Lahir : 17 Agustus 1761 di Paulerspury, Northamptonshire – Inggris
Meningaal : 9 Juni 1834 di Serampur, India
Ayahnya bekerja sebagai tata usaha gereja dan kepala sekolah. Pelajaran kesukaan William adalah sejarah dan ilmu pengetahuan alam. Ia menyukai buku-buku tentang perjalanan keliling dunia dan petualangan. Kamarnya dipenuhi dengan berbagai jenis tanaman dan serangga. William juga memiliki karakter untuk selalu menyelesaikan apa yang sudah dimulainya. Namun karena kesehatannya kurang baik pada masa remajanya, ia akhirnya melatih diri untuk menjadi pembuat sepatu.
Sambil bekerja membuat sepatu, William belajar berbagai ilmu pengetahuan. Ia membaca alkitab dalam bahasa Latin, Yunani dan Ibrani. Kecintaannya akan Firman Tuhan mendorongnnya untuk berkotbah dan mendoakan tempat-tempat yang diketahuinya belum menerima injil. Keyakinannya adalah “Jika sudah menjadi kewajiban bagi orang yang sudah mendengar injil untuk percaya maka menjadi kewajiban semua orang yang sudah menerima injil untuk memberitakannya kemana saja.”
William harus berusah payah mengumpulkan uang dan mencari rekan penginjlian. Awalnya, istrinya tidak mau ikut, namun akhirnya William dapat berangkat pada Juni 1739 dan tiba pada November di Kalkuta, India. Ia bertahan hidup bersama keluarganya dengan sedikit uang. Ia harus berjalan kaki 15 mil di tengah terik matahari melalui desa-desa di tengah-tengah hutan dengan ancaman serangan binatang buas dan penyakit malaria.
William terus bekerja untuk menginjili, menerjemahkan alkitab ke dalam bahasa Bengali dan Hindustani serta mengajar di sekolah. Tahun 1801 Alkitab Perjanjian baru dalam bahsa Bengali berhasil diterbitkan. Tahun 1804 misi penginjilan William di mulai di kota Cutwa dan dalam beberapatahun kemudian sekitar 20 misi penginjilan lainnya di mulai di kota-kota Hindustan. William berjuang 30 tahun untuk menghentikan kebudayaan India di sebut sati yaitu budaya yang mengharuskan seorang istri untuk ikut dibakar bersama dengan jenazah suaminya yang telah meninggal.
William terkena demam tinggi yang menyerangnya berkali-kali dan akhirnya meninggal dalam keadaan lemah. Ia meninggal tidak dengan kesedihan namun dengan sukacita dan ucapan syukur kepada Tuhan. Ia dikelilingi teman-teman dan rekan-rekan kerjanya, dan ia berpesan: “Ketika saya sudah tiada, jangan bicarakan mengenai Dr. Carey lagi, bicaralah tentang Juruselamat (Tuhan Yesus Kristus) dari Carey.”