengudusan emosi ini sangat krusial karena secara pasti akan mengakibatkan kesuksesan atau kegagalan hidup kita sebagai seorang Kristen.

Mengapa Kain membunuh Habel? Mengapa Abraham berbohong? Mengapa Saul berusaha membunuh Daud? Mengapa Daud berzinah? Mengapa Salomo jatuh dalam dosa karena berpoligami? Semua ini disebabkan oleh kerusakan dan kenajisan dalam emosi. Karena itulah, pengudusan emosi merupakan salah satu aspek kerohanian anak-anak Tuhan yang tidak boleh diabaikan.

Haruskah Saya Dibaptis dengan Roh Kudus?

Kutipan oleh Anthony Hoekema dari buku “Diselamatkan oleh Anugerah” (Surabaya: Momentum, 2010) halaman 61.

Empat kali penggunaan ungkapan ‘membaptis dengan Roh Kudus’ yang tercatat di dalam kitab-kitab Injil (Mat. 3:11; Mrk. 1:8; Luk. 3:16; dan Yoh. 1:33), adalah untuk mendeskripsikan kejadian historis yang akan terjadi, yaitu pencurahan Roh di hari Pentakosta. Jadi, misalnya, di dalam Markus 1:8, Yohanes Pembaptis dicatat mengatakan, ‘Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia [Kristus] akan membaptis kamu dengan Roh Kudus.’ Dalam rujukan pertama yang muncul dalam Kitab Kisah Para Rasul 1:5, ungkapan tersebut, yang sekarang dalam bentuk pasif, juga merujuk kepada kejadian ini: ‘Tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.’ Jadi, kelima penggunaan ungkapan ‘baptisan dengan Roh Kudus’ bukan menunjukkan suatu pengalaman yang harus dialami orang percaya setelah konversinya, melainkan suatu kejadian historis yang terjadi di hari Pentakosta: pengaruniaan Roh Kudus bagi gereja di dalam kepenuhan-Nya – suatu peristiwa yang seperti juga peristiwa kebangkitan Kristus, merupakan peristiwa yang tidak terulang lagi.