Orang benar binasa, dan tidak ada seorangpun yang memperhatikannya; orang-orang saleh tercabut nyawanya, dan tidak ada seorangpun yang mengindahkannya; sungguh, karena merajalelanya kejahatan, tercabutlah nyawa orang benar dan ia masuk ke tempat damai; orang-orang yang hidup dengan lurus hati mendapat perhentian di atas tempat tidurnya (Yesaya 57:1-2).
Allah, Sumber Segala Kuasa
Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas (Yohanes 19:11a)
Kuasa Pengubah
Ada yang mengatakan bahwa uang adalah syarat mutlak bagi seseorang yang ingin melakukan perubahan besar. Tidak mengherankan jika pendapat ini bisa muncul karena kedaulatan uang memang sangat besar. Uang bisa memberikan kuasa besar bagi pemiliknya sehingga ia bisa melakukan perubahan yang besar pula. Sebidang tanah luas yang belum ada apapun bisa berubah secara sangat drastis jika para pengembang (developer) mengubahnya. Mereka memiliki harta yang sangat banyak (dengan demikian memiliki kuasa yang sangat besar) sehingga mereka bisa dengan sangat mudah melakukan perubahan yang besar dan signifikan. Dengan teknologi masa kini, seorang perempuan yang tidak cantik (namun memiliki uang) bisa berubah menjadi perempuan yang sangat cantik. Tidak mengejutkan bila banyak orang berpendapat bahwa uang memiliki kuasa pengubah yang terbesar di dunia ini.
Namun Alkitab memberikan suatu narasi yang lain. Alkitab menyatakan bahwa Allah adalah sumber kuasa pengubah. Allah memakai manusia untuk melakukan perubahan. Bagaimana Allah melakukan hal ini? Apakah Allah menjadikan hamba-hamba-Nya kaya secara materi terlebih dahulu sebelum mengutus mereka? Allah memberikan kuasa-Nya, yang tidak mungkin dibeli dengan uang sebanyak apapun, kepada hamba-hamba-Nya. Ketika Simon si penyihir mau membeli kuasa Allah, Rasul Petrus berkata: Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang (Kisah Para Rasul 8:20). Allah mengutus Rasul Petrus sebagai pengubah bukan dengan kuasa uang tetapi dengan kuasa ilahi-Nya: Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!” Lalu ia memegang tangan kanan orang itu dan membantu dia berdiri. Seketika itu juga kuatlah kaki dan mata kaki orang itu (Kisah Para Rasul 3:6-7).
Pertanyaan renungan: manakah yang kita pentingkan; kuasa Allah atau kuasa uang? Sudahkah kita yang percaya kepada kuasa Allah yang besar rajin berdoa kepada-Nya? Sudahkah kita mengandalkan Allah sepenuhnya di dalam panggilan kita sebagai pengubah atau agen perubahan?
Panggilan Pengubah
Manusia hidup dan diciptakan sebagai makhluk yang aktif. Di dalam keaktifannya, manusia membuat perubahan atau perbedaan. Perintah pertama Allah kepada manusia adalah: Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi (Kejadian 1:28). Jumlah manusia yang tadinya hanya 2 orang harus berubah menjadi banyak. Manusia yang pada mulanya berkumpul di 1 tempat harus mengubah situasi itu sehingga seluruh bumi dipenuhi. Manusia harus membuat perubahan sehingga bumi yang tadinya belum ditaklukkan menjadi ditaklukkan. Manusia juga diperintahkan untuk berkuasa atau memimpin atas semua hewan. Pemimpin seharusnya membuat perubahan yaitu mengubah yang buruk atau baik menjadi lebih baik dengan kuasa yang dimilikinya.
Namun setelah kejatuhan dalam dosa, manusia mengubah bukan lagi sesuai dengan maksud dan tujuan Allah tetapi sesuai dengan maksud dan tujuan manusia yang berdosa. Manusia yang pada mulanya dipanggil untuk bertambah banyak malah saling membunuh. Manusia yang seharusnya memenuhi bumi malah berkumpul di 1 tempat (Kejadian 11:4). Manusia yang seharusnya mencerminkan atribut Allah menjadi manusia yang mencerminkan dosa. Dosa juga adalah pengubah. Manusia berdosa bisa hidup secara pasif atau ikut aktif mengubah di dalam dosa.
