KARAKTER KEPEMIMPINAN MUSA: KEBERANIAN (2) Pdt.Tumpal H.Hutahaean, M.Th.

Hari ini kita akan membahas karakter kepemimpinan Musa bagian yang kedua yaitu tentang keberanian Musa. Mari kita membaca bagian Firman Tuhan dari Keluaran 7:10, Keluaran 14:13-14, Keluaran 17:8-9, Bilangan 21:9, dan Ulangan 1:37.

Pendahuluan

Apakah setiap manusia memiliki potensi untuk berani? Pasti punya. Minimal keberanian kita berpusat kepada diri kita sendiri. Kita paling pintar untuk berani membela diri, berani untuk mengasihi diri, dan berani memperjuangkan apa yang menurut kita menyenangkan, apa yang menurut kita memuaskan, dan apa yang membuat kita merasa terjunjung tinggi. Maka banyak orang berani membuat aktualisasi diri di dalam nilai dari seluruh kepuasan diri. Tetapi tidak semua orang memiliki keberanian yang bersifat dikaitkan dengan kemuliaan Tuhan, kecuali orang-orang itu sudah bertobat dan menyadari bahwa semua keberanian harus bersifat suci; bukan bersifat antroposentris tetapi bersifat teosentris atau kristosentris.

Bagaimana cara mengalahkan keberanian yang tidak suci? Di dalam seluruh latar belakang kehidupan kita, kita adalah makhluk yang belajar, yang punya pengalaman. Jadi hal itulah yang membuat kita berani. Orang melakukan akrobat karena dia sudah berlatih setiap hari; berjam-jam, bahkan beratus-ratus jam. Dia bisa melompat dari tiang satu ke tiang lain dan berjalan di atas seutas tali. Semuanya itu memerlukan pembelajaran dan pengalaman. Tetapi bagi kita yang tidak pernah belajar lalu tiba-tiba kita harus membuat satu pilihan dalam suatu kasus yang kritis, maka kita akan bergumul. Jika engkau ada di sebuah gedung yang terbakar maka engkau akan mati karena kebakaran yang sudah mencapai lantai tujuh sedangkan engkau berada di lantai sepuluh. Maka pilihanmu adalah: lompat ke bawah lalu mati atau menyeberang dengan tali baja. Manakah yang engkau pilih? Jikalau kita adalah seorang yang hebat tetapi semua itu dikaitkan untuk diri kita dilihat hebat dan diri kita dilihat lebih daripada orang lain, maka inilah yang disebut sebagai keberanian yang tidak suci. Engkau membeli apapun juga, engkau memakai apapun juga, engkau melakukan apapun juga, jikalau pusatnya adalah dirimu supaya dilihat hebat dan populer, lebih tinggi dan lebih agung daripada orang lain, maka itu disebut sebagai keberanian yang tidak suci. Di dalam hidup kita harus terus punya kesadaran iman supaya kita tidak mencuri kemuliaan Tuhan.

Mengapa memiliki karakter keberanian yang suci itu penting? Tuhan sangat melihat anak-anak-Nya; di dalam perjuangan hidupnya, di dalam setiap pergumulannya, dan di dalam setiap langkah yang ingin dia ambil. Tuhan akan memerhatikan apakah keberanian kita dikaitkan dengan kemuliaan Tuhan atau tidak. Tuhan beserta dengan kita dan di balik kelemahan kita Tuhan bisa memberi kekuatan. Di balik seluruh keterbatasan kita, Tuhan bisa memberi kemampuan yang melampaui semua itu. Dan di balik segala sesuatu yang tidak kita pikirkan Tuhan bisa memberikan hikmat di luar keterbatasan kita berpikir. Ini karena apapun yang kita lakukan hanyalah untuk menyatakan kemuliaan Tuhan. Jadi keberanian yang suci itu sangat penting.

Apa kaitan antara iman dengan keberanian? Jikalau keberanianmu hanya karena pengalaman, jikalau keberanianmu karena kajian manusia, maka keberanianmu mungkin ujungnya bisa salah karena engkau punya kekuatan dalam perubahan yang bersifat antroposentris. Orang politik dan militer punya kekuatan untuk merubah segala sesuatu karena itu kekuatan yang berasal dari diri sendiri. Maka segala sesuatu bisa berubah di luar pikiranmu walaupun analisa, kajian, dan investigasi seluruhnya sudah bernilai akademis. Engkau tetap saja bisa salah karena itu merupakan kekuatan dari dirimu. Tetapi ketika iman memimpin keberanianmu, mungkin di dalam analisa orang lain keputusanmu tidak tepat tetapi di dalam nilai penyertaan Tuhan ternyata itu berhasil. Maka apa perbedaan antara keberanian karena iman dengan keberanian karena nekat? Begitu banyak orang menjadi berani karena begitu jelas bergumul dengan Tuhan. Ada orang yang berani menolong dalam sesuatu yang mendadak. Ternyata dia baru sadar bahwa ada penolong untuk seluruh hidupnya yaitu malaikat surga, ada pertolongan dari Roh Kudus yang memampukan dia untuk menyatakan hal ini. Dalam bagian ini kita perlu belajar bagaimana setiap kita bisa membangun satu keberanian yang suci karena iman.

  1. Berani menghadap Firaun dan melawannya (Kel 7:10-13)

Di dalam hukum Mesir, jika ada orang yang berani menghadap Firaun, mengajukan satu opsi, satu proposal, satu nilai tujuan yang berbeda satu nilai kemuliaan Mesir, maka orang itu bisa dihukum bahkan dibunuh. Terlebih lagi jika bertemu dengan Firaun dan ingin melawan, ingin memberontak maka hukumannya pasti kematian. Di dalam bagian ini kita tahu bahwa  Musa pernah melarikan diri pada waktu dia sudah membunuh salah satu tentara Mesir. Dia adalah orang yang kurang bertanggung jawab untuk apa yang dia sudah lakukan. Tetapi setelah dia diubahkan oleh Tuhan, setelah dia sekolah 40 tahun menjadi gembala kambing dan domba serta harus berhadapan dengan matahari, hujan, angin, dan semua binatang pembunuh, dia belajar menumbuhkan keberanian dan belajar untuk bertanggung jawab dari masalah yang kecil dan sampai masalah yang besar. Dia kemudian mempunyai nilai tanggung jawab. Dia sebelumnya adalah orang yang tidak berani dengan cepat untuk menerima panggilan Tuhan. Tetapi pada waktu dia sudah diubahkan Tuhan maka kita melihat dia memiliki satu keberanian yang suci yaitu berani menghadap Firaun yang adalah seorang pemimpin yang besar dari sebuah negara yang besar. Firaun memiliki semua ilmu pengetahuan dan hikmat yang hebat menurut dunia serta segala teknologi, gaya membangun, dan yang lain-lain. Maka ketika Musa menjadi berani, ini menunjukkan kepada kita bahwa ia sedang menyatakan nilai tujuan Tuhan untuk membebaskan bangsa Israel dari Mesir menuju tanah Kanaan. Jadi keberanian Musa menyatakan visi Tuhan dan kebesaran Tuhan. Jika kita berani menyatakan visi kita untuk menyatakan kebesaran kita dan kehebatan kita maka di saat itulah kita menjadi penjilat dan di saat itulah kita menunjukkan keberanian yang tidak suci karena bersifat hanya untuk diri, untuk organisasi, dan untuk segala sesuatu yang sifatnya fana dan sementara.

Mengapa keberanian Musa perlu disimbolkan dengan tongkat Tuhan? Mengapa Musa butuh pendamping yaitu Harun? Ini menunjukkan kepada kita bahwa Tuhan menghendaki agar Musa dan Harun saling bekerja sama. Harun pandai dalam berbicara sedangkan Musa tidak pandai berbicara meskipun setelah itu dia menjadi pandai berbicara. Kakak dan adik kompak untuk melayani Tuhan, inilah satu kebahagiaan. Apa yang paling engkau hargai di dalam hidup ini? Hidupmu harus engkau hargai. Jika engkau masih bisa hidup, masih bisa mencicipi makanan, masih bisa menghirup udara, maka engkau harus menghargai anugerah Tuhan tersebut. Orang yang baik akan menerima realita hidup dan bisa tersenyum karena menghargai pemberian Tuhan. Apa yang kita hargai di dalam hidup? Seluruh aset hidup kita: waktumu, tenagamu, pikiranmu, dan kelebihanmu, semua itu harus engkau hargai. Jikalau tidak maka engkau akan membenci diri dan marah terhadap diri. Apa yang engkau hargai di dalam hidup? Orang yang telah berjerih payah, orang yang telah menjadikan dirimu berhasil melewati banyak kesulitan, orang yang sudah mendidikmu, dan orang yang sudah membesarkan dirimu, semua orang itu harus engkau hargai. Setelah engkau tahu bagaimana menghargai nilai hidupmu, maka engkau akan menghargai orang lain yaitu orang tuamu, pamanmu, kakakmu, dan gurumu atau dosenmu. Di situlah engkau belajar untuk menghormati dan belajar untuk tidak menghina orang lain.

Di dalam bagian inilah Musa berani menghadap Firaun untuk menyatakan visi Tuhan bagi bangsa Israel. Dia berani menyatakan maksud dan kehendak Tuhan untuk menunjukkan bahwa Allah orang Israel adalah Allah yang hidup. Meskipun Firaun sudah menjajah bangsa Israel selama 400 tahun lamanya, Musa tetap menyatakan kebesaran Tuhan dan menyatakan murka Tuhan untuk bangsa yang tidak menghormati Tuhan yang hidup dan yang berkuasa. Bagaimana Musa menyatakan itu? Kita melihat itu pada waktu Musa dan Harun menyatakan kuasa dan murka Tuhan kepada Firaun. Simbol yang pertama adalah tongkat yang ketika dilempar menjadi ular. Ular kobra sangat ditakuti pada zaman Firaun. Ternyata dukun-dukun Firaun pun melemparkan tongkat mereka dan itu menjadi ular juga. Ini menunjukkan kepada kita bahwa Setan pun bisa melakukan mukjizat tetapi terbatas. Setelah itu dikatakan bahwa ular Musa dan Harun memakan ular-ular dari dukun-dukun Firaun. Ini menunjukkan kepada kita tentang kesejatian mukjizat. Di dalam hidup ini kita harus percaya bahwa ada dunia roh. Kita percaya bahwa Roh Kudus bisa mendatangkan damai sejahtera bagi kita, memberikan hati yang penuh sukacita, dan memberikan satu pengharapan yang baru untuk kita hidup bagi Tuhan. Tetapi dunia roh atau mistik mendatangkan ketakutan, kekuatan, dan kegentaran. Ketika hati kita tidak berkaitan dengan kuasa Tuhan dan ketika hati kita tidak memiliki kuasa yang lebih besar yaitu Roh Kudus maka kita bisa mengalami ketakutan. Di dalam hal ini Firaun mengalami ketakutan karena sedang mempertandingkan dua macam kuasa. Setelah peristiwa itu mereka menjadi tahu bahwa kuasa yang paling sejati adalah kuasa Tuhan yang ditunjukkan melalui Musa dan Harun. Namun Firaun tidak bertobat karena sudah dinubuatkan bahwa hatinya akan semakin keras. Di sini kita melihat bahwa mukjizat tidak pasti membuat orang semakin melihat Tuhan. Ini karena iman bukan dibangun di atas dasar mukjizat tetapi karena pengenalan akan Tuhan. Di sini kita melihat bahwa ada kerja sama yang baik antara Musa dan Harun. Keberanian mereka adalah untuk menyatakan visi dan kehendak Tuhan.

