Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya (Kejadian 2:9a)
Ketika Allah menciptakan taman Eden, Ia menumbuhkan pohon-pohon yang menarik (ESV: pleasant to the sight). Allah adalah sumber keindahan dan Ia memberikan keindahan itu sebagai anugerah bagi manusia. Manusia yang adalah gambar dan rupa Allah merupakan makhluk yang bisa menilai dan menikmati keindahan. Tidak ada ciptaan lain yang mengerti ilmu seni dan filsafat estetika selain manusia. Ketika kita mengamati keindahan alam ciptaan-Nya, kita tidak akan bisa mengelak dalam hati kita bahwa ada Sang Seniman Agung yang menciptakan semua itu. Teori evolusi Darwinis menyimpulkan semua ini sebagai hal yang terjadi secara acak. Namun jika kita benar-benar jujur di dalam hati kita, maka kita akan sulit menerima pernyataan tersebut.
Tidak hanya sedap untuk dipandang, Allah menciptakan buah-buah yang baik untuk dimakan. Allah peduli dan memelihara manusia. Buah-buahan yang diciptakan Allah tidak hanya menyehatkan tetapi juga sedap untuk dimakan. Allah bukanlah Pribadi yang melihat kenikmatan sebagai dosa. Justru sebaliknya, Allah ingin manusia merasakan kenikmatan itu dan mengucap syukur kepada-Nya karena itu. Kita bisa merayakan kebaikan Allah di dalam setiap kenikmatan yang kita temui di dalam anugerah-Nya.