Kutipan oleh Phil Ryken yang diambil dari buku “Mengasihi seperti Yesus Mengasihi” (Surabaya: Momentum, 2016) halaman 5.
Beberapa ahli percaya bahwa ketika Paulus berbicara tentang ‘gong yang berkumandang,’ [1 Korintus 13: 1] ia sedang merujuk pada guci perunggu yang berongga, yang digunakan sebagai bilik-bilik beresonansi dalam teater kuno – sistem bangsa Yunani dan Roma untuk amplifikasi suara. Maka intinya adalah tanpa kasih, kata-kata kita hanya menghasilkan “bunyi kosong yang keluar dari bejana yang berongga dan mati.” Para ahli yang lain meyakini bahwa Paulus sedang merujuk pada gong yang digunakan untuk menyembah dewa-dewa berhala, seperti dewi Kibele. Jika demikian, maka ia sedang mengatakan bahwa tanpa kasih, kita hanyalah pemuja berhala. Gambaran dalam ayat ini selalu mengingatkan saya pada The Gong Show, acara televisi pada era 1970-an di mana para peserta dinilai berdasarkan kemampuan mereka dalam bernyanyi atau menari. Jika para juri tidak menyukai pertunjukan tertentu, mereka akan berdiri dan memukul sebuah gong besar untuk mengakhiri pertunjukan tersebut. Gong dapat menghasilkan bunyi yang keras, tetapi tidak dapat menghasilkan musik yang indah.