  1. Menyatakan kebesaran Tuhan dan kuasa Tuhan kepada bangsa Israel (Kel 14:13-14)

 

Ketika bangsa Israel berjalan dengan jumlah sekitar ratusan ribu orang, mereka merasakan kelelahan. Tetapi pada waktu diberitahukan kepada Firaun bahwa bangsa Israel sudah pergi, maka Firaun mengeraskan hati, membuat satu strategi, dan mengumpulkan bala tentara pasukan kuda dan seluruh senjata yang lengkap untuk membunuh bangsa Israel. Ketika mereka mulai berjalan, mereka mulai melihat bahwa di belakang mereka ada banyak pasukan Mesir yang sudah mendekat. Dalam Keluaran 14:13-14 Musa menyatakan bahwa bangsa Israel harus berdiri tetap dan memercayai Tuhan yang akan memberikan kemenangan dan bahwa Tuhan akan berperang untuk Israel. Tugas seorang pemimpin yang memiliki pengikut yang lemah adalah menguatkan iman dan mental mereka. Pemimpin itu harus siap berdiri di depan ketika musuh datang dan siap untuk menghancurkan akan setiap pasukannya. Di dalam bagian ini tidaklah mudah untuk memberitahu bangsa Israel bahwa Tuhan itu hidup, Tuhan itu kuat, dan Tuhan itu akan memimpin. Ini tidak mudah karena 400 tahun lamanya mereka dijajah. 400 tahun penjajahan membuat mental mereka menjadi mental seorang budak. Tetapi di dalam bagian inilah Musa berkata bahwa mereka tidak akan lagi melihat orang-orang Mesir itu. Mengapa Musa berkata demikian? Musa ingin memberitahu bahwa mereka semua akan mati karena air laut. Musa mewakili Tuhan dalam memberitahu bahwa Tuhan akan memakai alam untuk menghukum orang-orang yang sudah membuat mereka sengsara di Mesir. Tuhan memakai Musa, hamba-Nya yang setia untuk menyatakan kebesaran Tuhan dan menyatakan murka Tuhan kepada bangsa Mesir.

Kita tahu bahwa setelah peristiwa ini mereka semakin percaya akan Tuhan. Mereka percaya kepada Musa tetapi mereka menunggu bukti. Ini adalah iman yang tidak mudah untuk diubahkan karena selalu meminta bukti. Ketika mereka melihat bahwa tentara Mesir itu mati, mereka bersorak sorai dan mereka bergembira. Setelah mereka melihat kematian dari semua tentara Mesir, apa yang dilakukan oleh Musa? Beribadah, memuji Tuhan, dan membesarkan nama Tuhan. Ini juga dilatih oleh Musa. Setelah melihat kebesaran Tuhan dan kuasa Tuhan, orang itu harus bersikap dengan benar. Di sini baru pertama kali dicatat bahwa bangsa Israel beribadah dan memuji nama Tuhan. Catatan himnenya sangat panjang. Dicatat bahwa Musa dan seluruh bangsa Israel memuji nama Tuhan. Kata-kata yang ditulis sangatlah dalam dan menyatakan kebesaran serta kekuatan Tuhan. Di sana juga dicatat apa yang seharusnya kita kerjakan ketika kita melihat kebesaran Tuhan. Kita harus mendemonstrasikan bagian ini. Pada waktu kita bekerja, pada waktu kita berusaha, kita harus berani untuk menjunjung tinggi kejujuran dan keadilan serta harus berani untuk menolak dosa korupsi dan lainnya.

 

  1. Mengambil keputusan atau kebijakan untuk berperang dengan bangsa Amalek (Kel 17:8-15).

 

Alkitab mencatat dengan jelas bahwa bangsa Amalek adalah bangsa yang besar, bangsa yang sudah terlatih karena pengalaman, mempunyai sistem, dan mempunyai kekuatan militer. Bangsa ini adalah bangsa yang sudah teratur di dalam nilai organisasi dan sudah teruji dalam melewati setiap masalah demi masalah. Alkitab mencatat bahwa bangsa Amalek berencana untuk membunuh seluruh bangsa Israel. Mereka telah bersepakat untuk berperang melawan Israel. Kapan Yosua terpilih menjadi jenderal panglima tinggi dari pasukan perang Israel? Tidak dijelaskan, sehingga pada waktu Musa mengambil keputusan ini maka Musa pun sebenarnya nekat. Apakah Yosua mempertanyakan keputusan Musa? Tidak. Pada waktu Musa menegakkan satu keberanian yang suci dan Tuhan mengizinkan perang suci itu terjadi untuk mempermalukan bangsa Amalek, maka Tuhan akan menyatakan bahwa Tuhan itu hidup. Musa mengutus Yosua dan Musa naik ke atas gunung dengan membawa tongkat Allah. Itu menyatakan bahwa Tuhan menyertai Israel dengan sikap berdoa. Tongkat yang dinaikkan itu melambangkan Tuhan yang ada di pihak Israel. Pada waktu tongkat itu turun, dikatakan bahwa bangsa Israel mulai melemah. Pada waktu tongkat itu dinaikkan lagi, bangsa Israel menjadi semakin kuat. Peperangan itu terjadi dari pagi sampai hampir magrib. Tongkat itu melambangkan kehadiran dan kuasa Tuhan. Peperangan itu adalah peperangan yang pertama. Peperangan itu menyatakan satu keberanian Musa untuk berperang atas nama Tuhan. Mereka tidak butuh keahlian, tidak butuh strategi, tetapi membutuhkan Tuhan. Peperangan ini berlangsung sampai hampir malam dan seluruh tentara Amalek akhirnya dikalahkan. Di sinilah kita belajar bahwa menjadi pemimpin itu tidak gampang, tetapi Musa telah dipanggil untuk menjadi pemimpin di masa tua.

 

  1. Menghadap Tuhan senantiasa (sharing with God (Kel 19-31: rule obedience)

 

Di dalam Keluaran 19-31 tema yang paling penting adalah rule obedience. Ini berbicara tentang nilai keteraturan, nilai kerapian dalam nilai ketaatan kita untuk hal yang bersifat vertikal dan horizontal. Semua dimulai dengan 10 perintah Tuhan setelah itu peraturan-peraturan yang lain. Di dalam bagian inilah kita melihat bagaimana Musa menyatakan satu nilai hidup bahwa dia menjadi pemimpin hanya karena dipilih Tuhan. Dia hanya menjadi kuat jikalau dia mendengarkan suara Tuhan. Dia bisa mengambil keputusan yang tepat karena dia mendapatkan suara Tuhan sehingga Musa butuh selalu berdiskusi dengan Tuhan. Dia butuh berkoordinasi, dia butuh berkomunikasi untuk hal-hal yang dihadapi seperti menghadapi bangsa Israel yang penuh dengan sungut-sungut. Mereka tidak punya pegangan hidup. Mereka tidak mengerti standar kesucian. Mereka tidak mengerti standar keteraturan Tuhan. Mereka juga tidak mengerti standar harmonisasi. Musa naik ke gunung Sinai sesuai dengan perintah Tuhan untuk mendapatkan hukum Tuhan. Rule obedience adalah hal yang pertama ditanamkan pada bangsa Israel melalui Musa. Kepala keluarga yang benar harus menegakkan nilai disiplin (pasal 19-31). Istri dan anak-anak harus berani menaati karena jikalau hidup kita sudah kehilangan rule obedience maka kita pasti tidak punya ketaatan kepada Tuhan dan orang tua. Kita akan menjadi orang yang liar.

Bangsa Israel setelah 400 tahun menjadi bermental budak, kehilangan rule obedience, kehilangan aspek nilai kesucian, kehilangan standar harmonisasi hidup dengan Tuhan, kehilangan moral, dan lainnya. Keluarga yang kehilangan ini semua akan hancur. Maka bersyukurlah jika kita mempunyai orang tua yang selalu mendidik kita untuk disiplin sebagai anak. Jikalau engkau tidak mempunyai nilai kedisiplinan maka engkau akan menjadi orang yang liar. Jika kebebasan kita tidak dibatasi oleh kacamata iman maka kebebasan kita itu akan menjadi liar. Maka sharing with God itu adalah retret kita dengan Tuhan. Diri kita tanpa Tuhan itu keropos. Diri kita tanpa Tuhan itu bisa gagal karena musuh dari setiap usaha kita itu ada banyak. Ketika kita berani bertemu dengan Tuhan, kita berani untuk mengandalkan Tuhan, maka itulah keberanian yang saleh. Ketika Musa turun dari gunung Sinai, orang-orang yang melihat wajahnya menjadi tidak kuat karena wajahnya bersinar.

 

 

  1. Menegur dosa bangsa Israel: lembu Emas, sungut-sungut, dan lainnya (Kel 32:1-35; Bil 21:9; 26:5-11).

 

Dosa pertama yang dilakukan bangsa Israel adalah menyembah lembu emas. Ketika Musa sedang turun dari gunung Sinai, dia bertanya kepada Yosua tentang suara yang didengarnya. Ada suara orang yang bernyanyi, suara kegembiraan, dan lain-lain namun Musa mengatakan bahwa itu adalah nyanyian kekalahan. Bangsa Israel selama 400 tahun tidak punya penegakan nilai agama. Mereka biasa melihat penyembahan yang berkompromi yaitu lembu emas. Musa sangat marah dan menyuruh orang-orang yang percaya kepadanya untuk mendekat kepadanya. Suku apakah yang mendekat kepada Musa? Suku Lewi. Mereka diminta untuk membunuh semua orang yang mengadakan penyembahan itu. Setelah itu Musa menegakkan satu nilai disiplin dan menegur dosa bangsa Israel karena mereka selalu bersungut-sungut. Kita tahu bahwa di dalam kitab Bilangan telah diceritakan bagaimana mereka bersungut-sungut kepada Musa dan kemudian mereka dihukum oleh Tuhan. Tuhan mengatakan bahwa mereka harus melihat satu hukuman yang jelas. Mereka dikatakan akan diberikan satu ancaman yaitu ular tedung. Siapapun yang dipatuk pasti akan mati. Mereka kemudian meminta ampun. Tuhan kemudian memerintahkan Musa untuk membuatkan ular tembaga yang ditaruh di atas kayu. Mereka yang dipagut ular itu akan sembuh ketika melihat ular tembaga itu. Di dalam Perjanjian Baru ini melambangkan Kristus. Siapapun yang melihat kemuliaan salib, yang melihat kuasa Tuhan akan mengalami pembaharuan dari Tuhan. Pada waktu penjahat yang disalib di sebelah Tuhan Yesus percaya kepada Tuhan, ia pada akhirnya mati di dalam Kristus. Mintalah kuasa Tuhan di dalam bijaksana menegakkan disiplin karena mulut kita adalah mulut penasihat dan mulut penolong untuk orang-orang yang lemah iman supaya mereka meninggalkan dosa dan kembali kepada Tuhan serta mau hidup bagi Tuhan.

 

  1. Dengan rela menerima keputusan Tuhan (Ul 1:37 tidak bisa masuk Kanaan)

 

Musa melalukan kesalahan dengan tidak menunggu aba-aba dari Tuhan. Ia memegang tongkat dalam kemarahan dan memukul gunung batu itu sehingga keluar air. Bagi Tuhan itu adalah emosi yang tidak suci. Dalam Ulangan 1:37 dituliskan bahwa karena murka Tuhan, Musa tidak bisa masuk ke tanah Kanaan. Di dalam bagian ini dia hanya melihat Tuhan dan menerima seluruh keputusan bahwa dia tidak bisa masuk ke tanah Kanaan. Ternyata dia menjadi pemimpin yang menyiapkan pemimpin yang baru untuk masuk ke tanah Kanaan yaitu Yosua. Di dalam bagian inilah dia tidak menggerutu dan tidak marah. Ia memiliki keberanian untuk rela menerima keputusan Tuhan. Inilah kunci nilai keberanian yang saleh dari Musa. Nilai yang perlu kita hargai adalah aset iman, telenta, dan apa yang sudah kita kerjakan bagi Tuhan. Di dalam bagian ini ternyata pemimpin yang besar belum tentu memimpin sampai akhir. Dia hanya memimpin berdasarkan apa yang dikehendaki Tuhan. Jadi setiap kita jangan sampai terkena penyakit postpower syndrome yaitu orang yang tidak pernah rela jikalah dia harus turun dan tidak berkuasa. Orang yang seperti ini pada waktu dia sudah tidak berkuasa maka dia akan mengaktualisasikan dirinya dengan mempertahankan kekuasaannya.

Kesimpulan

Melakukan keberanian untuk menyatakan kebesaran Tuhan itu mulia. Inilah yang harus kita kejar. Jika keberanianmu dalam studi, usaha, dan karier adalah untuk memuliakan Tuhan, maka itulah yang benar di hadapan-Nya.

