Sinning with a High Hand

Tetapi orang yang berbuat sesuatu dengan sengaja, baik orang Israel asli, baik orang asing, orang itu menjadi penista TUHAN, ia harus dilenyapkan dari tengah-tengah bangsanya. (Bilangan 15:30)

 

Kitab Bilangan pasal ke-15 membicarakan tentang dosa yang tidak sengaja dan dosa yang disengaja. Dikatakan bahwa mereka yang berdosa secara sengaja telah menjadi penista Tuhan dan harus dilenyapkan dari tengah-tengah Israel. Pernahkah kita melakukan dosa secara sengaja? Kita pasti pernah. Adakah tokoh di dalam Alkitab yang melakukan dosa secara sengaja? Ada banyak. Abraham melakukan dosa dengan sengaja. Ia berbohong kepada Firaun dan Abimelekh. Ishak juga berbohong. Yakub berbohong kepada ayahnya sendiri dan kakaknya. Musa berdosa dengan tidak melaksanakan sesuai perintah Tuhan. Daud berdosa secara sengaja dalam hal membunuh Uria, berzinah dengan Betsyeba, dan membohongi rakyat. Kasus-kasus seperti inikah yang dimaksudkan ayat di atas? Mengapa mereka tidak dilenyapkan oleh Tuhan?

Bilangan 15:30 sebenarnya membicarakan tentang ‘sinning with a high hand.‘ Dalam budaya Timur Dekat Kuno, kita bisa menemukan gambar atau patung dimana ada seseorang yang mengacungkan tangannya ke arah langit. Ini berarti orang tersebut sedang secara langsung menantang Allah. Orang ini sama sekali tidak punya rasa takut kepada Allah dan siap untuk melawan-Nya. Inilah yang dilakukan oleh para pemimpin agama yang melawan pemberitaan Injil secara frontal.

Ada seorang yang pernah berkata ‘aku memang pemabuk dan suka bermain perempuan, tapi aku tidak terima jika Nama Allah-ku dinista.’ Orang ini masih melakukan dosa, namun bukan ‘dosa dengan tangan teracung’ seperti yang dilakukan oleh para pemimpin agama. Dosa dengan tangan teracung merupakan dosa yang derajatnya lebih parah daripada dengan dosa lainnya.

Memperbaiki Diri Sendiri Terlebih Dahulu

Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? (Matius 7:3)

 

Manakah yang lebih mudah: melihat kesalahan pada diri orang lain atau pada diri sendiri? Manusia berdosa lebih mudah melihat kesalahan orang lain daripada kesalahan dirinya sendiri. Saat Adam ditanya oleh Tuhan mengapa ia memakan buah tersebut, Adam menjawab ‘perempuan yang Kau tempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.’ Adam menyalahkan Hawa atas apa yang terjadi. Ia juga secara tidak langsung menyalahkan Tuhan karena ia menyebutkan fakta bahwa Tuhan-lah yang menempatkan Hawa di sisinya. Hawa, sama seperti Adam, juga menyalahkan yang lain. Ia menyalahkan ular.

Kita sering mendengar bahwa dunia ini menjadi kacau karena para orang jahat telah berbuat semena-mena, benarkah demikian? Edmund Burke berkata “The only thing necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing,” juga Albert Einstein berkata “The world will not be destroyed by those who do evil, but by those who watch them without doing anything.” Kedua orang ini mengajak kita untuk tidak menyalahkan orang jahat terlebih dahulu tetapi untuk melihat diri kita sendiri terlebih dahulu. Tuhan Yesus dengan jelas menyatakan bahwa kita harus mengeluarkan balok dari mata kita terlebih dahulu (Matius 7:5). Itulah ajaran Tuhan kita, yaitu agar kita bercermin terlebih dahulu.

Sebelum pikiran kita mulai menyalahkan orang lain, kita harus memilih untuk mencari kesalahan diri sendiri. Banyak pernikahan telah berakhir karena lebih suka menyalahkan pasangan ketimbang mengoreksi diri sendiri. Banyak orang mau mendapatkan teman yang tepat sesuai kriterianya, tapi tidak bertanya apakah dirinya sendiri sudah menjadi teman yang tepat bagi orang lain.

Mari kita berkomitmen untuk rajin memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu, karena itulah tuntutan Tuhan bagi kita.