Perbuatan Baik yang Menjauhkan Dosa

Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya. (Kejadian 4:7)

 

Habel telah memberikan persembahan yang berkenan kepada Allah, tidak seperti Kain. Namun Kain memberikan respon yang salah, yaitu kemarahan dan bukan pertobatan agar belajar dari Habel. Tuhan mengetahui isi hati Kain yang sedang marah. Meskipun Kain telah memberikan respon yang salah, Tuhan tetap mencarinya dan memberikannya peringatan agar jangan sampai berbuat dosa. Kita dapat mempelajari beberapa poin dalam peringatan Tuhan pada Kejadian 4:7.

 

Continue reading “Perbuatan Baik yang Menjauhkan Dosa”

Allah: Permulaan dari Segalanya

Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi (Kejadian 1:1)

Ayat pembuka dalam Alkitab ini mengajarkan begitu banyak hal kepada orang Kristen. Ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa; 1) Allah adalah permulaan dari segala sesuatu, 2) Allah memiliki kuasa yang terbesar, 3) Allah adalah Pribadi yang kreatif. Tentu saja ada lebih banyak pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini, namun dalam renungan ini kita akan menyorot ketiga hal ini saja.

Continue reading “Allah: Permulaan dari Segalanya”

Uang: Ilah yang Nyata

Hampir tidak ada tempat yang dimana uang tidak berharga. Uang adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Hampir tidak mungkin seseorang dapat hidup tanpa uang. Uang merupakan motivasi seseorang melakukan banyak hal. Uang pun juga dipakai di dalam gereja. Uang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, namun Alkitab banyak memberikan pengajaran mengenai uang dan memerintahkan orang percaya untuk menjaga hati terhadap uang.

Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. –Matius 6:24-

Dalam ayat di atas terdapat suatu hal yang unik: Allah mensejajarkan diri-Nya degan uang (Mamon). Ini bukan berarti Yesus menganggap dirinya setara dengan uang, tetapi ayat ini mau menyatakan bahwa manusia berdosa seringkali di dalam hatinya menyamakan uang dengan Allah. Yesus menyatakan isi hati manusia. Ayat ini juga menegur mereka yang berpikir bahwa mereka bisa menjadi hamba dari kedua tuan ini. Hendriksen menulis “The man with misplaced heart (verse 21) and misdirected mind (verse 22 and 23) also suffers from a misaligned will, a will not in line with God’s will (verse 24). He imagines, perhaps, that he can give his full allegiance to the two goals of glorifying God and acquiring material possessions, but he errs. He will either hate the one and love the other, or vice versa.” (1)

Maka seorang Kristen harus membuat pilihan mengenai tuan yang akan ia sembah. Yesus berkata “sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” (Mat 19:23) Ini bukan berarti bahwa semua orang kaya akan masuk ke neraka, tetapi banyak orang kaya yang hatinya dijerat oleh hartanya yang banyak sehingga uang menjadi tuannya. Kasus ini dapat dilihat pada anak muda yang kaya (Mat 19:16-22). Hendriksen menulis “With what difficulty those who possess an abundance of earthly wealth and continue to cling to it will enter that kingdom. Difficult indeed (verses 23, 24); impossible even (verses 25, 27).” (2)

Paulus menulis kepada Timotius “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.” (1 Tim 6:10) Perlu diperhatikan bahwa ayat ini tidak menyatakan satu-satunya akar kejahatan adalah cinta akan uang. Walter L. Liefeld menulis “…it is not the root of all evil, but a (NIV, NRSV) root or ‘at the root’ (NLT) of all kinds of evil, as implied by the Greek text.” (3)

Alkitab telah memberikan peringatan yang begitu sering dan begitu jelas kepada orang Kristen. Maka sudah seharusnya umat Tuhan menjadi umat yang menjaga hatinya agar uang tidak menjadi tuan yang menggantikan Tuhan. Kebiasaan mengecek motivasi dalam melakukan segala hal dapat menjadi suatu langkah yang penting dalam kehidupan orang Kristen.