Tuhan akan memimpin anak-anak-Nya untuk menyatakan keberanian yang suci. Apakah engkau mau dipimpin Tuhan di dalam studimu, di dalam pekerjaanmu, di dalam bisnismu, dan di dalam hal apapun? Kaitkanlah semua itu dengan keberanian yang suci, maka Tuhan akan ada di pihakmu.

Keberanian yang suci selalu berkaitan dengan iman. Semakin engkau taat membaca Firman Tuhan, semakin engkau mau tunduk sebagai murid kebenaran Tuhan, semakin engkau menghidupi Firman Tuhan, maka keberanianmu akan bertumbuh. Jika semua dikaitkan dengan Tuhan maka engkau akan terus diberkati dan disertai Tuhan.

(Ringkasan khotbah ini belum dikoreksi oleh pengkhotbah-  TS)

KARAKTER KEPEMIMPINAN MUSA: RENDAH HATI (1) (Pdt. Tumpal H. Hutahaean, M.Th.)

 

Hari ini dan beberapa minggu ke depan kita akan membahas tentang karakter kepemimpinan Musa. Hari ini kita akan membahas bagian yang pertama dan kita akan belajar tentang rendah hati. Minggu depan kita akan belajar tentang karakter Musa yang lain yaitu keberaniannya dan tentang mental yang sangat tegas. Apakah setiap pemimpin mempunyai keberanian? Pasti. Apakah keberanian itu suci di mata Tuhan? Belum tentu. Keberanian apa yang mulia di mata Tuhan? Keberanian yang punya aspek untuk menegakkan kesucian dan kebenaran Tuhan dan keberanian untuk menyatakan kemuliaan Tuhan. Di luar dari keberanian itu adalah keberanian yang berpusat kepada diri: keberanian yang berpikir untuk mendapatkan keuntungan, untuk kemuliaan manusia, keberanian yang sifatnya tidak punya kemuliaan Tuhan. Mari kita membaca Bilangan 12:3, Ibrani 11:24-29.

Pendahuluan

Mengapa ada orang mau menjadi pemimpin (besar) tetapi gagal? Ada orang yang tidak berpikir ketika memimpin sehingga gagal. Ada orang yang setelah proses waktu dia menjadi pemimpin yang besar. Seiring waktu berjalan, orang-orang dapat melihat apakah ambisi dari pemimpinnya suci atau tidak. Ada orang yang begitu berambisi sehingga ia berusaha keras dan pada akhirnya berhasil menjadi pemimpin yang besar, namun ia menghalalkan segala cara untuk bisa mencapai tujuannya. Orang yang seperti ini mungkin dinilai berhasil oleh dunia yang tidak mengerti kesucian. Ada orang yang baik, yang suci, yang sungguh-sungguh memiliki satu kemurnian untuk menjadi satu pemimpin namun ternyata mungkin hanya menjadi pemimpin yang cukup dan biasa-biasa saja. Apakah ini disebut tidak berhasil? Di dalam kacamata Tuhan ini berhasil.

Dari mana bakat, kapasitas, dan karakter seorang pemimpin dihasilkan? Banyak teori yang bersifat klasik tidak setuju bahwa seluruh nilai leadership tidak mungkin dipelajari. Tetapi dari proses waktu, hasil riset, hasil nilai evaluasi, dan hasil setiap kajian ternyata menunjukkan bahwa banyak pemimpin di dalam teori perkembangannya tidak hanya bersifat dilahirkan. Ternyata pemimpin bisa dihasilkan karena lingkungan dan karena studi. Tetapi di dalam Alkitab pemimpin bisa dihasilkan karena Tuhan yang memilih. Di sini kita sebagai orang tua apakah kita menginginkan anak-anak kita menjadi pemimpin? Setiap kita dipanggil untuk menjadi pemimpin. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa Adam dan Hawa dari mulanya punya bakat pemimpin karena nilai ketetapan Tuhan. Tetapi mereka harus menjadi pemimpin yang sungguh-sungguh menyatakan kemuliaan Tuhan, pemimpin yang berpusat kepada Kristus. Manusia diciptakan untuk mewakili Tuhan dan menjadi pemimpin yang bersifat horizontal tetapi menyatakan Tuhan yang besar. Namun dosalah yang menjadikan setiap kita tidak bisa menjadi pemimpin. Seluruh bakat dan seluruh kapasitas karakter kita tidak berkembang karena dosa. Di sinilah kita harus memikirkan bagaimana mengembalikan bakat, kapasitas, dan karakter kita untuk kemuliaan Tuhan. Kita bisa menjadi pemimpin yang sungguh-sungguh hidup menurut apa yang Tuhan mau, bukan berdasarkan apa yang orang tua mau, bukan berdasarkan apa yang perusahaan mau, tetapi sungguh-sungguh berdasarkan apa yang Tuhan mau. Berapa banyak orang mau menjadi dokter tapi ternyata suksesnya menjadi pengusaha batu bara? Berapa banyak orang mau menjadi dokter tapi suksesnya justru di bidang marketing? Maka teorinya mengatakan bahwa bukan materi yang dimiliki-lah yang membuat orang itu berhasil, tetapi kompetensi yang dikembangkan itulah yang membuat berhasil. Pengetahuan dan keterampilan juga menentukan keberhasilan seseorang dalam menjadi pemimpin. Ini tidak bisa dilawan karena ini sudah diuji oleh pribadi-pribadi yang berhasil. Dalam banyak kasus, orang yang memiliki kompetensi itu lebih berhasil daripada yang hanya memiliki pengetahuan. Ada orang yang tidak lulus dari universitas justru berhasil membuat Facebook. Ini karena bukan soal pengetahuan tetapi orang itu mempunyai kompetensi. Dia juga punya fokus dan punya ketekunan. Dia tahu apa yang harus dia kerjakan dan dia tahu bagaimana memengaruhi orang.

Mengapa Tuhan mengizinkan ada pemimpin yang berkarakter negatif dan sukses pula? Sementara ada pemimpin berkarakter yang baik tetapi tidak sukses menurut kacamata dunia (biasa-biasa saja)? Di dalam hal ini kita melihat kedaulatan Tuhan. Manusia boleh berusaha tetapi Tuhan yang berdaulat-lah yang menentukan. Maka pada waktu engkau ingin mengembangkan karaktermu yang baik untuk menjadi pemimpin, janganlah berpikir sukses tetapi berpikirlah setia. Orang-orang di Alkitab yang paling dipuji Tuhan bukanlah pemimpin yang besar tetapi pemimpin yang setia, pemimpin yang punya nama yang baik, dan pemimpin yang mempunyai keteladanan. Inilah yang disambut Tuhan di surga. Menurut kitab Wahyu, di dunia ini ada pemimpin yang menjadi besar karena ada Setan yang menunggangi. Dan pemimpin yang besar belum tentu bisa masuk ke surga. Kita adalah pemimpin yang kecil menurut dunia tetapi kita masuk surga. Musa karena iman dia menolak untuk disebut sebagai putra dari putri Firaun. Karena iman dia merasa lebih baik menderita bersama anak-anak Tuhan daripada menikmati seluruh kelimpahan harta dan seluruh kelimpahan kemanjaan dari istana Firaun. Musa merasa lebih baik dihina karena Kristus. Ia melihat Kristus sebagai kekayaan yang besar. Ia tidak mau mendapatkan upah dunia yang besar tetapi kemudian ia dibuang oleh Tuhan. Inilah yang menunjukkan kepada kita bahwa iman harus ada di depan dan kedaulatan Allah harus kita terima di dalam proses Tuhan.

Siapa yang disebut sebagai pemimpin yang berhasil di mata Tuhan? Pemimpin yang mewakili Tuhan, menyatakan kesetiaan, menegakkan kebenaran, memiliki keberanian, menyatakan misi Tuhan, dan kerajaan Allah dinyatakan melalui usahanya, melalui bisnisnya, melalui pekerjaannya, atau melalui profesinya.

 

Pembahasan

Dari mana sumber bakat, kapasitas, dan karakter seorang pemimpin dihasilkan? Di dalam bagian inilah dunia sudah membuktikan bahwa orang pintar yang menikah dengan orang pintar akhirnya menghasilkan anak yang pintar. Orang pintar yang menikah dengan orang yang tidak pintar belum tentu menghasilkan keturunan yang pintar. Jika berbicara tentang aspek intelegensi di dalam konteks kekinian, maka yang membuat orang menjadi berhasil itu faktornya sangat banyak. Jadi belum tentu seorang profesor yang menikah dengan seorang profesor bisa memiliki anak yang menjadi entrepreneur. Dan belum tentu seorang dokter yang menikah dengan seorang dokter bisa mendapatkan anak yang menjadi dokter. Ini karena ada nilai kedaulatan Tuhan, tetapi minimal ada potensi. Penelitian pada tahun 1985–1987 menyatakan bahwa pemimpin itu dihasilkan karena dilahirkan (genetik). Tetapi perkembangan baru pada tahun 1990 membuktikan bahwa pemimpin itu bukan dilahirkan saja. Pemimpin tidak hanya dihasilkan dari perpaduan antara mama dan papanya yang pintar atau perpaduan dari dua orang pengusaha yang pintar, tetapi bisa juga dari lingkungan (ekologis). Seorang anak bisa menjadi pemimpin karena mendapatkan pengaruh dari papa dan mamanya, pengaruh dari lingkungan tempat dia dibesarkan, dan pengaruh dari rekan-rekan yang di sekitarnya. Pada akhirnya seorang anak bisa mendapatkan satu nilai ketajaman berpikir tentang bisnis karena lingkungan. Lingkungan bisa mengajarkan seseorang agar tidak mudah ditipu. Lingkungan bisa mencerdaskan di dalam aspek tertentu. Maka di dalam bagian ini lingkungan itu mahal. Tempat dimana engkau memilih untuk membesarkan anak itu bisa mahal nilainya. Maka di dalam bagian ini seluruh pilihan ini akan mempunyai kajian-kajian untuk di masa depan. Maka investasi pendidikan jangan dinilai mahal. Ini karena pendidikan itu berkaitan dengan masa depan dan pendidikan itu tidak boleh dikatakan mahal karena itu merupakan investasi masa depan. Di sini kita melihat bahwa gereja harus berusaha untuk menciptakan satu lingkungan yang komprehensif untuk membuat seseorang bisa belajar dan menjadi orang yang bukan saja tahu tetapi juga bisa menjadi pemimpin yang sungguh-sungguh bisa dipakai oleh Tuhan.

Pendidikan (edukasi) pada bagian-bagian tertentu ternyata bisa melengkapi seseorang dalam menjadi pemimpin. pendidikan itu bisa diberikan secara langsung dan tidak langsung. Gereja adalah sarana yang tepat untuk memberikan edukasi bagi anak-anak sejak usia Sekolah Minggu sampai dia menjadi dewasa. Orang-orang muda di dalam gereja bisa dilatih untuk menjadi pemimpin, untuk berorganisasi, untuk menyelesaikan masalah, dan untuk mencapai apa yang mereka kerjakan. dan jikalau ada kegagalan maka mereka bisa dievaluasi oleh gereja. jadi gereja adalah sarana nonformal tetapi bisa menghasilkan yang formal. Maka di dalam bagian ini anak kita perlu diedukasi setiap hari berdasarkan Ulangan 6. Anak kita perlu mendapatkan satu pendidikan keimanan, pendidikan nilai karakter, serta pengetahuan sosial dan talenta dengan komprehensif. Pertama-tama anak harus mendapatkan ini dari orang tua, kedua dari lingkungan gereja, dan berikutnya lingkungan sekolah. Orang tua adalah alat di mata Tuhan, guru adalah alat di mata Tuhan, dan lingkungan adalah alat secara makro di mata Tuhan untuk menciptakan anak-anak Tuhan yang bisa memimpin dan melayani.

