Silent Night, Holy Night

Teks: Joseph Mohr, 1818

Musik: Franz Xaver Grüber, 1818

Tune: STILLE NACHT

Firman Tuhan: Lukas 2:11 Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.

Latar Belakang:

Joseph Mohr dilahirkan di kota Salzburg yang indah, di Austria, pada tahun 1792. Sebagai seorang anak laki-laki, ia menjadi anggota koor yang aktif di Katedral Salzburg. Pada 1815, Mohr ditahbiskan ke dalam keimaman Gereja Roma Katolik. Setelah pentahbisannya, ia melayani di beberapa wilayah di Salzburg. Ketika sedang melayani sebagai seorang asisten imam pada tahun 1818, dalam sebuah gereja baru, St. Nicholas di Obernorf, di wilayah Tyrol, pada ketinggian Pegunungan Alps yang indah, Mohr menulis teks untuk lagu Natal yang paling favorit di antara semua nyanyian Natal yang ada. Pastur Mohr dan Franz Grüber, kepala sekolah desa dan organis gereja, sudah sering berbicara tentang fakta bahwa himne Natal yang sempurna belum pernah ditulis. Dengan target ini di kepala, dan setelah ia menerima berita bahwa organ di gerejanya sendiri tidak dapat berfungsi, Pastur Mohr memutuskan untuk menulis himnenya sendiri, segera, supaya mereka mempunyai musik untuk Misa Malam Natal dan jemaatnya yang setia tidak kecewa. Setelah menyelesaikan teks itu, ia membawa tulisannya kepada Franz Grüber, yang berseru ketika ia melihat kata-kata itu, “Temanku Mohr, kau sudah menemukannya – lagu yang tepat – terpujilah Allah.”

Grüber segera menyelesaikan tugasnya, yaitu menuliskan tune yang tepat bagi teks baru ini. Musiknya yang sederhana dan indah menyatu sempurna dengan semangat kata-kata Pastur Mohr. Himne ini diselesaikan tepat waktu untuk Misa Malam Natal, dan Pastur Mohr bersama Franz Grüber menyanyikannya, diiringi gitar Grüber. Himne ini memberikan pengaruh yang besar kepada jemaat, bahkan sampai pada generasi-generasi berikutnya. Berlalunya waktu nampaknya hanya menambah daya tarik lagu ini.

Baik Mohr maupun Grüber tidak bermaksud supaya himne mereka digunakan di luar wilayah desa kecil mereka di pegunungan. Namun, dilaporkan bahwa beberapa hari setelah Misa Malam Natal, petugas reparasi organ, Karl Maurachen dari Zillerthal, seorang pembuat organ terkenal di area itu, datang ke gereja dan mendapatkan sebuah salinan dari himne baru tersebut. Melaluinya, nyanyian itu tersebar ke semua wilayah Tyrol, dan lagu itu pun menjadi terkenal sebagai lagu rakyat Tyrol. Berbagai grup seperti Strasser Children’s Quartet yang terkenal itu segera mulai menggunakan himne ini dalam konser mereka di seluruh Austria dan Jerman. Pada tahun 1838, lagu ini pertama kali muncul di sebuah buku himne Jerman, dengan diberi judul “himne yang tidak diketahui asal usulnya.” Lagu ini pertama kali diperdengarkan di Amerika pada 1839 ketika sebuah keluarga dari Tyroalena Singers, Rainers, menggunakan musik itu selama tur konser mereka. Dengan cepat lagu ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dan bahasa-bahasa lainnya. Paling tidak terdapat delapan versi terjemahan Inggris yang diketahui sekarang. Nyanyian ini sekarang dinyanyikan di dalam semua bahasa utama dunia dan adalah favorit universal di mana pun lagu-lagu Natal dinyanyikan.

Terjemahan John F. Young ini adalah versi yang paling banyak digunakan di Amerika. Young dilahirkan di Pittston, Kennebec County, Maryland, pada tanggal 30 Oktober 1820. Ia ditahbiskan ke dalam Gereja Episkopal dan melayani selama beberapa tahun sebagai bishop di negara bagian Florida.

Selama pelayanannya di gereja, ia sangat tertarik pada musik sakral. Terjemahan dari teks Jerman Mohr ini pertama kali muncul pada 1863 di Service and Tune Book yang disusun oleh Clark Hoolister. Selain terjemahan teks ini, Young juga dikenal sebagai editor dari dua buku himne yang sudah diterbitkan, Hymns and Music for the Young, di tahun 1861, dan Great Hymns of the Church, diterbitkan setelah kematiannya oleh John Henry Hopkins, di tahun 1887.

Tiada yang Mustahil (Nothing Is Impossible)

Eugene L. Clark lahir pada tanggal 23 Maret 1924, Eugene L. Clark dianggap sudah bisa mewakili judul hymne-nya yang paling terkenal, “ Tiada yang Mustahil” (Nothing is Impossible).

Clark adalah seorang yang begitu piawai memainkan piano, jarinya seolah melayang ketika menyentuh tuts-tuts piano tetapi di kemudian hari dia menderita penyakit radang sendi yang melumpuhkannya dan akhirnya Clark pun mengalami kebutaan total.  Ketika akhirnya sudah tidak mungkin lagi bagi Clark untuk melanjutkan main piano ataupun organ, dia meminta untuk dibawakan mesin tik ke sisi sebelah tempat tidurnya.

