Sikap Seorang Hamba dan Pekerja Pdt. Tumpal H. Hutahaean, M. Th

Efesus 6:5-8

Pada saat itu banyak yang dijadikan budak. Ada juga pekerja yang sudah merdeka tapi mereka rata-rata juga masih termasuk golongan budak, jarang sekali adalah orang benar-benar merdeka. Bekerja dikaitkan dengan Kristus. ini menunjukan pada kita nilai yang penting. Baca lagi di Kolose 3:22-25. Ay. 25, Tuhan bisa menghukum ketika orang salah bersikap, salah berbuat, salah dalam ketekunan. Artinya ketika bekerja tidak dikaitkan oleh Tuhan dan tidak memuliakan nama Tuhan maka kita bisa dihukum oleh Tuhan.

Pada zaman romawi kuno, hampir setiap rumah mempunyai pekerja yang mana sebagian besar adalah budak. Pada tahun 30-60 SM (tahun dimana Paulus hidup), total budak yang dimiliki orang romawi itu 60-70 juta. Ternyata tidak semua budak itu bodoh. Ternyata budak bisa juga orang-orang yang terpelajar seperti guru, dokter, atau staff administrasi. Selain itu juga kebanyakan adalah tenaga kasar atau buruh. Ada juga sebagai tenaga pembantu yang ada di rumah-rumah.  Bagaimana orang romawi bisa punya budak seperti itu? Ada yang dibeli, warisan keluarga, atau juga karena kompensasi pembayaran hutang. Budak-budak bisa dijadikan bargaining utk bayar hutang. Mereka tidak lagi dilihat sebagai manusia tetapi sebagai benda atau alat. Mereka sebagai obyek pemuasan dan pemerasan tuannya. Budak tidak dihormati, karena itu mereka sering mendapat perlakuan yang semena-mena dari tuannya. Tidak ada hukum yang mengatur kesejahteraan mereka, tidak ada hukum yang melindungi hak-hak mereka. Mereka hanya dituntut untuk melakukan kewajiban-kewajiban. Kita melihat ternyata Paulus dalam pelayanannya di Efesus dan Asia Kecil banyak memenangkan budak atau hamba seperti ini. Setelah mereka menerima Kristus, mereka diperbaharui cara pandangnya dalam nilai kerja. Paulus tidak menekankan pembelaan hak, tetapi mengajarkan kepada mereka satu nilai kewajiban. Dulu mereka bekerja kewajibannya horizontal, Paulus memperbaharui sudut pandang sekarang menjadi vertical dan horizontal. Pada waktu mereka kembali kepada tuannya, mereka harus punya nilai kewajiban karena melalui kewajiban seseorang kelihatan nilai martabatnya, tanggung jawabnya dan keseriusannya. Maka kita harus mengerti apa yang harus kita buktikan dalam bekerja adalah buktikan nilai kewajiban kita. Paulus menekankan ini karena mereka semua sudah menjadi orang berbeda di dalam Yesus Kristus. Di situ Tuhan meminta mereka, sebagai pekerja Kristen yang takut akan Tuhan harus bisa mendemonstrasikan kualitas iman mereka. Sebagai pekerja yang percaya kepada Kristus, walaupun mereka budak, mendapat diskriminasi, tindakan yang semena-mena, menderita, mereka harus membuktikan dan mendemonstrasikan iman mereka. Kalau kita punya tuan yang semena-mena, beranikah kita tetap mendemonstrasikan iman? Yang paling mudah adalah lari. Tapi menjadi orang Kristen hal seperti itu adalalah kesempatan untuk bersaksi.

Paulus ingin membangun paradigma yang baru dan konsep bekerja yang baru. (1) pekerja Tuhan harus memiliki ketaatan. Seperti dikatakan dalam ayat 5, “Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus”. Sikap dalam ketaatan yaitu ada takut, gentar dan tulus seperti kepada Kristus. Bukan saja ketaatan horizontal tapi juga vertical. Orang yang taat tidak berani melanggar nilai kerja dalam waktu dan kinerja. Pekerja yang taat datang tepat waktu. Kalau kita bekerja jam 8, maka masuknya jam setengah 8. Karena start bekerja jam 8. Berarti perusahaan menuntut mulai produktif jam 8. Kita kadang-kadang banyak alasan, sehingga datangnya telat. Hal ini dikerjakan bukan hanya karena taat kepada tuan di dunia melainkan taat karena melihat Tuhan yang sudah menebus kita. Jadi kita taat dalam nilai takut akan Tuhan. Dalam waktu kita bekerja, itu adalah waktu kita ibadah. Paradigmanya dikatakan engkau taat seperti taat kepada Yesus. Pada waktu kita bekerja, itu adalah nilai ibadah maka wajar kita harus takut akan Tuhan karena kita tidak mau melalui nilai kerja kita nama Tuhan dipermalukan.

Sikap yang gentar adalah bagaimana melalui pekerjaan itu dia mau mencapai yang terbaik. Dia takut kalau pekerjaan itu tidak mencapai yang terbaik bagi Tuhan,  makanya dia gentar. Orang yang gentar kalau bekerja akan selalu memberikan yang terbaik. Sudah dikerjakan dengan baik, dia juga tetap mempunyai hati yang tulus, tetap rendah hati. Gentar karena tahu bahwa ini adalah ibadah di mata Tuhan. Tuhan melihat nilai kinerja kita. jadi ketika orang melihat pekerjaan kita dan memuji kita, kita tetap tulus hati, tidak mencuri kemuliaan Tuhan. semuanya hanya karena anugerah Tuhan. Di sini kita melihat, ketaatan kita bukan hanya kepada atasan/rekan kita tetapi taat kita seperti taat kepada Tuhan Yesus. Kita harus mempunyai sikap kegentaran dan takut akan Tuhan.