Ada aspek panggilan Tuhan di dalam nilai kepemimpinan Kristen yang dimana orang tersebut mendapatkan special gift. Jadi jikalau seseorang sudah dipersiapkan oleh Tuhan untuk menjadi pemimpin maka dia tidak mungkin lari. Yunus mau lari tetapi tidak bisa. Musa ingin terus menikmati jabatan gembala di bawah Yitro tetapi tidak bisa. Yefta mau berlama-lama menjadi preman tetapi tidak bisa. Pada waktu kita membaca Alkitab maka ada satu fenomena seseorang yang menjadi pemimpin yaitu Yefta. Yefta adalah anak seorang perempuan sundal. Pada waktu dia sudah besar, dia diusir oleh keluarganya karena ia dianggap sebagai anak haram. Ia dianggap tidak boleh menerima harta warisan keluarga. Pada waktu dia pergi keluar, dia bergabung dengan perampok-perampok, dia bergabung dengan preman-preman dan dia menjadi pemimpin mereka. Singkat cerita, bani Amon pada saat itu mau berperang melawan orang Israel dan para tua-tua Gilead pergi untuk menjemput Yefta yang adalah pemimpin preman pada saat itu untuk menjadikannya pemimpin perang bagi bangsa Israel. Ternyata Tuhan memilih untuk memakai Yefta yang adalah anak buangan dan ketua preman sebagai hakim dan pemimpin bangsa Israel. Di dalam bagian inilah kita tidak boleh iri hati. Orang yang iri hati biasanya adalah orang yang tidak memakai iman untuk melihat studi bandingnya. Di dalam bagian inilah kita harus belajar.

Ada satu pertanyaan yang penting bagi kita semua. Manakah yang paling penting: kepemimpinan rohani atau kepemimpinan duniawi? Dapatkah seseorang dibentuk untuk bisa memimpin secara duniawi tetapi juga memimpin secara rohani? Bisakah seseorang memimpin secara rohani dan menghasilkan standar dunia yang baik dalam nilai kerja? Bisa. Maka kita melihat Nehemia. Dia adalah pemimpin yang bisa mengatur organisasi dunia, tetapi dia juga bisa memimpin dengan gaya rohani. Maka apapun yang dikerjakan Nehemia pada waktu dia menjadi bupati sampai pada akhirnya dia bisa membangun rumah Tuhan, semuanya tercatat tidak ada cacat cela, sogok menyogok, dan yang lain-lain. Ini membuktikan kepada kita bahwa model kepemimpinan spiritualitas dan model kepemimpinan organisasi dunia bisa berpadu. Ini pun dibuktikan dari tokoh Yusuf, Daud, Daniel, dan teman-temannya. Ada orang yang tidak mungkin bisa berhasil jika terus memakai kacamata rohani. Kita sebagai anak Tuhan harus terlebih dahulu menjadi pemimpin secara rohani dimana kita tergerak untuk menginjili orang lain, dimana kita tergerak untuk mengajarkan orang menjadi murid Tuhan, dan dimana kita tergerak untuk menjadi berkat bagi orang lain. Dan di situlah kita tahu bahwa Tuhan sedang mempersiapkan kita untuk menjadi pemimpin yang besar seperti Musa. Di dalam bagian inilah mari kita mengajarkan diri kita sendiri. Janganlah menuntut diri untuk menjadi pemimpin besar secara organisasi dunia terlebih dahulu tetapi tuntutlah diri agar minimal kita semua bisa menjadi pemimpin rohani (2 Tim 2:2 dan Mat 28:19-20).

Ketika kita belajar tentang rendah hati dari karakter Musa, maka ada hal yang kita dapat lihat di dalam Keluaran 4:24–26. Dalam bagian itu diceritakan bahwa Zipora memanggil Gersom, anaknya, lalu menyiapkan batu yang tajam, seperti pisau yang sudah dibakar sampai menjadi bara api, dan kemudian menyunat Gersom yang sudah dewasa itu. Zipora tahu bahwa suaminya, Musa, telah diangkat oleh Tuhan menjadi pemimpin tetapi dia lupa bahwa ada hutang atau ada hal yang belum dia kerjakan. Musa lupa untuk mempersembahkan anaknya laki-laki yang sulung sebagai milik Tuhan melalui sunat. Zipora tahu bahwa Allah akan membunuh Musa karena Musa lupa menyunatkan anaknya. Di dalam proses itulah istri mengambil inisiatif dan berpikir solusi. Jadi ia menyunat dulu baru setelah itu baru ia menyentuhkan kulit khatan anaknya pada kaki Musa dan mengatakan bahwa Musa adalah pengantin darah baginya. Di dalam bagian inilah kita melihat bahwa istri yang baik adalah istri yang membuat solusi bagi suami yang menjadi pemimpin. Istri yang baik adalah istri yang mendukung suami dalam menjadi pemimpin yang baik. Hukum Israel menyatakan bahwa yang seharusnya menyunatkan anak adalah laki-laki. Apakah Musa marah? Tidak. Ini menunjukkan kepada kita bahwa Musa bersikap rendah hati ketika diberitahu oleh Zipora. Musa menerima kesalahan ketika istrinya menyunatkan anaknya (Kel 4:24-26). Zipora adalah seorang penolong bagi Musa untuk berpikir solusi.

Hal kedua yang kita lihat dari Musa adalah hatinya terbuka untuk menerima masukan dari orang lain (Yitro) tentang model kepemimpinannya: pendelegasian (Kel 18:13-24). Yitro menasihati agar Musa tidak menyelesaikan semua masalah orang Israel sendiri. Musa diberitahu agar tidak berpikir bahwa hanya dia sendiri yang mempunyai kapasitas, kebijaksanaan, hikmat, dan kemampuan. Yitro kemudian menyarankan agar Musa memilih orang-orang yang mengepalai seribu, seratus, dan lima puluh orang lainnya. Musa harus mencari orang-orang yang karakternya takut akan Tuhan, membenci korupsi, dan membenci kejahatan. Jadi ketika Yitro memberitahu bahwa Tuhan pasti akan menyertai kepemimpinan Musa, ia juga memberitahu tentang kapasitas orang yang harus dipilih yaitu orang yang karakternya rohani, orang yang cakap, orang yang dipercaya, orang yang takut akan Tuhan, orang yang membenci korupsi, dan membenci kejahatan. Musa kemudian mengikuti perkataan Yitro dan memilih orang-orang seperti itu. Jadi Musa tidak perlu lagi dari pagi sampai petang menjadi hakim bagi seluruh orang Israel. Yitro adalah mertua yang baik dan mertua yang baik adalah mertua yang memberikan solusi. Musa adalah seorang yang rendah hati. Ia bukan hanya membuka telinga tetapi juga mau menerima masukan dari orang lain, mau mengkaji, dan pada waktu yang dia lihat baik, dia jalankan.

Musa juga rendah hati dalam hal berani menulis kesalahannya (emosi yang tidak kudus) yang mengakibatkan Musa tidak bisa masuk ke Kanaan (Bil 20:2-12; Ul 1:37). Musa bersalah karena menggunakan emosi yang tidak kudus. Ketika dia memakai tongkat untuk memukul gunung batu itu, dia tidak mengikuti aba-aba dari Tuhan. Dia menyatakan kemarahan terlebih dahulu dan lupa memberi edukasi dulu kepada bangsa Israel. Akhirnya dengan marah dia memakai tongkatnya sehingga dari batu itu keluar air. Dan Tuhan marah karena kuasa Tuhan digunakan tidak dengan kudus, kuasa Tuhan tidak digunakan di dalam nilai kemuliaan Tuhan. Di dalam bagian inilah Musa menulis bahwa dirinya memimpin Israel menuju ke tanah Kanaan namun tidak bisa masuk ke tanah Kanaan karena telah melakukan kesalahan yang sifatnya tidak menyatakan edukasi dan tidak menyatakan kemuliaan Tuhan tetapi hanya menyatakan bahwa Musa-lah pemimpin yang berkuasa. Tuhan marah kepada Musa sehingga Musa pun tidak diizinkan Tuhan untuk masuk ke Kanaan. Musa hanya diizinkan naik ke atas gunung dan hanya bisa melihat tanah Kanaan. Ini karena kesalahan yang terlihat kecil yaitu emosi Musa yang tidak kudus. Melalui tiga bagian yang kita sama-sama pelajari ini, kita bisa melihat bahwa Musa layak disebut sebagai pemimpin yang rendah hati.

 

Kesimpulan

Kunci rahasia kerendahan hati Musa dimulai karena iman yang memperbarui cara pandangnya. Iman jika menjadi nilai hidupmu dan jika engkau hidupi maka akan merubah konsep pandangmu, seperti Musa yang menolak disebut putra dari putri Firaun. Ia merasa lebih baik dihina karena Musa melihat di dalam Kristus itu ada kekayaan yang sesungguhnya. Inilah yang mengubah konsep pandang Musa. Firman Tuhan memperbarui cara pandang dan kehidupan kita.

Kerendahan hati Musa dicapai karena kerelaan hatinya untuk dibentuk oleh Tuhan (Bil 12:3). 40 tahun Musa tinggal di istana, 40 tahun menjadi gembala kambing dan domba, dan 40 tahun dia diperas di hadapan matahari, alam, dan dari setiap binatang yang ada. Dia belajar untuk menjadi pemimpin yang tekun dalam mengembangkan kambing dan domba. Dia juga harus belajar untuk mengembangkan seluruh nilai pengetahuannya tentang Tuhan. Ini adalah sekolah alam. Relakah hatimu dibentuk? Jangan berpikir mau sukses dulu, jangan berpikir mau berhasil dulu karena Tuhan mau kita menjadi pemimpin yang jujur, pemimpin yang setia, pemimpin yang mau menyenangkan hatinya Tuhan.

Kerendahan hati Musa dicapai karena kualitas pengenalan akan Allah yang terus bertumbuh. Jadi jikalau kita mengikuti perjalanan Musa yang memimpin bangsa Israel maka kita akan menemukan bahwa Musa semakin lama semakin menyatakan kemuliaan Tuhan. Ia semakin memiliki emosi yang suci, semakin memiliki kesabaran dan ketekunan untuk mempersiapkan satu generasi yang lebih berhasil, yaitu Yosua dan Kaleb. Mereka dipersiapkan untuk memimpin masa depan.

(Ringkasan khotbah ini belum dikoreksi oleh pengkhotbah – TS )

MENANG TANPA PEPERANGAN (Pdt. Tumpal H. Hutahaean, M.Th.)

Hari ini kembali kita membahas tentang Musa. Saya memberikan judul “Menang Tanpa Peperangan”. Kita akan melihat mengapa Allah terkadang mengizinkan situasi dimana kita dituntut untuk melakukan tugas secara vertikal dan Tuhan yang menyelesaikan tugas secara horizontal. Terkadang Tuhan menuntut kita untuk melakukan hal yang bersifat horizontal. Kita harus taat dan Tuhan bisa memakai seluruh ketaatan kita di saat kita berperang untuk menyatakan kemuliaan Tuhan. Jadi tidak ada perang yang menyatakan kehebatan manusia. Tidak ada perang yang menyatakan kehebatan dari satu bangsa. Perang yang suci adalah perang yang menyatakan kemuliaan Tuhan di atas kemuliaan bangsa, militer, dan apapun juga. Mari kita membaca Keluaran 13:21, Keluaran 14:4, Keluaran 14:13-14, dan Mazmur 136:15.

 

PENDAHULUAN

Hidup adalah peperangan rohani. Ini mengingatkan kita bahwa di dalam hidup ini kita tidak boleh bersantai saja. Hidup kita tidak boleh dinikmati dengan berpusat pada diri kita sendiri karena kita tahu bahwa hidup kita sudah ditebus oleh Kristus. Darah Yesus sudah dicurahkan untuk kita dan seluruh dunia ini. Kita tahu bahwa di dalam dunia ini masih ada kuasa Iblis dan Iblis menguasai seluruh dunia dengan tipu muslihatnya untuk memanjakan kita dan untuk menenggelamkan kita dalam kemalasan atau tanpa nilai iman.

Mengapa demikian? Karena kita adalah anak-anak terang yang selalu diperangi oleh Iblis agar iman kita hancur (band. Kejadian 3:15). Sebelum akhir zaman, peperangan puncak akan terjadi yaitu peperangan Armageddon. Di situ kita melihat bahwa Iblis terus berusaha dengan segala siasat godaan dan seluruh tipu muslihatnya untuk menghancurkan iman kita. Peperangan ini sudah dinubuatkan oleh Tuhan ketika Iblis berhasil menjatuhkan Adam dan Hawa. Di dalam Kejadian 3:18 dikatakan bahwa Tuhan sejak saat itu akan membuat peperangan yang sejati dimana puncaknya adalah Yesus sendiri yang mengalahkan Iblis. Dikatakan bahwa Iblis akan menghancurkan tumit Tuhan tetapi Tuhan akan menghancurkan kepala Iblis. Kuasa maut akan dikalahkan dan Iblis tidak akan memiliki pengaruh lagi karena seluruh kejahatannya telah dikalahkan dan seluruh pengikut Iblis akan masuk ke dalam neraka.

