“Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah.” (Kisah Para Rasul 1:3)
Menghormati Pelayan-Pelayan Allah
Kutipan oleh Billy Kristanto dari buku “Ajarlah Kami Bertumbuh” (Surabaya: Momentum, 2011) halaman 11.
Menghormati hamba Tuhan tertentu dan mengakui bahwa Tuhan memakainya untuk mendidik kita tentu tidak ada salahnya. Bahkan Tuhan Yesus sendiri mengatakan bahwa Bapa menghormati mereka yang melayani Dia [Yesus Kristus] (Yoh. 12:26). Jika Allah menghormati orang yang sedemikian, apakah kita tidak boleh menghormati mereka? Bukankah kita harus belajar menghormati orang yang dihormati oleh Allah? Sebenarnya, baik Paulus, Apolos, maupun Petrus harus dihormati oleh jemaat Korintus. Tetapi sayangnya mereka hanya menghormati hamba Tuhan tertentu. Lebih dari itu, sebagian orang dengan congkaknya tidak mau menghormati siapa pun karena mereka berpikir hanya perlu menghormati Kristus. Ini merupakan pandangan yang sangat keliru dan sempit. Dari bagian ini kita melihat bahwa mereka yang mengaku sebagai golongan Kristus sedang menghina hamba-hamba Tuhan, baik Paulus, Apolos, maupun Petrus. Ada dua hal yang ekstrem di sini. Pertama:terlalu mengagung-agungkan kebesaran manusia sehingga tidak melihat kebesaran Tuhan. Kedua: tidak mau menghormati siapa pun kecuali Kristus, sementara Allah sendiri menghormati para pelayan-Nya.
Tujuan Karunia Penyembuhan
Kutipan oleh Anthony Hoekema dari buku “Diselamatkan oleh Anugerah” (Surabaya: Momentum, 2010) halaman 46-7.
Apa yang diajarkan Alkitab mengenai penyembuhan? Penyembuhan fisik merupakan aspek yang esensial dari pelayanan Kristus. Perhatikan, misalnya, Matius 9:35, ‘Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.’ Selanjutnya, Kristus memberikan otoritas kepada murid-murid-Nya untuk menyembukan penyakit, baik kepada kedua belas rasul (Mat. 10:1) maupun ketujuh puluh murid (Luk. 10:1, 9). Tetapi, penyembuhan yang dilakukan Kristus ini merupakan tanda-tanda identitas mesianis-Nya (Mat. 11:4-6; Yoh. 10:25-26, 38; Kis. 2:22)… [P]enyembuhan yang bersifat mujizat yang dilakukan oleh para rasul Yesus berfungsi untuk meneguhkan Injil yang mereka sampaikan dan juga mengidentifikasikan mereka sebagai pembawa kabar yang sejati dari Injil itu (Kis. 14:3; Rm. 15:18-19; Ibr. 2:3-4). Sesungguhnya, di 2 Korintus 12:12, penyembuhan-penyembuhan yang bersifat mujizat ini disebut ‘tanda-tanda seorang rasul sejati (RSV: signs of a true apostle).’ Dengan demikian, fakta bahwa Yesus dan para rasul (yang meletakkan dasar bagi gereja) mampu melakukan penyembuhan supernatural tidak berarti harus berimplikasi bahwa kita yang menjadi pengikut Yesus masih mampu melakukan pelayanan penyembuhan itu pada saat ini.
Allah yang Memberikan Panggilan bagi Setiap Orang Percaya
Kutipan oleh Ravi Zacharias dari buku “Sang Penenun Agung” (Bandung: Pionir Jaya, 2013) halaman 12.
Saya percaya Allah campur tangan dalam kehidupan setiap kita. Ia berbicara kepada kita dengan berbagai cara dan waktu agar kita tahu bahwa Dialah yang menciptakan kepribadian kita. Ia ingin agar kita tahu bahwa Ia mempunyai panggilan bagi setiap kita, yang dirancang untuk memenuhi keunikan setiap pribadi. Itu sebabnya Yohanes dan Petrus dan sejumlah orang lainnya pada akhirnya rela mati, saat mereka mencari kuasa dan kehadiran Allah dalam keadaan jiwa yang paling kelam. Saya bahkan percaya Tuhan lebih peduli pada kehidupan kita daripada yang kita pikirkan. Kita mungkin tidak memahami sepenuhnya apa yang Ia rancangkan sambil itu terjadi, tetapi kita tidak seharusnya menyimpulkan bahwa rancangan-Nya tidak mempunyai arahan.
Kasih Allah yang Bersyarat dan Tanpa Syarat
Kutipan oleh D. A. Carson yang diambil dari buku “Kasih di Tempat-Tempat yang Sulit” halaman11-2.
“Kasih Allah adalah tanpa syarat.” Apakah ini benar? Terus terang, itu benar dalam beberapa cara yang Alkitab gunakan dalam berbicara mengenai kasih Allah. Contohnya, kasih Allah yang providensial adalah tanpa syarat, karena kasih ini dicurahkan baik kepada orang benar maupun tidak benar. Kasih Allah yang memilih adalah tanpa syarat, karena secara mutlak tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah (Rm. 8:31-39). Tetapi kasih Allah yang dikatakan dalam Sepuluh Perintah dan Yohanes 15 dan Yudas 21… jelas-jelas bersyarat. Lagi, orang-orang Kristen sering berkata, “Allah mengasihi setiap orang dengan cara yang sama dan dengan taraf yang sama.” Benarkah itu? Dalam perikop-perikop yang berbicara mengenai kasih Allah bagi orang yang benar dan yang tidak benar, kelihatannya pendapat ini pasti benar. Dalam perikop-perikop yang berbicara mengenai kasih Allah yang memilih, kelihatannya pendapat ini pasti salah. Dan dalam perikop-perikop yang berbicara mengenai kasih Allah yang bersyaratkan ketaatan, maka kasih-Nya kepada individu-individu yang berbeda juga akan berbeda sesuai dengan ketaatan mereka.