Efesus 4: 25 – 5:4
Bagaimana kita tahu bahwa kita sudah hidup dalam kebenaran dan kekudusan ? Orang yang benar dan kudus selalu memiliki amarah yang suci. Dan kita harus memiliki kemurahan kasih dimana ada kesabaran di dalamnya – makrotemia. Itu menjelaskan orang yang sabar itu adalah orang yang bisa menahan sesuatu yang besar yang mungkin menjengkelkan, merugikan, dan yang bisa membuat dia marah. Di sini kita melihat orang sabar ada waktunya. Kita bisa marah untuk kebenaran dan membangun.
Terkadang kita dikagetkan dgn sikap atau tingkah laku orang Kristen yg hidupnya sangat duniawi. Mengapa hal ini dapat terjadi? Apakah mereka ini adalah orang yang hanya mengaku Kristen tetapi tanpa Kristus? .. Atau Mereka sudah pernah lahir baru tetapi belum sungguh-sungguh hidup di dalam Kristus? Kita mendapat laporan pada tahun baru puluhan orang mati karena kecelakaan. Tidak sedikit orang mabuk, termasuk juga orang kristen apalagi di daerah yang mayoritas kristen seperti di Papua dan Manado. Mereka adalah orang-orang yang mungkin kita pikir orang kristen, tapi tingkah laku mereka kacau, rusak, dan tidak melihat itu sebagai suatu yang harus diperbaiki. Orang-orang demikian pasti akan terlihat dalam pengujian ruang dan waktu dimana justru akan semakin memperlihatkan bagaimana sebenarnya hati mereka kepada Kristus. Mereka mungkin sudah pernah percaya tapi tidak sungguh-sungguh membangun imannya di dalam Kristus, sehingga bukan Kristus yang bercahaya dalam hidup mereka tapi masih manusia lama yang berdosa menguasai hidup mereka.
Paulus mendorong kita sekalian untuk tidak mencuri tapi bekerja keras. Dalam pengertian kata mencuri bahasa ibrani dan yunani, istilah mencuri ini bukan hanya menunjukan pengambilan benda secara fisik yang bukan milik kita. Pengertian mencuri di sini termasuk juga tindakan memanipulasi data untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Atau memperoleh keuntungan begitu besar dan tidak dalam ukuran sewajarnya misalnya sampai 100%. Dalam pengertian yang luas, Paulus mengajarkan kepada jemaat di Efesus, baik orang kecil, orang besar, orang mapan: jangan mencuri!
Ada beberapa kebudayaan di Indonesia seperti melegalkan pencurian. Orang Papua beranggapan jikalau sudah matahari terbenam ada benda-benda diluar rumah itu artinya boleh dinikmati semua orang. Jadi kalau kita punya buah yang sudah matang dan belum diambil, berarti berhak orang yang tahu itu mengambilnya. Mereka tidak menganggap dosa, sehingga ketika mereka ambil pun mereka tidak ada rasa bersalah dan tidak ada hukum yang bisa menghukum, karena itu sudah lumrah. Jadi dalam budaya Papua, tidak diajar tata krama, kesopanan, atau pun hal-hal mengenai tidak boleh merugikan orang lain. Di Sumatera Selatan, ada dua lokasi yang kalau musim paceklik, gagal panen, justru memperbolehkan untuk mengambil atau mencuri untuk kebutuhan kampung mereka. Mencuri untuk kepentingan kampung mereka itu adalah hal baik menurut mereka. Teroris yang di Ciputat yang baru dibunuh, ternyata ditemukan banyak memiliki buku dari Baasyir yang mengatakan kita boleh merampok orang kafir demi menegakkan syariat islam.
Di sini kita lihat Paulus mencerdaskan jemaat Efesus, dia mendorong agar jemaat di sana membuktikan hidup kudus dan di hadapan Tuhan dan sesama. Dan Paulus menekankan tema bekerjalah dan hidup untuk menjadi berkat bagi orang lain. Mental mencuri adalah mental yang merugikan masyarakat atau negara secara umum. Jikalau seseorang sudah sungguh-sungguh menjadi anak Tuhan maka ia harus berubah dalam tiga hal :
- Mindset tentang Hidup. Kita harus percaya kalau kita sungguh-sungguh anak Tuhan, mindset kita hidup adalah bekerja. Bukan hidup untuk menikmati hidup, memboroskan hidup, tapi hidup untuk bekerja. Karena Alkitab mengatakan kita adalah makhluk yang bekerja. Adam dan Hawa ditempatkan di Taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara ciptaan. Alkitab tidak mencatat malaikat di surga tiap hari diatur untuk masak, mengatur kebersihan untuk Adam dan Hawa. Mereka harus berjuang untuk mendapat makanan. Ini menegaskan bahwa orang hidup harus bekerja. Kenapa kita bekerja, karena kita diberikan akal budi, kreatifitas and mandat untuk mengelola bumi.