Apa yang dipersiapkan Tuhan kepada kita (Efesus 6 dan Matius 26:52)? Jikalau kita sudah membaca ayat ini maka kita akan mengerti bahwa Tuhan akan melengkapi kita dengan memberikan kepada kita suatu perlengkapan yaitu ikat pinggang kebenaran. Jadi siapapun yang disebut sebagai anak Tuhan hidupnya harus benar. Siapapun yang disebut sebagai anak Tuhan harus berbajuzirahkan keadilan. Hidupnya harus menyukai kebenaran itu sendiri. Hidupnya harus mencintai seluruh nilai kebenaran. Kakinya harus berkasutkan kerelaan untuk melakukan penginjilan. Jadi setiap anak Tuhan hidupnya harus benar. Setiap anak Tuhan harus mencintai kebenaran dan ditegakkan di dalam nilai keadilan. Setiap anak Tuhan harus rela melakukan penginjilan. Kita juga akan diberi satu perisai, sehingga anak panah Iblis bisa kita lawan. Kita diberi juga ketopong keselamatan. Kita juga diberikan pedang Roh yaitu Firman Tuhan yang bisa mengalahkan seluruh kekuasaan Setan. Maka ketika Tuhan Yesus dicobai oleh Iblis di padang gurun, Tuhan berkata bahwa manusia hidup dari Firman Allah. Jikalau mulut atau bibir kita dipenuhi oleh Firman maka kita akan bisa mengalahkan segala godaan dan seluruh tipu daya Setan. Ini harus dilakukan dengan Firman. Firman itu harus kita baca. Firman itu harus kita hafalkan. Firman itulah yang paling ditakuti oleh Iblis. Saat kita membaca Firman dimanapun juga, Iblis tidak akan tahan dengan seluruh kebenaran Firman Tuhan. Iblis tidak takut dengan Firman yang hanya ditempel. Iblis tidak takut dengan Firman yang hanya diletakkan. Namun Iblis takut dengan Firman yang dikatakan oleh orang-orang benar yaitu kita. Oleh karena itulah ketika para murid ingin memakai pedang untuk melawan seluruh bala tentara yang menangkap Yesus, Yesus berkata di dalam Matius 26:52 “Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang. Ini mengingatkan kita bahwa peperangan di dalam Perjanjian Baru adalah peperangan dimana Tuhan berdaulat dan Tuhan tidak lagi mementingkan peperangan secara fisik.

Apakah semua peperangan di Perjanjian Lama, Allah yang berperang dan umat-Nya berdiam (band. Yosua 10:40)? Tidak semua. Pada waktu Yosua dilatih oleh Tuhan, dia yang berperang di depan. Ada waktu dimana ketaatan kita secara horizontal dituntut oleh Tuhan sebelum Ia ikut campur. Kadang-kadang kita disuruh memuji Tuhan saja dan kemudian Tuhan yang berperang. Ini mengajarkan kepada kita bahwa seluruh cara peperangan ditentukan oleh Tuhan. Kapan dan bagaimananya juga ditentukan oleh Tuhan.

Allah memakai 10 tulah untuk menyatakan kuasa dan keadilan-Nya untuk dewa-dewa Mesir dan Allah berperang untuk umat-Nya. Bagian ini sudah dibahas pada minggu sebelumnya. Allah menyatakan bahwa Diri-Nya mahakuasa. Ia menunjukkan kepada Firaun dan seluruh bangsa Mesir bahwa dewa-dewa mereka tidak ada apa-apanya dan bahwa Allah Israel-lah yang sejati.

 

PEMBAHASAN

Mengapa Allah memakai 10 tulah? Apa tujuan semuanya ini? Kita sudah membahas ini minggu lalu dan kita melihat bahwa 10 tulah ini sebenarnya ingin mempermalukan dewa-dewa yang disembah oleh orang Mesir sampai dewa yang tertinggi. Dewa yang dipermalukan pada tulah keempat, yaitu lalat pikat, bernama Baalzebub. Dia dipercaya dapat memberikan kelimpahan dan kemakmuran. Dewa yang paling tinggi adalah dewa Amon-Ra yaitu dewa matahari yang menguasai atmosfir. Pada tulah yang pertama yaitu air menjadi darah, mereka semua punya penangkalnya yaitu dewa Khnum dan Hapi. Pada waktu tulah katak mereka juga ada dewanya yaitu Heqet. Pada waktu berbicara tentang nyamuk mereka juga punya dewanya yaitu Geb. Pada waktu tulah lalat pikat mereka juga ada dewanya. Pada waktu tulah sakit sampar mereka juga ada dewanya yaitu dewa yang memberikan kesehatan kepada seluruh binatang yang mereka pelihara. Dewa itu bernama Ptah. Dewa yang memberikan kesembuhan bagi semua binatang adalah dewa Amun. Pada waktu mereka terkena tulah bisul, mereka punya dewa penyembuh untuk penyakit manusia yaitu Sekhmet dan Imhotep. Pada waktu berbicara tentang turunnya api dan es, mereka pun punya dewa-dewa yang mengendalikan seluruh perubahan cuaca yaitu dewa Nut, Isis, Set, dan Shu. Inilah para dewa yang mengatur semua dari keadaan alam; panas, dingin, hujan, dan lainnya. Pada waktu tulah belalang mereka juga punya dewanya yaitu Serapia. Pada waktu berbicara tentang kegelapan, mereka punya dewa yang tertinggi yaitu dewa Amon-Ra.

Semua dewa ini dipermalukan oleh Tuhan. Pada akhirnya mereka tidak mempunyai dewa yang bisa menyelamatkan mereka dari kematian. Semua dewa punya titik kelemahan yaitu tidak bisa membuat manusia menjadi kekal. Setiap kita akan mati dan kematian kita tidak ada yang bisa menghambat. Suatu saat Tuhan akan memanggil kita. Di sini baru kita mengetahui bahwa pada tulah yang ke-10 Tuhan menyatakan seluruh keadilan-Nya dan hukuman-Nya kepada para dewa untuk memberitahukan kepada orang Mesir bahwa Allah Israel-lah Allah yang sejati. Allah mau menyatakan bahwa para dewa yang mereka sembah adalah palsu adanya. Mukjizat yang mereka bisa lakukan terbatas adanya. Di sini kita baru mengerti apa tujuan dari semuanya itu yaitu supaya mereka tahu siapa Tuhan. Mereka diberitahu bahwa Allah itu hidup bagi orang Israel. Selama 400 tahun mereka menganiaya umat Tuhan dan Tuhan berdiam. Selama 400 tahun Mesir mencaci-maki umat Tuhan dan Tuhan berdiam. Di lain pihak orang Israel juga tidak sungguh-sungguh mencari Tuhan. Mereka tidak sungguh-sungguh bertobat. Sebagian di antara mereka justru berlari semakin jauh dari Tuhan. Ini juga yang membuat Tuhan berdiam. Tuhan berdiam ketika mereka dihina oleh orang-orang Mesir. Tuhan berdiam karena umat Tuhan tidak memiliki pertobatan yang sejati. Mereka tidak memiliki sikap yang menyatakan pertobatan. Selama 400 tahun Tuhan membiarkan mereka. Selama 30 tahun bangsa Israel tinggal di Mesir dalam keadaan yang baik karena ada Yusuf. Setelah ada Firaun yang baru yang tidak mengenal Yusuf, di situlah selama 400 tahun terjadi masa penganiayaan dan masa perbudakan.

Mengapa Allah yang berperang untuk umat-Nya? Apakah ini yang membuat umat-Nya menjadi manja? Jikalau yang mengerjakan PR anak adalah orang tuanya atau orang yang diminta oleh orang tuanya sampai ia masuk sekolah tinggi, maka ini tidak beres. Ada waktunya anak itu dikendalikan dalam nilai pembelajarannya. Jika anak kita masih TK maka kita akan mengarahkannya terus sampai ia lebih dewasa. Ada saatnya bagi kita sebagai orang tua untuk mengarahkan anak. Tetapi apabila sampai anak itu besar kita masih mengarahkan dia, maka dia akan menjadi anak yang manja. Di dalam bagian ini pendididkan tidak boleh memanjakan. Di dalam pendidikan orang tua tidak boleh mencuri perjuangan anak. Orang tua tidak boleh mencuri tanggung jawab anak. Di dalam bagian ini bukan berarti Tuhan akan memanjakan orang Israel. Tuhan ingin menunjukkan kuasa-Nya yang hebat, bukan hanya untuk orang Israel tetapi juga untuk bangsa-bangsa yang lain khususnya Mesir pada saat itu.

Alkitab mencatat bahwa tujuan yang pertama adalah untuk menyatakan kemuliaan Tuhan (Keluaran 14:4). Firaun dikeraskan hatinya oleh Tuhan. Dia akan membiarkan Israel pergi, namun ketika bangsa Israel akan pergi, Firaun akan berikhtiar untuk mengejar dan membunuh Israel. Tetapi semua itu Tuhan izinkan untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Jikalau kita membaca Alkitab mulai dari inkarnasi Kristus sampai kematian Kristus maka kita akan menemukan bahwa apa yang dilakukan-Nya selalu mengandung nilai kemuliaan Tuhan. Semua ini harus kita pelajari. Kita bisa melihat bahwa dalam seluruh nilai kelahiran Kristus sampai nilai kematian-Nya ada nilai glory to God atau mengandung satu kemuliaan Tuhan. Dia mati untuk mematikan kematian di dalam diri kita supaya kita bisa mendapatkan kemuliaan Tuhan. Kristus mati untuk mengalahkan kuasa dosa yang bisa meremukkan kita dan memasukkan kita ke dalam maut. Karena itulah di dalam aspek kematian Kristus selalu ada kuasa yang mengalahkan kematian. Pada waktu seseorang percaya kepada Kristus, dia akan bangkit setelah dia mati. Dalam seluruh nilai kehadiran Kristus sampai dengan kematian dan kebangkitan-Nya ada yang disebut state of glory. Di dalamnya ada pernyataan kemuliaan Tuhan dan ada nilai-nilai kemuliaan Tuhan. Inilah periode awal dimana kemuliaan Tuhan dinyatakan untuk bangsa Israel. Ini juga memberitahu orang-orang Mesir bahwa Allah itu hidup. Mereka harus mengakui bahwa Allah adalah Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub. Di situlah mereka akan melihat kemuliaan Tuhan. Mereka akan mengetahui tentang Allah yang maha hadir, maha tahu, dan maha kuasa. Tiga bagian inilah yang menunjukkan bahwa Allah bukanlah Allah yang dicipta. Allah ada di atas segala ciptaan karena Dia yang menciptakan. Dia memiliki kuasa yang tidak terbatas. Di dalam bagian inilah mereka akhirnya menyaksikan kemuliaan Tuhan.

Ketika bangsa Israel akan melewati jalan yang berbeda, Tuhan membuat mereka berjalan memutar agar tidak melewati wilayah Filistin. Tuhan mengarahkan mereka ke laut. Setelah itu mereka menyeberangi laut Teberau. Di saat itulah mereka harus taat kepada Musa dan mereka harus lebih mendekati laut. Saat itu Musa belum mengangkat tongkatnya untuk membelah laut. Di saat itulah mereka melihat dengan mata mereka sendiri pasukan kuda bala tentara Mesir yang ada di belakang mereka. Saat itu mereka gentar dan mengalami ketakutan karena berpikir akan dibunuh oleh Mesir. Alkitab berkata bahwa tiang awan itu membuat kacau penglihatan bala tentara Mesir. Mereka tidak bisa mendekat dan pada saat itulah kita tahu bahwa peperangan telah dimulai. Tuhan memakai tiang awan untuk mengaburkan cara pandang tentara Mesir. Mereka tidak bisa mendekati bangsa Israel. Di saat mereka gentar dan takut, Musa berkata bahwa Tuhan akan berperang untuk mereka. Mereka pun berdiam dan kemudian Tuhan memberitahu Musa agar ia mengangkat tongkatnya untuk membelah laut itu. Ia memimpin umat Tuhan berjalan di tanah yang kering untuk menuju ke tanah Kanaan. Perjalanan ini juga dipimpin oleh tiang awan dan tiang api. Pada saat mereka berjalan, mereka harus terus mengikuti pimpinan Tuhan.

