Uang: Ilah yang Nyata

Hampir tidak ada tempat yang dimana uang tidak berharga. Uang adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Hampir tidak mungkin seseorang dapat hidup tanpa uang. Uang merupakan motivasi seseorang melakukan banyak hal. Uang pun juga dipakai di dalam gereja. Uang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, namun Alkitab banyak memberikan pengajaran mengenai uang dan memerintahkan orang percaya untuk menjaga hati terhadap uang.

Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. –Matius 6:24-

Dalam ayat di atas terdapat suatu hal yang unik: Allah mensejajarkan diri-Nya degan uang (Mamon). Ini bukan berarti Yesus menganggap dirinya setara dengan uang, tetapi ayat ini mau menyatakan bahwa manusia berdosa seringkali di dalam hatinya menyamakan uang dengan Allah. Yesus menyatakan isi hati manusia. Ayat ini juga menegur mereka yang berpikir bahwa mereka bisa menjadi hamba dari kedua tuan ini. Hendriksen menulis “The man with misplaced heart (verse 21) and misdirected mind (verse 22 and 23) also suffers from a misaligned will, a will not in line with God’s will (verse 24). He imagines, perhaps, that he can give his full allegiance to the two goals of glorifying God and acquiring material possessions, but he errs. He will either hate the one and love the other, or vice versa.” (1)

Maka seorang Kristen harus membuat pilihan mengenai tuan yang akan ia sembah. Yesus berkata “sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” (Mat 19:23) Ini bukan berarti bahwa semua orang kaya akan masuk ke neraka, tetapi banyak orang kaya yang hatinya dijerat oleh hartanya yang banyak sehingga uang menjadi tuannya. Kasus ini dapat dilihat pada anak muda yang kaya (Mat 19:16-22). Hendriksen menulis “With what difficulty those who possess an abundance of earthly wealth and continue to cling to it will enter that kingdom. Difficult indeed (verses 23, 24); impossible even (verses 25, 27).” (2)

Paulus menulis kepada Timotius “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.” (1 Tim 6:10) Perlu diperhatikan bahwa ayat ini tidak menyatakan satu-satunya akar kejahatan adalah cinta akan uang. Walter L. Liefeld menulis “…it is not the root of all evil, but a (NIV, NRSV) root or ‘at the root’ (NLT) of all kinds of evil, as implied by the Greek text.” (3)

Alkitab telah memberikan peringatan yang begitu sering dan begitu jelas kepada orang Kristen. Maka sudah seharusnya umat Tuhan menjadi umat yang menjaga hatinya agar uang tidak menjadi tuan yang menggantikan Tuhan. Kebiasaan mengecek motivasi dalam melakukan segala hal dapat menjadi suatu langkah yang penting dalam kehidupan orang Kristen.

Catatan Akhir:

(1) William Hendriksen, New Testament Commentary: Matthew, (Grand Rapids, Michigan: Baker Book House, 1973), 347-8.
(2) William Hendriksen, New Testament Commentary: Mark, (Grand Rapids, Michigan: Baker Book House, 1975), 398.
(3) Walter L. Liefeld, The NIV Application Commentary: 1 and 2 Timothy, Titus, (Grand Rapids, Michigan, Zondervan, 1999), 206.

Penulis: Tommy Suryadi
Dikutip dari http://www.apologetikakristen.com/uang-ilah-yang-nyata/

Alkitab Sebagai Dasar Psikologi

Banyak ilmu psikologi sudah dipaparkan oleh banyak tokoh psikolog terkenal dunia. Namun mereka memakai wawasan dunia sekuler sehingga mereka menganalisa masalah dan memberikan solusi sesuai dengan wawasan dunia tersebut. Mereka menolak memakai wawasan dunia Alkitab dan tidak benar-benar menemukan solusi yang terbaik bagi permasalahan manusia. Sebagai orang Kristen kita harus memahami apa yang Alkitab katakan sebagai dasar psikologi.

Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia. –Yoh 2:24-25-

Sejak zaman modern, mulai terjadi pemisahan antara sakral dan sekuler. Roger E. Olson menulis “What are some other acids of modernity besides rationalism, skepticism and scientism/naturalism? One could add to these secularism—belief that life can be lived successfully without God or religion—which leads to the privatization of religion in which it has no voice in the public square.” (1)

Pemisahan ini berarti Alkitab dianggap tidak berpengaruh apa-apa di luar gereja. Allah hanya menjadi Allah di dalam gereja saja. Bidang-bidang seperti sains, ilmu sosial, dan psikologi memiliki daerahnya sendiri yang Alkitab tidak berhak untuk sentuh. Kekristenan tidak bisa menggarami dunia karena hanya memiliki suara di dalam gedung gereja dan tidak bisa keluar.

Namun jika kita percaya bahwa Allah adalah berdaulat penuh atas seluruh dunia, berarti Ia berkuasa atas segala bidang. Allah berkuasa tidak hanya di dalam gereja tetapi juga di institusi pendidikan, pemerintahan, perdagangan, termasuk psikologi. Allah yang menciptakan manusia adalah Allah yang paling mengerti manusia. Ia juga berdaulat atas hidup manusia. Anthony A. Hoekema menulis “Menurut Paulus, kita berhutang kepada Allah atas setiap napas kita; kita bereksistensi hanya di dalam Dia; di dalam setiap gerakan yang kita lakukan, kita bergantung kepada-Nya. Kita tidak akan mampu mengangkat satu jari pun di luar kehendak Allah.” (2)

Jika Allah yang paling mengerti siapa manusia, maka sudah sepantasnya psikologi didasarkan pada Firman Tuhan. Ketika para psikolog sekuler mencoba mendefinisikan masalah manusia di luar Alkitab dan gagal menemukan solusi yang terbaik, Alkitab dengan jelas memaparkan bahwa masalah paling utama manusia adalah dosa. Masalah dosa hanya dapat diselesaikan oleh Tuhan sendiri. Kebenaran ini nyata terpancar dalam kesaksian-kesaksian hamba-hamba-Nya yang menemukan semua jawaban di dalam Tuhan. Poythress dalam bukunya Redeeming Sociology menulis “Sin laces language with deceit and laces society with oppression and suffering. If God is not the remedy, what is? People have tried all kinds of alternatives. One possible alternative says that rather than sin being the problem, some structure in language or society or both imprisons us and keeps us from authentic living. And there is a grain of truth in what they say, since language and society, and not merely individuals, show effects from sin. These effects of sin bring untold suffering and damage, and press the lives of human beings more deeply into misery and sin.” (3)

Catatan Akhir:

(1) Roger E. Olson, The Journey of Modern Theology, (Downers Grove, Illinois: IVP, 2013), 26.
(2) Anthony A. Hoekema, Manusia: Ciptaan Menurut Gambar Allah, (Surabaya: Momentum, 2012), 8.
(3) Vern S. Poythress, Redeeming Sociology: A God-Centered Approach, (Wheaton, Illinois: Crossway, 2011), 12.

Penulis: Tommy Suryadi
Disadur dari website www.apolologetikakristen.com

http://www.apologetikakristen.com/alkitab-sebagai-dasar-psikologi/#more-385

BERDOA UNTUK KEKUDUSAN

Kita dapat berdoa agar semua perintah, janji dan nubuatan di dalam Alkitab yang ditujukan untuk kita dapat dipenuhi di dalam kita. “Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan” (1 Tesalonika 4:3). Dan, jika Anda berdoa untuk pengudusan, Anda boleh merasa yakin bahwa Allah akan menguduskan. Manusia dapat mengenal kasih Allah hanya karena kehendak-Nya; mintalah pada Allah untuk menyatakan kasih-Nya melalui Roh Kudus, dan Anda dapat diyakinkan bahwa Dia akan melakukannya. Dan, itu akan berlaku sama untuk semua janji yang ada di dalam Firman Allah: “”Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” (Matius 7:7).