Catatan Akhir:

(1) William Hendriksen, New Testament Commentary: Matthew, (Grand Rapids, Michigan: Baker Book House, 1973), 347-8.
(2) William Hendriksen, New Testament Commentary: Mark, (Grand Rapids, Michigan: Baker Book House, 1975), 398.
(3) Walter L. Liefeld, The NIV Application Commentary: 1 and 2 Timothy, Titus, (Grand Rapids, Michigan, Zondervan, 1999), 206.

Penulis: Tommy Suryadi
Dikutip dari http://www.apologetikakristen.com/uang-ilah-yang-nyata/

Alkitab Sebagai Dasar Psikologi

Banyak ilmu psikologi sudah dipaparkan oleh banyak tokoh psikolog terkenal dunia. Namun mereka memakai wawasan dunia sekuler sehingga mereka menganalisa masalah dan memberikan solusi sesuai dengan wawasan dunia tersebut. Mereka menolak memakai wawasan dunia Alkitab dan tidak benar-benar menemukan solusi yang terbaik bagi permasalahan manusia. Sebagai orang Kristen kita harus memahami apa yang Alkitab katakan sebagai dasar psikologi.

Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia. –Yoh 2:24-25-

Sejak zaman modern, mulai terjadi pemisahan antara sakral dan sekuler. Roger E. Olson menulis “What are some other acids of modernity besides rationalism, skepticism and scientism/naturalism? One could add to these secularism—belief that life can be lived successfully without God or religion—which leads to the privatization of religion in which it has no voice in the public square.” (1)

Pemisahan ini berarti Alkitab dianggap tidak berpengaruh apa-apa di luar gereja. Allah hanya menjadi Allah di dalam gereja saja. Bidang-bidang seperti sains, ilmu sosial, dan psikologi memiliki daerahnya sendiri yang Alkitab tidak berhak untuk sentuh. Kekristenan tidak bisa menggarami dunia karena hanya memiliki suara di dalam gedung gereja dan tidak bisa keluar.

Namun jika kita percaya bahwa Allah adalah berdaulat penuh atas seluruh dunia, berarti Ia berkuasa atas segala bidang. Allah berkuasa tidak hanya di dalam gereja tetapi juga di institusi pendidikan, pemerintahan, perdagangan, termasuk psikologi. Allah yang menciptakan manusia adalah Allah yang paling mengerti manusia. Ia juga berdaulat atas hidup manusia. Anthony A. Hoekema menulis “Menurut Paulus, kita berhutang kepada Allah atas setiap napas kita; kita bereksistensi hanya di dalam Dia; di dalam setiap gerakan yang kita lakukan, kita bergantung kepada-Nya. Kita tidak akan mampu mengangkat satu jari pun di luar kehendak Allah.” (2)

Jika Allah yang paling mengerti siapa manusia, maka sudah sepantasnya psikologi didasarkan pada Firman Tuhan. Ketika para psikolog sekuler mencoba mendefinisikan masalah manusia di luar Alkitab dan gagal menemukan solusi yang terbaik, Alkitab dengan jelas memaparkan bahwa masalah paling utama manusia adalah dosa. Masalah dosa hanya dapat diselesaikan oleh Tuhan sendiri. Kebenaran ini nyata terpancar dalam kesaksian-kesaksian hamba-hamba-Nya yang menemukan semua jawaban di dalam Tuhan. Poythress dalam bukunya Redeeming Sociology menulis “Sin laces language with deceit and laces society with oppression and suffering. If God is not the remedy, what is? People have tried all kinds of alternatives. One possible alternative says that rather than sin being the problem, some structure in language or society or both imprisons us and keeps us from authentic living. And there is a grain of truth in what they say, since language and society, and not merely individuals, show effects from sin. These effects of sin bring untold suffering and damage, and press the lives of human beings more deeply into misery and sin.” (3)

Catatan Akhir:

(1) Roger E. Olson, The Journey of Modern Theology, (Downers Grove, Illinois: IVP, 2013), 26.
(2) Anthony A. Hoekema, Manusia: Ciptaan Menurut Gambar Allah, (Surabaya: Momentum, 2012), 8.
(3) Vern S. Poythress, Redeeming Sociology: A God-Centered Approach, (Wheaton, Illinois: Crossway, 2011), 12.

Penulis: Tommy Suryadi
Disadur dari website www.apolologetikakristen.com

http://www.apologetikakristen.com/alkitab-sebagai-dasar-psikologi/#more-385