Alasan kedua adalah untuk menyatakan kesetiaan Tuhan (Mazmur 136:15). Umat Tuhan bisa tidak setia namun Allah Penebus yang memerdekakan mereka adalah Allah yang setia. Umat Tuhan bisa tidak memuliakan Tuhan, namun Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya melalui tiang awan dan tiang api. Umat Tuhan tidak berani berperang melawan orang Mesir dan Firaun. Tuhan menyatakan peperangan-Nya dengan memakai alam untuk menenggelamkan seluruh pasukan Mesir dan menelan mereka sampai habis. Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya supaya orang Mesir tahu bahwa Ia adalah Tuhan yang setia yang tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Allah tidak pernah membiarkan umat-Nya mati. Kita membaca tentang kematian dari seluruh pasukan Mesir di laut itu. Apakah Tuhan suka dengan kematian? Tidak. Apakah Tuhan suka dengan kematian orang jahat? Tidak. Allah tidak suka ketika orang jahat itu mati. Tuhan sangat suka kalau orang jahat itu mati di dalam pertobatan. Tetapi ketika Tuhan harus menyatakan kemuliaan dan kesetiaan-Nya maka Tuhan tidak akan segan untuk menghukum mati orang yang ada di dalam dosanya. Tuhan pun tidak akan segan jikalau Dia melihat ada kejahatan yang terlalu berkembang di dalam satu bangsa. Tuhan tidak akan segan untuk meredam segala kejahatan itu supaya tidak berkembang sehingga orang jahat itu diizinkan mati di dalam dosa. Ini menunjukkan kepada kita bahwa bala tentara Mesir mati di dalam dosa. Alkitab mengatakan bahwa roda-roda dari kereta kuda Mesir mengalami kerusakan. Mereka tidak ada kesempatan untuk lari dan Alkitab mencatat bahwa Tuhan akhirnya membiarkan bangsa Israel sampai di seberang dan semua tentara Mesir mati tenggelam. Alkitab mencatat peperangan-peperangan yang berbeda dan kemenangan dari semua peperangan itu ada di dalam tangan Tuhan.

Dalam peperangan ini tidak usah kamu bertempur. Hai Yehuda dan Yerusalem, tinggallah berdiri di tempatmu, dan lihatlah bagaimana TUHAN memberikan kemenangan kepadamu. Janganlah kamu takut dan terkejut. Majulah besok menghadapi mereka, TUHAN akan menyertai kamu” (2 Tawarikh 20:17). Jadi Yosafat diminta agar bala tentaranya maju. Tugasnya adalah bernyanyi dan berdoa. Alkitab mengatakan bahwa orang lewi adalah orang yang diizinkan Tuhan untuk melayani umat Tuhan. Mereka adalah umat Tuhan yang mendapatkan penyertaan yang luar biasa. Kita selalu berada dalam peperangan rohani dan Tuhan punya waktu dan cara-Nya sendiri dalam memimpin kita di dalam setiap peperangan yang ada. Tugas kita adalah mengerjakan yang kita bisa secara vertikal yaitu beribadah, memuji Tuhan, berdoa, dan mengasihi dengan sungguh-sungguh. Kita harus membiarkan Tuhan memakai cara-Nya sendiri dalam mengalahkan musuh-musuh kita. Yang menyertai dia adalah tangan manusia, tetapi yang menyertai kita adalah TUHAN, Allah kita, yang membantu kita dan melakukan peperangan kita.” Oleh kata-kata Hizkia, raja Yehuda itu, rakyat mendapat kepercayaannya kembali (2 Tawarikh 32:8). Dari semua gambaran ini kita mengerti bahwa Tuhan ingin menyatakan kuasa-Nya, penyertaan-Nya, dan kemahahadiran-Nya. Tugas yang bisa kita kerjakan adalah beribadah. Kita tidak boleh mencoba mendahului waktu Tuhan atau memperlambat waktu Tuhan. Di sini kita diajarkan bahwa Yesus sudah berperang untuk kita dan Dia sudah menyatakan kemenangan atas maut. Darah-Nya sudah dicurahkan dan kematian tidak bisa mengikat kita karena Dia sudah bangkit pada hari yang ketiga. Tugas kita sekarang adalah berperang secara rohani. Kita harus menggunakan seluruh senjata perlengkapan rohani untuk melawan tipu muslihat Iblis. Apakah engkau sudah berikatpinggangkan kebenaran? Apakah engkau sudah berbajuzirahkan keadilan? Apakah kakimu sudah punya kerelaan dalam penginjilan? Jadi jikalau kita ingin berperang melawan orang-orang yang mempermalukan hidup kita dengan cara fisik maka itu salah. Kita harus percaya bahwa cara Tuhan itu lebih indah.

 

KESIMPULAN

Allah berdaulat mengatur segala-galanya, termasuk cara Dia menyatakan kemuliaan-Nya dalam setiap perkara yang terjadi dalam kehidupan kita. Nyatakanlah ketaatanmu dalam memuji Tuhan dan berdoa. Kerjakanlah dengan cara yang engkau bisa gunakan dan jangan menggunakan cara-cara yang gelap.

Jangan memperlambat waktu Tuhan atau mempercepat waktu Tuhan menurut waktu kita. Musa tidak bisa memperlambat karena irama yang mengatur adalah tiang awan dan tiang api. Tugas kita adalah berjalan mengikuti penyertaan Tuhan.

Apa yang menjadi tugas kita harus kita kerjakan dengan full commitment: Ibadah dan ketaatan – peperangan iman. Berapa banyak dari antara kita yang sudah masuk di dalam doa peperangan iman? Mintalah agar jiwa-jiwa di sekitar kita percaya kepada Tuhan. Berapa banyak dari antara kita yang sudah melakukan doa peperangan iman dan meminta agar rekan kerja kita bisa melihat kemuliaan Tuhan? Tuhan berperang untuk menyatakan kemuliaan-Nya dan kesetiaan-Nya. Tugas kita adalah masuk ke dalam dimensi doa peperangan rohani. Tuhan memberkati kita semua.

PANGGILAN DAN JANJI ALLAH Pdt. Tumpal H. Hutahaean

Ringkasan Khotbah 8 April 2018

Hari ini adalah khotbah bagian kedua berbicara tentang Abraham yaitu Panggilan dan Janji Allah.

 

Kejadian 12:2-32Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. 3Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”

Kisah Para Rasul 3:25 – Kamulah yang mewarisi nubuat-nubuat itu dan mendapat bagian dalam perjanjian yang telah diadakan Allah dengan nenek moyang kita, ketika Ia berfirman kepada Abraham: Oleh keturunanmu semua bangsa di muka bumi akan diberkati.

Dalam konteks ini Petrus berkhotbah di serambi Salomo. Ia harus berhadapan dengan orang-orang Yahudi yang tidak percaya bahwa Yesus adalah Mesias yang sejati. Rasul Petrus memakai pendekatan dari apa yang diajarkan dan dijanjikan Tuhan kepada Abraham.

Galatia 3:26-29 26Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. 27z Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. 28Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus. 29Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah.

 

Dua minggu yang lalu kita sudah membahas bagaimana panggilan Allah terhadap Abraham dan bagaimana Abraham yang sudah dipanggil melalui proses waktu dalam kebimbangan dalam keraguan sampai dia mendampingi ayahnya ke Haran. Sampai di Haran, ayahnya mati dan Abraham memutuskan taat kepada Tuhan. Dua point yang sudah kita bahas minggu lalu adalah Abraham dilatih oleh Tuhan untuk mengambil keputuan secara iman, bukan keputusan berdasarkan dengan pikiran saja, bukan keputusan emosional saja, bukan keputusan pengalaman demi pengalaman saja, tetapi apa kata Tuhan berkaitan dengan keimanan dan janji Tuhan. Abraham dilatih untuk taat akan pimpinan Tuhan, dan kita melihat semuanya itu menjadi indah pada waktu kita percaya program Tuhan adalah penuh dengan damai sejahtera, program Tuhan bukan rancangan kecelakaan, program Tuhan bukan membuat kita banyak masalah, tetapi program Tuhan adalah bagaimana kita dikasih pergumulan dan tantangan tetapi membuat kita makin bersandar kepada Tuhan. Dikasih sebanyak mungkin penderitaan membuat kita melihat kekuatan Allah dan akhirmya kita memuliakan Tuhan. Seluruh hidup kita adalah hidup dalam program Tuhan.

Kita juga sudah belajar apa dasar pertimbangan yang tepat sebagai anak Tuhan dan kita belajar dari Abraham. Bukan pertimbangan dan aspek nilai dari pandangan Humanism (satu pertimbangan yang menjadikan manusia sebagai pusat dari pertimbangan tersebut). Pada waktu engkau mengambi keputusan apakah pertimbangkan nilai kasihmu kepada Tuhan, cintamu terhadap kebenaran? Bagaimana dengan hati nuranimu, apakah dipenuhi damai? Apakah engkau punya potensi untuk mencapai itu? Lihat titik kelemahanmu. Apakah kelemahanmu dapat mengagalkan program yang ada? Mungkinkah titik kelemahanmu diubah menjadi titik kekuatan untuk mencapai itu semua? Milikilah satu komitmen untuk punya satu komitmen untuk membangun satu fokus hidup dalam nilai strategi apa yang engkau ingin capai.

Maka tujuan harus diselaraskan oleh tujuan Tuhan bukan bertujuan hanya berkaitan dengan diri. Tujuan Tuhan adalah tujuan yang berkaitan dengan kemuliaan Tuhan dan bagaimana kita menyenangkan Tuhan. Pada waktu kita hidup, pikirkan dampak hidupmu terhadap orang-orang sekitarmu, apakah hidupmu boleh menjadi garam dan terang. Setelah itu buatlah skala prioritas sehingga kita dapat memilah mana yang penting dan tidak. Sehingga setiap kita punya skala prioritas dan fokus. Setelah itu buatlah strategi yang tepat dan disini kita dapat belajar dari Abraham mengenai hal ini.

 

Adakah di antara kita yang bernah berjanji kepada Tuhan, tetapi belum digenapi? Misalnya: Engkau berjanji untuk menjadi hamba Tuhan secara full time, tetapi sampai saat ini belum tergenapi? Mungkin engkau berpikir bahwa pada saat itu hanyalah reaksi emosional saja.. Mungkinkah kita pernah bernazar kepada Tuhan bahwa kita ingin hidup menyenangkan orang tua? Pernahkah engkau bernazar untuk hidupmu menjadi garam dan terang dunia? Pernahkah engkau bernazar untuk sungguh-sungguh mematikan potensi dosa dalam dirimu supaya hidupmu boleh dipakai oleh Tuhan? Setiap kita mungkin pernah bernazar atau berjanji kepada Tuhan. Sebuah perjanjian ada nilai komitmen. Di dalam nilai komitmen ada nilai kesetiaan, ada harga yang harus dibayar, ada pembuktian cinta kasihnya. Kita tidak mungkin berani menikah dengan orang yang tidak berani berkomitmen. Alkitab mengatakan, pernikahan hanya sekali seumur hidup dan hanya satu pasangan. Setelah menikah tidak boleh bercerai atau berpikir untuk menikah lagi dengan yang lain.

Mengapa Allah berjanji terhadap Abraham? Allah itu sempurna Allah tidak mungkin gagal. Di dalam perjanjian Allah dan Abraham, siapa yang lebih banyak dirugikan dalam nilai perjanjian itu? Pasti Allah. Di sinilah kita melihat perjanjian dari atas ke bawah sifatnya anugrah. Perjanjian dari pada yang kekal kepada sesuatu yang sementara. Perjanjian yang mengandung satu nilai kasih Tuhan kepada diri kita. Apakah perjanjian Allah terhadap Abraham bersifat kekal atau sementara? Ya, Kekal. Adakah karakteristik sebuah perjanjian? Ada. Ada perjanjian yang terkondisikan dan bersyarat, tetapi ada pula perjanjian yang nilainya tidak bersyarat. Allah itu setia dengan janjinya dan Allah tidak mungkin menggagalkan janji-Nya hanya karena Abraham itu lemah. Allah itu berkuasa Allah sanggup mengubah Abraham menjadi Bapa orang beriman di dalam proses waktu.