Apakah Anda menyadari bahwa Anda tidak cukup mengasihi sebagaimana yang sepatutnya? Katakanlah dengan jujur kepada-Nya; mintalah agar Dia mencurahkan kasih-Nya di hati Anda, dan Ia akan mengabulkannya. Apakah Anda kuatir akan dosa tertentu yang selalu menjerat Anda? Berdoalah dengan yakin. Ini adalah kehendak Allah bahwa Anda seharusnya dibebaskan dari dosa; jadi berdoalah untuk itu. Apakah Anda sungguh menginginkan hati yang selalu bersih? Jadi, berdoalah seperti Daud (“Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh,” Mazmur 51:10), dan dapat saya tegaskan bahwa berdasarkan Firman Allah dan karakter-Nya, pastilah Ia akan menjawab doa Anda, dan darah Kristus akan menyucikan Anda dari segala dosa dan kesalahan Anda. Bacalah lagi Alkitab Anda, dan buatlah daftar janji Allah kepada Anda; bawalah itu semua kepada-Nya, paparkanlah semuanya di hadapan hadirat-Nya, mintalah dengan sangat, dan yakinlah bahwa permohonan Anda akan dikabulkan. Anda sudah mendapatkannya, dan sesuai dengan waktu dan cara-Nya, Allah akan membuatnya menjadi kenyataan yang menyukakan hati Anda sepenuhnya.

Untuk direnungkan: Kita dapat berdoa agar semua perintah, janji dan nubuatan yang ada di dalam Alkitab dapat digenapi di dalam kita.

Mari doakan:
1. Persiapan HUT GRII Cikarang pd bulan February
2. Rencana program Penginjilan di tahun 2018 baik dlm kota maupun luar kota
3. Gerakan membaca Alkitab setahun di jemaat GRII Cikarang

MENELADANI YESUS DALAM BERDOA

Ada saksi mata yang melihat ketika Yesus, Anak Allah itu sendiri sedang berdoa. Jadi, jika Anda tertarik untuk mengetahui lebih mendalam keseluruhan aspek dari doa, cermatilah apa yang telah dilakukan dan diteladankan oleh Yesus Kristus. Dia adalah Anak tunggal Allah yang Kekal; Dialah yang menyatakan bahwa Dia ada di dunia, namun Dia juga bersemayam di surga; Dialah yang berkata, “Aku dan Bapa adalah satu” (Yohanes 10:30). Jadi, mengapa Yesus memiliki kebutuhan untuk berdoa? Mengapa sebelum Ia memilih kedua belas murid-Nya, Ia sungguh-sungguh berdoa semalaman? Jika Anda tertarik mendalami permasalahan ini agar dapat memahaminya secara seksama, jawablah pertanyaan yang diajukan itu. Mengapa Anak Allah itu sendiri pun perlu berdoa sungguh-sungguh ketika Ia berada di dunia? Dan Ia benar-benar telah melakukannya.

Dengan kata lain, Alkitab mengajarkan bahwa doa adalah yang terutama dan teramat penting untuk kita, dan kita dinasihati untuk berdoa di mana pun kita berada. Tidak hanya itu, jika Anda membaca kehidupan dari orang-orang kudus yang dipakai Allah di sepanjang sejarah Gereja, Anda akan menemukan bahwa mereka adalah orang-orang yang hidup bertekun di dalam doa. Saya meyakini sungguh-sungguh kebenaran pernyataan saya bahwa John Wesley biasa mengatakan bahwa orang Kristen sejati setidaknya mendedikasikan minimal 4 jam setiap hari untuk berdoa, dan dia mendorong penerapannya pada jemaatnya. Tidak pernah ada orang yang sepenuhnya dipakai Tuhan, terkecuali ia telah benar-benar mendedikasikan banyak waktunya untuk berdoa. Semakin dekat kita kepada Allah, semakin banyak kita berdoa kepada-Nya; jadi, seluruh kesaksian Gereja Kristen mendukung pengajaran dalam Alkitab.

Tidak hanya itu, kita juga menemukan banyak kejadian di dalam Alkitab ketika Allah bertindak sebagai jawaban doa, dan bagi saya hal itu sangat gamblang dan tidak sulit untuk dijelaskan. Allah yang menentukan tujuan-Nya, Dia pula yang menentukan cara untuk mencapainya; dan jika Allah, dalam kebijaksanaan-Nya yang tidak terbatas, telah menentukan untuk memberikan sesuatu kepada umat-Nya sebagai jawaban dari doa-doa mereka; maka, dengan segala hormat saya dapat bertanya, apakah Ia tidak berhak?

Untuk direnungkan: Semakin dekat kita kepada Tuhan, semakin banyak kita berdoa kepada-Nya.

Mari doakan:
1. Program program pelayanan setiap departemen di thn 2018
2. Badan Pengurus Harian dan pekerja di sekretariat dan gereja.
3. Persiapan kebaktian mandarin