Yusuf dikatakan bahwa apa yang dilakukannya selalu berhasil. Walaupun dia mulai dari bawah, pembantu rumah tangga menjadi manager potifar bahkan semua milik potifar dikelola dengan baik, semuanya menghasilkan berlimpah-limpah. Potifar tidak perlu lagi memperhatikan Yusuf, semuanya sudah berjalan dengan baik. Yusuf bukan lulusan sekolah besar, tapi dia lulusan hati yang takut akan Tuhan. Apa yang diperbuatnya berhasil karena Tuhan selalu beserta dengan dia. Yusus bekerja dengan ketaatan. Bahkan ketika dia difitnah dan dimasukkan ke dalam penjara, dia juga mampu mengatur para tahanan/penjahat, padahal mengatur penjahat itu kan susah. Kita harus belajar bahwa tidak boleh melihat pekerjaan kita itu kecil, karena ketika kita setia pada perkara kecil Tuhan akan memberikan kita perkara yang besar. Saya kenal orang reformed, dia adalah pimpinan bank, komisaris bank, ketua perbanas padahal dulu dia adalah orang kecil. Dia lulusan UI, dia bekerja biasa-biasa sebagai audit di sebuah bank, lalu dia menemukan kejanggalan-kejanggalan pada bank tersebut lalu akhirnya dia menemukan bahwa atasannya melakukan manipulasi. Kalau dia bongkar dia bisa dipecat, tapi dengan berani dia tetap membongkar pada struktur yang tepat. Dia akhirnya diangkat pelan-pelan menjadi pejabat yang penting karena memang dia punya kejujuran dan hati yang takut akan Tuhan. Tuhan itu memunculkan setiap anak-anaknya, tidak perlu latar belakangnya orang kaya. Tuhan bisa munculkan dari latar belakang orang biasa saja, tetapi dia memiliki kejujuran dan hati yang takut akan Tuhan. Paulus menekankan bahwa mereka harus membuktikan bahwa nilai kerja mereka mempunyai nilai ketaatan. Ketaatan bersifat total karena kerja adalah ibadah di hadapan Tuhan.

(2) Milikilah motivasi dengan melihat diri sebagai hamba-hamba Kristus. Kita sebagai hamba-hamba Kristus. Dalam ayat 6 dikatakan, “jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah.”Pada waktu engkau bekerja, lakukanlah itu untuk menggenapkan kehendak Tuhan. Kita ini messenger Tuhan. Kita diutus melalui kepintaran / keahlian kita untuk menjadi garam dan terang di perusahaan kita. Kita bekerja dengan motivasi yang baik untuk memajukan perusahaan. Paulus tidak membicarakan hak, Paulus membicarakan kewajiban demi kewajiban. “Sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah” . Saya sering mengatakan kepada anak saya hati-hati dengan kenyamanan, kerutinan, fasilitas dan segala sesuatu. Kalau itu membuat kita nyaman itu bisa menjadi pembunuh yang paling halus untuk kinerja kita. Kuncinya adalah bikin perjuangan untuk yang kita kerjakan melalui fasilitas itu punya aspek terobosan. Ketika kita punya semua, manfaatkan itu untuk kita bisa lebih baik lagi. Kalau ada pekerja yang motivasinya sebagai hamba-hamba Kristus, dia melakukan nilai kerja untuk menggenapkan kehendak Tuhan berkaitan dengan kemuliaan Tuhan.

(3) Dan dengan kerelaan menjalan semua yang ditugaskan. Dalam ayat 7 dikatakan, “dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia.” Ditekankan aspek pelayanan. Jadi bekerja seperti melayani. Yang ditekankan adalah “dengan rela” berarti pada waktu kita bekerja dan diberi lagi tugas, engkau sedang dipercaya. Waktu engkau dipercaya, jangan mengeluh atau bersungut-sungut. Harga sebuah kepercayaan dalam perusahaan itu mahal. Kalau kita bisa dipercaya, berarti kita orang yang punya bobot, tanggung jawab dan hasil yang baik. Maka pada waktu diberikan tugas demi tugas, anggaplah semua itu sebagai pelayanan. Yang harus engkau miliki adalah kerelaan. Setia dalam perkara kecil, Tuhan akan tambahkan perkara besar. Ketika kita dipercaya bos kita untuk kerjakan tugas, terimalah itu dengan sikap rela dan senang karena berarti kita dipercaya. Kita harus punya paradigma, bekerja seperti melayani Tuhan Yesus.

                (4) Mencapai hasil yang terbaik bagi Tuhan dan menerima balasan dari Tuhan. Seperti dalam ayat 8 dikatakan “Kamu tahu, bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan.” Kata “yang baik” pada bagian ini selalu berkaitan dengan Efesus 2:10 “Kita diselamatkan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik dan pekerjaan yang baik itu sesuatu yang bersifat kekal. Berarti pada waktu kita bekerja dituntut satu nilai hasil. Hasilnya apa? Nilai yang terbaik yang bersifat kekal. Hasil itu akan bisa menghasilkan sesuatu yang terbaik pada nilai kinerja kita karena kita selalu berpikir untuk berbuat yang terbaik bagi Tuhan Yesus. Kita punya nilai kapasitas. Kita punya nilai aspek dari seluruh nilai kinerja kita. Soli Deo Gloria.