Bagaimana dengan orang-orang yang sudah ditebus oleh Tuhan Yesus Kristus? Mereka diubahkan terlebih dahulu oleh Tuhan supaya mereka bisa menjadi pengubah yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Orang Kristen dipanggil bukan saja untuk pasif berdosa (atau tidak berdosa) tetapi juga untuk aktif mengubah dalam kesucian dan kebenaran. Hal yang menyedihkan adalah ketika banyak orang jahat begitu aktif mengadakan perubahan yang negatif tetapi banyak orang Kristen begitu pasif sehingga tidak menghasilkan perubahan apapun–atau malah ikut aktif berbuat jahat. Edmund Burke berkata: The only thing necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing (terjemahan bebas: satu-satunya syarat yang diperlukan agar kejahatan menang adalah kepasifan orang-orang baik).
Pertanyaan renungan: apakah kita sudah diubahkan? Sudahkah kita berubah menjadi orang yang lebih baik sebelum kita mengubah hal-hal di sekitar kita? Sadarkah kita bahwa kita dipanggil sebagai pengubah? Perubahan apa yang ingin kita capai untuk kemuliaan Tuhan?
Kedaulatan Uang vs Kedaulatan Allah
Uang menjadi berharga bukan karena uang itu sendiri. Uang menjadi berharga karena uang bisa ditukar dengan barang atau jasa yang kita anggap berharga. Uang menjadi berharga juga karena dianggap bisa menjamin masa depan kita. Selain itu, uang bisa memberikan pemiliknya kuasa. Scarface berkata: ‘In this country, you gotta make the money first. Then when you get the money, you get the power’ (terjemahan bebas: di negara ini, engkau harus mencari uang terlebih dahulu. Ketika engkau sudah mendapatkan uang, engkau mendapatkan kuasa). Banyak negara ingin menjadi kaya, mungkin bukan demi kesejahteraan rakyatnya tetapi demi mendapatkan kekuasaan yang melebihi negara-negara lain. Orang-orang kaya disegani bukan karena banyaknya barang yang ia miliki tetapi karena kekuasaan yang ia raih melalui uangnya.
Selain kuasa, uang bisa memberikan pemiliknya kebebasan untuk memilih. Orang kaya bisa memilih untuk tetap kaya atau menjadi miskin, sedangkan orang miskin seringkali tidak bisa memilih untuk menjadi orang kaya. Orang kaya bisa memilih makanan yang ia suka, namun orang miskin hanya bisa memilih makanan yang baginya terjangkau. Orang kaya bisa memilih di mana ia mau tinggal dan berapa besar rumah yang ia mau tempati, namun orang miskin tidak demikian.
Tidak ada orang yang mencari uang demi uang itu sendiri. Kalaupun ada orang yang berbuat demikian, maka kemungkinan ia tidak waras. Orang-orang mencari uang demi mendapatkan apa yang uang itu bisa berikan. Kedaulatan uang tampak begitu besar, bahkan seolah lebih besar daripada kedaulatan Allah. Banyak orang Kristen tertipu sehingga mereka berpikir bahwa Mamon lebih berkuasa daripada Yesus. Namun Allah berkata: Kepunyaan-Kulah perak dan kepunyaan-Kulah emas, demikianlah firman TUHAN semesta alam (Hagai 2:9). Allah adalah pencipta segala sesuatu dan Dialah yang memiliki semuanya. Allah-lah yang berkuasa memberikan kekayaan kepada siapapun juga. Ayub 42:12 TUHAN memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu; ia mendapat empat belas ribu ekor kambing domba, dan enam ribu unta, seribu pasang lembu, dan seribu ekor keledai betina. 1 Raja-Raja 3:13 Dan juga apa yang tidak kauminta Aku berikan kepadamu, baik kekayaan maupun kemuliaan, sehingga sepanjang umurmu takkan ada seorangpun seperti engkau di antara raja-raja.
Pertanyaan Renungan: sudahkah kita menyadari bahwa uang berada di bawah kuasa Allah? Sadarkah kita bahwa Allah-lah yang memberikan dan mengambil segala sesuatu termasuk harta?