- Mindset tentang Harta. Setiap orang perlu uang, tapi uang bukanlah sumber kebahagiaan. Harta adalah alat untuk menjadi berkat untuk orang lain, jadi bukan harta sebagai alat untuk kepuasan emosi, bukan sebagai alat untuk menunjukan martabat atau kehebatan kita. Kita harus melihat harta sebagai alat untuk menjadi berkat bagi orang lain. Di sini Paulus mengajarkan, jikalau kamu sudah tidak mencuri tapi bekerja dengan keras, jangan lupa juga menjadi berkat bagi orang lain yang memerlukan. Kita bukan diperbudak oleh uang, kekuasaan atau kenikmatan tapi kita adalah budak Tuhan dalam kebenaran. Sumber kebahagiaan adalah hati yang tidak diikat oleh harta. Kita tidak memboroskan uang untuk kepentingkan diri, tapi kita berani memboroskan uang untuk pekerjaan Tuhan. Kita tidak dijajah harta, tapi mengelola harta.
- Mindset tentang Hati. Hati yang bersyukur adalah hati yang membedakan kita dengan orang-orang diluar kekristenan. Kita diminta untuk bersyukur dalam segala hal. Ini yang membuat kita tidak pernah iri dengan orang yang sukses secara harta. Jangan berpikir hati kita bersyukur kalau kita ada di dalam istana yang indah. Tuhan menarik Musa keluar dari istana Firaun supaya dia punya hati yang dekat dengan Tuhan, bukan hati yang dekat dengan kenikmatan. Diajar keluar oleh Tuhan dengan hidup sebagai penggembala, setelah lewat pengujian ini baru dia jadi pemimpin yang berhasil. Kenapa? karena Tuhan menggarap hatinya dulu.
Setelah 3 mindset itu diubah, Paulus mengajarkan bahwa prinsip hidup adalah perjuangan. Melalui Kejadian 1:28 dan 2:15, 19 dikatakan kita memang harus bekerja. Bekerja sebagai nilai tanggung jawab mengelola bumi dengan segala isinya. Alkitab mencatat ada 4 hal, mengapa kita diminta untuk menjadi pekerja yang keras :
- Belajar dari semut
Dikatakan dalam Amsal 6:6, “Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak.” Dan dalam Amsal 30:25, “Semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas,” Semut itu adalah binatang yang rapi dalam bekerja. Semut bisa mencium seusatu yang manis dalam jarak 5-10 meter. Sesudah itu mempunyai jaringan informasi yang begitu kuat sehingga dalam waktu singkat banyak semut berkumpul di tempat yang manis. Ini membuktikan bahwa binatang kecil ini bisa menghasilkan kerja yang baik, punya nilai koordinasi dan kerjasama. Hidup belajar dari semut, rajin dan tekun. Walaupun dia kecil, tapi bekerja siang dan malam. Kita harus studi baik-baik, kuliah baik-baik, ada kesempatan cari peluang kerja, berespon dengan cepat, sehingga kita jadi pekerja yang handal dan bisa diandalkan dalam kinerja produktif kita seperti semut. Jadi kita diajar untuk jadi pekerja keras dan tidak boros.
- Bekerja dengan cepat dan tepat
Hal ini juga dijelaskan Amsal 10:4, “Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya.” Dan Amsal 12:24, “Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa.” Kita harus rajin, orang rajin adalah orang yang tidak akan kekurangan dan akan diberkati oleh Tuhan. Kita jangan terjebak oleh libur, libur, libur. Nanti membangkitkan semangat kita itu perlu dari nol. Kerajinan dibangun di atas dasar kekuatan firman dan diekspresikan dalam nilai kerja. Setiap orang bekerja harus rajin dan produktif. Orang yang rajin akan diberkati Tuhan contohnya Yusuf.
- Hidup Untuk Mandiri
2 Tesalonika 3:12, mengatakan: “Orang-orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri.”
Hidup orang kristen tidak boleh jadi benalu, tidak boleh jadi kanker bagi orang lain. Di amerika dan Eropa banyak perusahaan yang membuka peluang kerja bagi lansia. Kerja mereka adalah pekerjaan yang tidak perlu menggunakan otak yang besar, tapi kerja yang bersifat motorik. Kita harus lihat, orang yang sudah berumur pun tidak mau disebut tidak produktif, mereka akan tetap cari kerja bukan lihat uang tapi cari kerja untuk isi waktu dan mandiri. Kita harus berdoa dan buktikan hidup kita mandiri. Kenapa engkau belajar? Untuk membuktikan nanti didepan kita bisa diandalkan sebagai pekerja yang baik dan mandiri.
- Bekerja Untuk Tuhan
Roma 11:36, “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” Segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia dan untuk Dia. Pada waktu kita bekerja jangan pikir untuk diri. Pada waktu kita bekerja jangan untuk keluarga atau menunjukan diri kita berhasil. Ingat, bekerja adalah tanggung jawab untuk Tuhan. Paulus ingin mengajarkan kepada kita agar menjadi pekerja-pekerja Tuhan yang andal yang mengutamakan kejujuran dan produktifitas.