 

Kita melihat panggilan Tuhan terhadap Abraham adalah menjadi Bapa orang beriman. Ini adalah satu nilai contoh bahwa setiap laki-laki harus memiliki karakteristik orang beriman ditengah-tengah keluarga. Laki-laki harus berperan sebagai seorang pemimpin iman di keluarga. Itulah ajaran hukum Taurat, itulah ajaran Perjanjian Lama. Mengapa di dalam hukum pendidikan seorang laki-laki harus menjadi pemimpin iman? Karena belajar dari Abraham, Bapa orang beriman. Bagaimana jikalau suami saya tidak bisa kasih contoh di dalam keimanannya? Untuk sementara waktu engkau istri ambil peran itu. Tetapi jikalau suamimu sudah bisa bertumbuh dan sudah bisa jadi contoh serahkanlah tugas kepemimpinan iman itu kepada suamimu. Bagaimana jikalau sampai dia tuapun tidak bisa menjadi contoh? Itu adalah salibmu. Mengapa pada waktu menikah tidak memikirkan hal itu? Jadi di dalam bagian inilah, hai engkau laki-laki, ambil kewajibanmu, menjadi pemimpin iman. Kalau kita memaksa hal rohani kepada pasangan kita, itu adalah suci, itu hal yang baik. Di dalam bagian ini kita laki-laki adalah pemimpin iman, kita harus siap untuk menjadi contoh untuk istri dan anak anak sebagai orang yang beriman.

Tuhan memanggil Abraham tahun 2000-an awal sebelum masehi. Tuhan memberikan janji. Janji itu ada 3 bagian, yaitu: Pertama, berbicara tentang keturunan (Kej. 12, 15, 17) dan berkaitan dengan janji sunat. Kedua, janji keselamatan. Ketiga, di dalam Kej. 12:7, ada janji kepemilikan tanah. Apakah janji-janji ini akan langsung dicapai? Tidak. Perlu adanya proses. Setelah Abraham mengerti panggilan Tuhan baru ada janji. Jangan biarkan anak mendapat janji mu jika belum matang secara mental dan rohani. Di sini kita melihat di dalam panggilan ada proses, yaitu proses ketaatan, proses pembinaan ketaatan iman dari pada Abraham.

Di dalam bagian penggenapan keturunan, hal itu baru terjadi 25 tahun kemudian. Pada usia 75 tahun awal, Tuhan menjanjikan Abraham akan punya keturunan melalui Sara. Tetapi setelah lewat 15 tahun tidak mendapatkan keturunan, mereka mulai bimbang. Umur semakin tua dan waktupun terus berjalan. Setelah sekian lama Tuhan memberi janji itu, Abraham pun tidak percaya, Tuhan justru sengaja memprogram anak perjanjian itu adalah anak mujizat. Bukan anak yang bersifat murahan tetapi anak yang dihasilkan karena iman. Ini berarti Tuhan ingin memberikan satu keturunan kepada Abraham dan Sara karena nilai anugrah Tuhan yang melampaui kondisi Abraham dan Sara pada saat itu. Bisakah anak dilahirkan tanpa iman dikuduskan oleh Tuhan? Bisa. Tetapi bagaimana dengan peristiwa Daud dengan Batsyeba? Anak karena kedagingan akhirnya harus mati, setelah itu barulah lahir anak kedua dari Batsyeba karena sesuatu yang sudah disucikan dan karena iman lahirlah Salomo. Tetapi mungkinkah anak- anak yang lahir bukan karena kesucian dan iman bisa dikuduskan? Bisa. Jikalau anak-anak itu sungguh-sungguh bertobat dan kembali kepada Tuhan.

Abraham dan Sarah tidak lulus saat diuji kesabarannya. Mereka mendahului waktu Tuhan karena diri sudah tua, dan tidak melihat secara iman. Sehingga akhirnya lahirlah Ismael dan hal ini terus menjadi permasalahan hingga hari ini. Di dalam bagian ini kita harus belajar antara panggilan dan janji Allah, ada proses. Hati-hati dengan kesenjangan iman, kita terima janji tetapi tidak sabar, mendahului janji Tuhan bisa mengalami penyesalan. Maka mengerti kehendak Tuhan untuk yang kita pilih dalam kita kuliah, yang kita pilih untuk langkah membangun keluarga dan mendidik anak-anak kita.

Proses itu indah. Jika engkau menikah proses mempunyai anak itu lama, maka proses itu adalah pelatihan. Jadi jangan mendahului Tuhan dan jangan kendalikan Tuhan, nanti akan menjadi seperti Abraham. Dia menuntut Tuhan bukan berdasarkan waktu Tuhan. Kita melihat Tuhan melindungi Abraham ketika terjadi musim kekeringan. Mereka pergi ke Mesir dan kehadiran Sara menghebohkan wilayah Mesir pada saat itu. Sara itu begitu cantik dan menawan hingga raja Firaun menginginkan Sara. Abraham pun berkata, “Dia adik ku.” Mengapa Abraham berkata demikian? Karena Abraham takut dibunuh jika dia mengatakan Sara sebagai istrinya. Sarah dan Abraham pun terpaksa berbohong. Saat itulah iman Abraham belum kuat, maka dikatakan di dalam Kejadian 12:17, bahwa karena Firaun mengambil Sara jadi istrinya, Allah mendatangkan tulah bagi seluruh istananya. Setelah itu Raja Firaun sadar dan menyerahkan kembali Sara kepada Abraham. Di sini kita diajarkan bahwa Tuhan berjanji dan Tuhan melindungi.

Di dalam kelemahan iman Abraham, Tuhan yang mengatakan bahwa Tuhanlah yang berkuasa untuk Abraham belajar melihat Tuhan. Jangan melihat dirimu yang takut dibunuh, Akulah Allah yang memelihara hidupmu. Kita melihat proses keimanan Abraham jatuh bangun. Mengapa pada saat Abraham dikasih pelayan cantik Tuhan tidak mencegah? Sedangkan Sara diserahkan kapada Firaun malah mendapatkan tulah? Para penafsir banyak yang mengatakan, rahim dari Sarah harus suci, sumber anak perjanjian harus dilahirkan dalam kesucian. Kita juga percaya doa seorang istri terhadap suami yang cemar bisa menyucikan hubungan suami istri. Bagian ini mengajarkan kepada kita, Tuhan tidak bermain-main terhadap Sara di dalam kesuciannya. Tetapi Allah membiarkan Abraham memperoleh anak dari hamba perempuannya adalah karena Tuhan mempunyai program untuk melalui keturunan Ismael ada pelatihan kemuliaan iman dari pada bangsa yang besar itu. Bukan berarti Allah perancang dosa, bukan berarti Allah yang mengatur strategi segala sesuatu.

Setelah itu, Abraham menjadi orang yang begitu hebat dalam melatih bala tentara, menjadi orang yang hebat untuk menghasilkan orang-orang yang pandai dalam berkelahi dan berperang dan terbukti Abraham mengalahkan raja-raja wilayah timur pada saat itu. Ia bisa merebut kembali Lot dari kerajaan yang begitu kuat pada saat itu. Di sini kita melihat bahwa dia melangkah lagi dengan iman yang lebih hebat. Bagaimanakah dengan kepemilikan tanah? Tanah Kanaan baru dimiliki setelah 500 tahun kurang lebih. Abraham di tahun 2000 B.C, Yosua merebut tanah kanaan 1572 B. C, ternyata prosesnya panjang. Apakah semuanya ini berhenti di sini? Tidak. Semuanya itu punya nilai penggenapan, maka kita melihat keturunan karena iman, keturunan yang punya satu nilai anugerah keselamatan. Di dalam Gal. 3:16-28, dijelaskan bahwa melalui keturunan itulah akan menghasilkan sumber keselamatan yaitu Yesus Kristus.

Bagaimana dengan janji aspek keselamatan dan pemeliharaan Tuhan melalui dari Gal. 3:26-27? Jelas sekali kita menerima janji keselamatan itu pada waktu kita percaya kepada Yesus Kristus. Pada waktu kita mendapatkan keselamatan dalam Yesus Kristus, kita mendapatkan janji bahwa keselamatan yang kita terima itu tidak mungkin hilang. Jikalau hidup kita ada di tangan Yesus, tidak ada kuasa mana pun yang bisa merebut diri kita. Tuhan Yesus yang pegang, jadi kita diberikan janji keselamatan bukan karena perbuatan baik kita, bukan karena hebatnya kita beragama, bukan hebatnya hidup saleh kita, tetapi semua itu karena jaminan dan anugerah dari Yesus Kristus, dan janji yang Tuhan berikan kepada Abraham bersifat kekal bukan bersifat sementara. Semua janji itu akhirnya tergenapi di dalam Perjanjian Baru.

Dalam Gal. 3:28-29, seluruh janji bisa kita miliki di dalam Yesus Kristus. Tanah Kanaan sekarang bukan berbicara lagi tanah Kanaan yang bersifat materi tetapi tanah Kanaan yang bersifat surgawi. Di dalam bagian ini maka kita katakan Amin. Hidup kita selalu ada di dalam penyertaan Tuhan. Dididklah anak cucu kita di depan dengan iman, dihasilkan karena iman, dibesarkan karena iman, berjalan di dalam iman, maka akan selalu mendapatkan penyertaan Tuhan. Biarlah anak-anak kita mengerti ada panggilan khusus yaitu panggilan untuk menyatakan panggilan umum ketika kamu menjadi seorang pelajar, seorang yang bekerja, menjadi seorang wirausahawan. Jadi jangan berhenti jikalau kita melakukan mandat Injil saja, kita harus mengajarkan apa yang diajarkan Tuhan kepada kita dalam nilai pengajaran dan budaya. Waktu Tuhan bagi kita, tidak ada yang tahu. Berapa lama kita umur kita, kita juga tidak tahu. Tetapi satu hal yang kita tahu bahwa mati adalah keuntungan dan hidup adalah bagi Kristus. Tekankan bahwa selama engkau hidup, hidupmu bagi Kristus. Setiap kita pasti akan mati tetapi kita yang sekarang masih hidup mari kita berfikir hidup dalam nilai panggilan Tuhan.

Sudahkah engkau tahu mengapa engkau dipanggil untuk bergereja di gereja Reformed? Sudahkah engkau mengerti kenapa engkau bertempat tinggal di kabupaten bekasi dan sekitarnya? Sudahkah engkau mengerti mengapa engkau dipanggil menjadi seorang suami atau istri? Jangan lupa esensi kita mengerti kehendak Tuhan. Jikalau engkau tidak mengerti panggilan Tuhan, engkau hanya mengerti panggilan perasaanmu, panggilan biologismu, panggilan umurmu, engkau tidak mengerti panggilan Tuhan untuk menikah hidupmu, maka pasti akan gagal pada waktu engkau menjadi suami atau istri. Jadi di dalam bagian ini engkau harus mengerti apa kandungan di dalam panggilan Tuhan yang berkaitan dengan janji Allah. Pada waktu imanmu hidup berkaitan dengan Tuhan maka engkau jadi orang Reformed. Mengapa demikian? Calvin mengatakan ibadah adalah ekspresi kita untuk mengikat lagi perjanjian dengan Tuhan untuk kita menjadi anak anak kudus Tuhan. Perjanjian kita dengan Tuhan adalah ekspresi rasa syukur kita kepada Tuhan dimana Tuhan sudah memelihara hidup kita, dan ibadah adalah dimana kita memuliakan Tuhan, dan Firman yang menjadi pusat. Maka kita belajar panggilan dan janji Allah tidak pernah berubah di dalam hidup kita. Panggilan dan janji Allah tidak mungkin gagal karena kelemahan kita, karena Allah terus akan merubah kita seperti Tuhan merubah Abraham, dari kelemahan, ketakutan, kekuatiran, diubah oleh Tuhan untuk jadi bapa yang besar yaitu bapa segala bangsa untuk orang-orang beriman. Biarlah setiap kita belajar panggilan dan janji Allah untuk hidupmu terus memuliakan Tuhan. Amin.

 

Tuhan memberkati.