Dengan alat penemuan yang pada zaman itu tergolong baru dan hebat, serta pemikirannya yang tajam, Clark terus mempersembahkan musik-musiknya yang indah dari atas tempat tidur. Tiap not demi not, jeda demi jeda, serta bar demi bar dalam kertas lagu Clark, mesin tik itu sudah membantunya menciptakan produk-produk dari pikirannya yang masih aktif- sesuatu hal yang baik karena penyakit radang sendi ataupun kebutaan total tidak bisa membelenggu bakat yang diberikan Tuhan kepadanya.

Ratusan musik tentang Injil, hymne, beberapa gubahan musik koor, juga 3 kantata misionaris telah mengalir melalui hati dan pikiran Clark yang berdedikasi dalam memperkaya musik dunia keKristenan.

Satu lagunya paling terkenal yang terinspirasi dari Lukas 18:27 yaitu “Tiada yang Mustahil” pertama kali diperkenalkan pada tahun 1964. Karena cinta kasih, kesetiaan, dan kesabaran istrinya yang selalu mendampingi dia dan juga menjadi salah satu asset paling berharga bagi Clark dalam menciptakan karya-karyanya maka Clark memberikan penghargaan kepada istrinya atas keberhasilan pelayanannya.

UMATNYA PUJILAH (Come, Christians, Join to Sing)

Lagu ini awalnya ditulis untuk nyanyian anak yang judulnya “Come Children Join to Sing.” Pertama muncul dalam Sacred Melodies for Sabbath Schools and Families (1843) yang diedit oleh Christian H. Bateman. Liriknya ditulis oleh Christian Henry Bateman yang juga menulis banyak lagu-lagu kristen untuk anak-anak. Dia mempublikasikan buku nyanyian anak yang berjudul “The Sacred Song Book” yang sangat terkenal di Skotlandia dan terjual lebih dari 6 juta buah. Kemudian hari, orang-orang dewasa pun sangat senang dengan lagu-lagu tersebut. Salah satunya yaitu “Come Children Join to Sing” diubah judulnya menjadi “Come, Christians, Join to Sing.” Christian Henry Bateman sebenarnya adalah seorang hamba Tuhan Moravian di Skotlandia. Pada umur 30, dia berpindah ke Congregational Church. Dan pada 56 dia menjadi anggota Church of England.  Ketika dia menjadi anggota di Congregational Church, dia mulai menulis lagu-lagu untuk anak-anak tersebut.

“Come, Christians, Join to Sing” adalah suatu panggilan untuk bernyanyi dengan sukacita memuji Tuhan. Ajakan ini terdapat juga dalam Mazmur 95:1, “Marilah kita bersorak-sorai untuk TUHAN, bersorak-sorak bagi gunung batu keselamatan kita”. Kata-kata “Alleluia, Amin” selalu dinyanyikan 3 kali dalam setiap baitnya. Alleluia (Hallelujah) dari bahasa ibrani artinya “Puji Tuhan.” Dan “Amen!” dari bahasa yunani artinya “sungguh, pasti, benar.” “Pujilah Tuhan!”Amin!” adalah dua seruan ibadah yang telah bergema di sepanjang sejarah ibadah Kristiani dan Yahudi. Lagu pujian ini disela dengan kata ‘Haleluya!” dan kata “Amin!”, yang mengajak untuk memuji Tuhan dan yang merupakan perayaan kebaikan Allah dalam Kristus serta penantian saat berlanjutnya pujian tersebut dalam kekekalan di sekeliling tahta Allah. Melodi-nya begitu joyful dan menyenangkan untuk dinyanyikan.

Yesus Yang Ku Pilih

Lirik           : Rhea F. Miller (1984-1966)

Musik        : George Beverly Shea (1909 – 2013)

Lirik lagu ini merupakan puisi yang ditulis oleh seorang perempuan bernama Rhea F. Miller. Ia lahir pada 1894 di Brooktondale, New York. Ibunya Bertha, adalah seorang Kristen yang takut Tuhan sedangkan ayahnya seorang yang sering minum-minuman keras. Bertha terus mendoakan suaminya yang akhir suatu kali bertobat dan bahkan menjadi hamba Tuhan. Rhea dibesarkan dalam keluarga demikian. Pada tahun 1922, suatu saat Rhea berjalan melewati lapangan dekat rumahnya serta merenungkan kembali bagaimana ayahnya bertobat dan memutuskan untuk berkomitmen hidup bagi Kristus. Dari renungannya inilah, Rhea menuliskan barisan puisi indah ini.

Pada tahun 1932, seorang musisi berumur 23 tahun bernama George Beverly Shea membaca puisi ini dan begitu terinspirasi. Ia pun membuat alunan melodi untuk puisi tersebut. Suatu kali George menyanyikan lagu ini di rumahnya. Saat itu ibunya mendengarkan George bernyanyi, ibunya begitu tersentuh dengan kata-kata dan alunan melodi yang begitu indah.  Sesudah itu lagu ini pun dinyanyikan di gereja dan menjadi berkat bagi banyak orang.

Lagu ini merupakan suatu ekspresi lahir baru yang sejati. Sebagaimana dinyatakan dalam alkitab: Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, …” (Filipi 3:8). Kristus sudah mati bagi kita yang berdosa supaya kita tidak lagi hidup dalam kesia-siaan. Lagu ini kembali mengingatkan kita untuk terus mengutamakan Kristus dalam segala hal.

Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.”

1 Yohanes 2:17