Thomas Adams (1583-1652) menempuh pendidikan Bachelor of Arts di Trinity College, Cambridge pada tahun 1602. Empat tahun kemudian, ia memperoleh gelar Master of Arts di Clare College. Sejak tahun 1604, ia sudah bertugas sebagai diaken dan imam di keuskupan Lincoln. Ia pun membantu pendeta yang melayani di Northill, Bedfordshire dari tahun 1605 hingga 1611.
Tahun 1605, ia mengalami kesulitan secara finansial karena tempat pelayanannya , Northill College Manor akhirnya dijual. Namun, pergumulannya secara pribadi akan finansial ini akhrinya membawanya dengan tajam memperhatikan isu-isu ekspolitasi kepada orang miskin atas perubahan sosial ekonomi di masanya. Ia berkhotbah mengenai keadilan sosial. Dengan ucapan kenabian, ia banyak mengecam keuntungan yang menyalahgunakan orang yang lemah. Ini juga yang membentuk Inggris modern mula-mula.
Khotbah pertamanya di Paul’s Cross, The Gallants Burden (1612) dicetak tiga kali di tahun 1616. Khotbahnya di tahun 1613, The White Devil menjadi khotbah yang sangat popler dan dicetak lima edisi di tahun 1621. Khotbahnya yang begitu luar biasa, dianggap sangat kaya secara literatur dan membentuk prose dan membentuk kemampuan dan pola khotbahnya. Bahkan, kemampuannya dianggap setara dengan Shakespeare.
Pelayanannya terus berkembang hingga tahun 1614, ia dinobatkan sebagai vikaris di Wingrave, Bukinghamshire dan kemudian berpindah ke London di tahun 1619. Di sana, ia menjadi rector dari St. Benet Paul’s Wharf dan gereja kecil St. Benet Shrehog. Lima tahun pertamanya di London, ia mengajar di St. Gregory yang memiliki jemaat sebanyak 3000 orang. Selanjutnya ia terkadang berkhotbah di St. Paul’s Cross dan Whitehall dan melayani sebagai pendeta untuk Henry Montagu, pangeran pertama dari Manchester dan Kepala peradilan mahkamah sang raja.
Adam adalah seorang pengkhotbah yang sangat kuat, penulis yang tulisannya sangat banyak dikutip dan sangat berpengaruh secara kerohanian. Ia pun dikelilingi orang-orang yang dari kalangan gereja maupun pemerintahan.
Jika dilihat dari apa yang ia jalankan di dalam pelayanan di dalam gereja, Adam lebih terbilang sebagai Calvinist Episcopalian dibanding Puritan. Akan tetapi Adam terhitung di dalam deretan para Puritan karena ia memeluk teologi Puritan. Ia berjuang untuk membersihkan gereja-gereja di Inggris dari sisa-sisa Roma Katolik atau “popery”.
Adam dikenal sebagai pengkhotbah yang sering mempublikasikan khotbah-khotbahnya yang begitu berkualitas. Dalam khotbahnya, ia banyak menunjukkan kekuatan doktrinal dengan pandangan Calvin, kepahitannya dengan sentiment anti-papal, serta kritik terhadap pemberhalaan terkait dengan paus yang mengancam akan masuk ke dalam gereja.
Hidup di tengah masa manusia dan apa yang diimaninya masih begitu dekat, membuat khotbah dan tulisan-tulisan Adam turut mendapat bagian dan mengubah masyarakat masa itu. Adam bukan saja menulis hanya berkaitan dengan iman saja, tetapi bagaimana seorang yang beriman seharusnya mengambil peran di dalam masyarakat. Meskipun di dalam masa itu pemikiran mengenai pemerintah dan gereja belum disusun dan dibangun sedemikian rupa, tetapi isu-isu yang diangkat Adam juga berasal dari apa yang dirasakan masyarakat.
Jika di masa ini, pemikiran secara teologis bisa kita dapatkan secara lebih komperhensif, termasuk di dalam pemikiran akan relasi pemerintah dengan gereja serta peran orang Kristen di tengah masyarakat, sangat memungkinkan bagi kita untuk turut pula berperan di tengah masyarakat. Iman yang mencari pengertian, pemikiran yang komperhensif serta kepekaan terhadap konteks, menjadi satu modal kita juga sebagai orang Kristen untuk turut menjadi pengaruh dan membawa kerajaan Allah yang semakin nyata di tengah dunia ini.
Sumber:
Meet The Puritans; with a guide to modern reprints, by Joel R. Beeke & Randall J. Pederson
Thomas Adam. https://www.radford.edu/~mpbaker/adamsart.html
Thomas Adam; Shakespeare of the Puritans. https://www.apuritansmind.com/puritan-favorites/thomas-adams-1583-1652/
(Diringkas oleh Sdri. Paulina)