KUBUR KOSONG

Di dalam lukas 24, tercatat dengan detail semua peristiwa demi peristiwa, semua gejolak emosi yang berkaitan dengan kubur kosong. Jika ditanya: Pernahkah dalam hidup ini kita merayakan satu nilai dimana hidup kita boleh merasakan suatu kesedihan, tetapi merayakan sukacita? Alkitab mencatat satu realita dimana kematian Kristus akhirnya mendatangkan satu perayaan yang besar. Di dalam bagian ini kita mempelajari tiga hal.

Pertama, realita kubur kosong menyatakan satu realita yang menyakitkan. Mengapa realita yang menyakitkan? Butuh tiga hari murid-murid dalam keadaan takut, mengunci pintu, dalam keadaan kuatir menjadi korban selanjutnya atau dibunuh oleh tentara-tentara Romawi/orang-orang Yahudi pada saat itu. Realita yang menyakitkan karena Tuhan yang sudah menjadi sandaran hidup mereka harus tidak ada di sisi mereka. Realita menyakitkan karena seolah-olah kebenaran dikalahkan oleh kekuatan politik, dikalahkan oleh kekuatan agamawi pada saat itu, kalah dengan kekuatan militer, kalah dengan gerakan-gerakan pencemooh. Siapakah diantara mereka yang sungguh sungguh memiliki keberanian untuk menerima realita itu? Siapakah yang lari dari realita itu? Kita menyaksikan para wanita: Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Yohana, mereka pagi-pagi benar, jam 3 pagi mereka datang untuk mengunjungi makan Yesus. Saat itulah mereka melihat akan batu yang sudah dipindahkan dan timbullah kekuatiran, dimanakah jenazah Guruku? Dimanakah Dia? Saat kekuatiran itu tiba dalam suasana yang mencekam itulah mereka mendengar ada dua orang malaikat yang berkata: “Siapakah yang engkau cari, hai ibu?” Di situ kita melihat ada percakapan yang dikatakan oleh malaikat: “Dia telah hidup, Dia telah bangkit. Bukankah Dia pernah mengajarkan kepada engkau di Galilea bahwa Tuhan akan diserahkan kepada penjahat, Tuhan akan disiksa, Tuhan akan menderita, Tuhan akan mati dan Tuhan akan bangkit pada hari ketiga? Di situlah kita melihat reatreat tiga hari puncaknya adalah sebuah kelas di goa kuburan Yesus. Banyak diantara kita begitu dikasihi Tuhan. Tuhan tidak rela jika kita merasakan keputusasaan tanpa nilai kebenaran, Tuhan tidak rela jikalau kita merasakan hidup kita seperti dibuang tetapi realitanya hidup kita sedang diajar, Tuhan tidak rela jikalau kita mengalami kesedihan yang terlalu dalam tanpa melihat Tuhan adalah pemegang seluruh realita kehidupan kita.

Di dalam bagian inilah saudara mari kita melihat pengajaran langsung dari Tuhan Yesus. Ini mengajarkan kepada kita peristiwa kubur kosong adalah peristiwa konfirmasi hal yamg sakit dari pada dirimu, hal yang menyedihkan dari dirimu, harus berubah di dalam kepastian Kristus yang hidup. Jikalau kita menghadapi pergumulan demi pergumulan, kesakitan demi kesakitan, dan kita tidak melihat Tuhan itu hidup, maka kita akan hancur di dalam kesedihan kita yang tanpa nilai itu. Kita akan rusak karena kita begitu menyiksa diri tanpa melihat realita Tuhan hidup untuk menghidupkan dan meraih satu kemenangan bersama Dia. Di sinilah kita melihat perlu turut campur dari kehadiran Kristus. Ada perubahan cara pandang bahwa Dia adalah Allah yang menguasai kehidupan. Dia bangkit membuktikan bahwa maut tidak bisa mengunci Dia, dan alam maut tidak bisa melihat dia.

Ada banyak orang masih ragu dan pesimis, ketika Maria Magdalena, Yohana, Maria Ibu Yakobus memberi tahu kepada murid-murid seluruh peristiwa itu. Hal ini mengajarkan kepada kita bagaimana kita melihat satu realita yang benar-benar menyakitkan berubah menjadi realita yang punya satu nilai kepastian. Ada proses. Para muridpun dikatakan mereka tidak langsung. Merekapun butuh butuh proses. Di dalam proses, itu butuh iman. Ini yang kedua, realita keimanan. Malaikat-malaikat mengkonfirmasi seluruh yang dikatakan Tuhan bahwa dia akan bangkit pada hari yang ketiga. Satu kebenaran jikalau tidak disingkap dengan iman, mungkin kacamata kita akan menjadi kacamata prejudice. Mungkin kita akan berpikir: Yesus tidak bangkit, mayatnya telah diculik, mayatnya sudah diambil oleh orang lain. Dari aspek medis mengatakan Yesus tidak bangkit dari kematian, Dia hanya mati suri, dan bukan sungguh-sungguh mati. Alkitab mengatakan realita kebenaran, Dia sungguh-sungguh bangkit pada hari yang ketiga. Di dalam realita itu kita melihat kebenaran: Tidak ada gerhana selama 3 jam, tidak ada peristiwa Gempa yang mengakibatkan Bait Allah yang dibangun oleh Herodes tirainya harus terbelah. 3 jam kegelapan menjadi ekpresi kesedihan Allah atas ketidakpercayaan manusia kepada Kritus yang adalah Mesias dan Juruselamat. Kesedihan Tuhan akhirnya ditandakan dengan satu peristiwa setelah itu. Tuhan Yesus berteriak: “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?”Di dalam doa pertama Yesus memanggil Allah Bapa. Setelah itu diakhiri dengan menyebut nama Bapa, “Bapa kuserahkan seluruh nyawaku kepadaMu”. Pada saat itulah peristiwa penebusan terjadi, maka di dalam peristiwa itu ditandai dengan Bait Allah harus mengalami satu pembaharuan, yaitu tidak ada lagi yang disebut ruang suci, dan ruang mahasuci. Mengapa demikian? Karena Dia telah mati dan Dia membuktikan Dia bangkit. Artinya Tuhan akan menjadi Raja gereja, Dia akan menjadi Imam diatas segala imam, Dia Nabi di atas segala  nabi.

Kita mendengar Firman Tuhan butuh proses untuk menghasilkan keimanan. Di dalam  bagian inilah Tuhan Yesus menampakkan kepada wanita pada saat itu, dan menampakkan diri lagi kepada orang-orang di Emaus. Tuhan ada di kelompok itu dan mereka baru sadar ketika Yesus mengadakan perjamuan. Mata mereka terbuka dan melihat siapa Yesus. Setelah itu Tuhan Yesus menghilang. Kemudian Tuhan Yesus menampakkan diri kepada kesebelas murid dalam keadaan rumah dikunci. Yesus berkata: “Damai beserta dengan engkau”. Di sinilah kita melihat konfirmasi demi konfirmasi, perbedaan konteks dengan konteks, yang mengajarkan kepada kita kubur kosong harus kita terima dengan iman. Kubur kosong harus membangkitkan iman kita bahwa Yesus tidak kalah dengan kematian. Yesus tidak ditelan oleh maut sebaliknya dia mengalahkan akan maut itu. Maka apapun peristiwa yang kita hadapi, yang menyakitkan, realitanya tidak engkau inginkan, kehilangan orang yang kita cintai, kehilangan barang yang kita senangi, jangan lupa ada kebenaran, ada iman. Segala sesuatu lihat dari kacamata iman. Pakailah kacamata dari keimananmu sehingga kita tidak salah bersikap. Thomas salah bersikap dengan katakan: “Aku tidak percaya jikalau aku belum melihat dengan mata kepalaku sendiri”. Mengapa demikian?  Karena Thomas tidak melihat semua itu dengan iman. Maka Tuhan berkata setelah Dia memberikan konfirmasi konfirmasi kepada Thomas: “Berbahagialah kita yang tidak melihat namun percaya.” Maka bukalah telingamu pada waktu engkau membaca Firman Tuhan, renungkan Firman itu dan resapi. Biarlah firman membelah pada setiap kehidupanmu jikalau kehidupanmu ada yang gelap, jikalau kehidupan mu ada yang kotor, biarlah Firman itu akan membongkar itu semua. Di sanalah iman kita bertumbuh. Iman yang mampu menghadapi ketakutan demi ketakutan dan iman akan menghadapi realita dalam satu milai optimis bahwa didalam Tuhan aku bisa melakukan segala sesuatu.

Ketiga, dari realita yang menyakitkan menjadi satu realita keimanan, kemudian realita yang siap diutus. Tuhan hadir dua kali kepada murid-murid. Murid-murid pada saat itu dalam keadaan pintu dikunci Tuhan menerobosi ruang dan waktu, membuktikan Dia hidup. Pada waktu Dia membangun realita komitmen dan pengutusan, Tuhan hadir lagi di danau Tiberias. Saat itu murid-murid tidak mengerti. Setelah Tuhan hadir, Tuhan menanyakan makanan kepada murid- murid-Nya, lalu merekapun menjawab tidak ada ikan dan kapal mereka juga di tepi pantai. Tuhan berkata: “Tebarkanlah jalamu”, dan beberapa saat kemudian mereka tahu jala mereka dipenuhi oleh ikan. Pada saat itulah mereka baru sadar siapa yang dihadapan mereka, yaitu Tuhan Yesus. Kenapa Tuhan Yesus harus hadir 2 kali untuk murid-murid-Nya? Karena murid- murid tidak mengerti realita kebangkitan harus menghasilkan komitmen yang baru dan harus menghasilkan hidup dalam pengutusan Tuhan. Atas dasar realita ini, kita tidak boleh lagi hidup di dalam ketakutan kubur kosong. Kubur kosong menandakan Tuhan hidup, Tuhan adalah Raja di atas segala Raja. Dia membuktikan bahwa Dia sudah bangkit dan kebangkitan-Nya menyatakan bahwa dia adalah Tuhan yang sejati, dan Tuhan yang sejati itulah yang mengutus murid-murid-Nya untuk hidup penuh dengan komitmen. Karena melalui Paskah, menyatakan kita menang atas kematian. Jika kita tidak takut dengan kematian maka yang kita harus lakukan adalah isi hidupmu.

Setiap kita akan mati, setiap kita akan bangkit bersama dengan Tuhan tetapi dalam seluruh periode waktu mari kita mengisi hidup ini dengan sesuatu yang berarti. Jangan kosong, harus punya komitmen, jangan tanpa arah, harus punya fokus, jangan mengandalkan manusia, harus siap diutus bersama dengan Tuhan. Kaitkanlah seluruh realita studimu, realita kerjamu, realita usahamu, realita dari seluruh keluargamu, dikaitkan dengan kita sedang diutus Tuhan untuk mendemonstrasian Tuhan hidup di dalam seluruh kehidupan kita. Alkitab mencatat kematian bisa jauh lebih baik dari pada nilai kelahiran. Kematian di dalam Kristus lebih mahal dari pada minyak, lebih mahal dari pada tahtamu, lebih mahal dari pada emasmu, karena kematian orang percaya adalah kematian untuk hidup memuliakan nama Tuhan.

Marilah kita boleh sungguh melalui paskah ini dengan menyadari bahwa kubur kosong adalah sebuah realita yang menyakitkan, tetapi telah berubah menjadi realita untuk kita hidup pasti di dalam Tuhan. Realita kebenaran harus kita sikapi dengan realita keimanan dan realita kebangkitan harus kita sikapi dengan realita komitmen untuk kita siap diutus bagi Tuhan. Waspadalah pada setan yang akan menjatuhkan kehidupan kita melalui sikap dan perilaku kita, dalam pekerjaan dan dalam relasi dengan siapapun. Sehingga akhirnya bukan Tuhan yang dipermuliakan tetapi Tuhan malah dipermalukan. Jangan tidur dalam kebodohan, jangan tidur dalam kemalasan, jangan tidur dalam pembenaran diri, jangan tidur dalam sikap yang tidak mengutamakan Tuhan. Kita harus bangkit karena kubur kosong berarti Tuhan hidup di dalam keseluruhan hidup kita. Amin.

Tuhan memberkati.

 

(Ringkasan Khotbah ini belum dikoreksi oleh pengkhotbah –YFS)