Judul Buku : Allah Tritunggal
Penulis : Pdt. Dr. Stephen Tong
Penerbit : Lembaga Reformed Injili Indonesia
Tahun terbit : 1996
Sebagai orang Kristen, salah satu pertanyaan yang sering diajukan dan sulit dijawab adalah pertanyaan tentang konsep Allah Tritunggal. Tetapi bukan berarti tidak dapat dijawab atau tidak ada jawabannya, hanya saja yang menjadi pertanyaannya adalah logika siapa yang menjadi ukuran dari kebenaran misteri yang besar ini. Dalam buku Allah Tritunggal Pendeta Tong menjelaskan memang Allah mengaruniakan banyak pengetahuan di dalam semesta yang kita kenal dengan anugrah umum termasuk anugrah logika/rasio yang ada pada manusia, tetapi untuk menyimpulkan doktrin tentang Allah sendiri harus berdasarkan kepada apa yang Allah katakana tentang Diri-Nya sendiri bukan berdasarkan apa yang manusia nilai tentang Dia. Apa yang Allah wahyukan tentang Diri-Nya kita kenal dengan wahyu khusus. Jadi, wahyu Khusus Allah tentang Diri-Nya yang menerangi Wahyu umum di dalam semesta yang menyatakan kemuliaan-Nya. Dengan demikian, doktrin Allah Tritunggal bukan kesimpulan dari analisa rasio manusia, tetapi dari wahyu Allah.
Sebagai suatu keunikan yang tidak dimiliki agama lain, doktrin Allah Tritunggal juga tidak sama dengan konsep atau ajaran tiga ilah tertinggi yang ada dalam agama Hindu. Dalam pendahuluan buku ini, Pendeta Tong menjelaskan bahwa Allah Tritunggal tidak diciptakan dan ketiga Pribadi Allah Tritunggal setara.
Kemudian, mengapa kita harus mengerti doktrin? Bukankah menyembah saja sudah cukup? Memahami doktrin sangat penting. Pendeta Tong mengatakan bahwa doktrin adalah pengenalan kita terhadap Allah. Pengenalan akan menjadi titik tolak atau pangkal bijaksana yang sejati. Kitab Mazmur dan Amsal mengatakan bahwa pengenalan akan Allah menjadi suatu dasar dari segala kepandaian di dalam dunia ini. Orang yang bijaksana dan pandai adalah orang yang mengenal dirinya dan semesta dengan benar. Filsafat Socrates menuntut pengenalan akan diri, tetapi Socrates sendiri tidak pernah memberikan kepada kita kunci rahasia bagaimana mengenal diri. Wahyu Tuhan mengatakan mengenal Allah adalah kunci kita mengenal diri. Calvin dalam institutio-nya mengakui bahwa konsep mengenal Allah dan mengenal diri adalah dua hal yang sangat penting. Lagi pula Mengenal Allah itu penting karena kita dipanggil untuk menyembah Allah dalam Roh dan Kebenaran. Seseorang yang mengenal Allah dengan benar akan takluk sujud menyembah Dia dan terdorong untuk menjadi saksi-Nya.
Jika kunci mengenal diri adalah mengenal Allah, maka apa kunci mengenal Allah? Kunci mengenal Allah hanya di dalam Yesus Kristus. Tetapi bagaimanakah orang dapat mengenal Yesus Kristus? mereka harus ditarik oleh Bapa (Yoh 6:44) dan mereka mengenal Yesus Kristus melalui Kitab Suci. Dua hal tersebut tidak dapat ditiadakan dalam proses mengenal Allah yang benar. Selanjutnya, Kitab Suci kita dapat mengerti hanya dengan pertolongan Roh Kudus. Roh Kudus akan memimpin seseorang masuk dalam kelimpahan kebenaran yang sempurna (Yohanes 14:26, 16:13). Ketika mempelajari doktrin, sikap yang harus kita miliki adalah menyadari bahwa rasio kita terbatas yang membuat kita terbatas dalam menampung pengertian Allah yang tidak terbatas. Khususnya doktrin Tritunggal yang melampaui rasio manusia. Namun demikian, betapun sulitnya tidak berarti kita tidak perlu mengerti, menggali, dan memikirkan memakai rasio kita. Pendeta Tong juga mengatakan, “rasio kita tidak mungkin mencapai keseluruhan pengetahuan Firman, tetapi harus secara maksimal dipergunakan untuk mengerti Firman Tuhan.
Dalam bab kesatu Pendeta Tong membahas pengenalan akan Allah dalam kitab-kitab Perjanjian Lama. Jika dalam Perjanjian Baru ketiga pribadi Allah Tritunggal secara terang disebutkan, maka tidak demikian dalam perjanjian lama. Untuk dapat melihat ketiga pribadi Allah Tritunggal, Pendeta Tong menjelaskan bahwa Pribadi Kedua Allah Tritunggal sebenarnya ada dalam Perjanjian Lama dalam beberapa peristiwa misalnya ketika Allah berbicara dengan Abraham. Dalam Kitab Kejadian 1 juga dituliskan bahwa Allah menyebut Diri-Nya dengan kata “kita”. Kata “kita” dipahami sebagai tiga pribadi berdasarkan pada pengertian tersirat dari pujian malaikat dalam kitab Yesaya yang menyebut kata “suci” sebanyak tiga kali.
Para teolog telah mencoba untuk menyederhanakan doktrin Allah Tringgal kedalam beberapa analogi tritunggal misalnya air, uap, dan es; bentuk, bau, dan warna pada bunga; matahari, sinarnya, dan panasnya; dll. Semuanya hendak menggambarkan tiga pribadi dalam satu esensi, tetapi masing-masing analogi terbatas dan memiliki kelemahan dalam menjelaskan Allah Tritunggal. karena memang pada dasarnya alam yang adalah ciptaan tidak dapat menjelaskan kebesaran dan kemuliaan Sang Pencipta. Pada bagian akhir bab 1, pendeta Tong mengajak kita untuk tetap melihat kepada Alkitab.
Dalam bab kedua Pendeta Tong masuk dalam pembahasan pengertian tritunggal. Allah Tritungal berarti Tiga Pribadi di dalam satu Allah, atau di dalam satu esensi diri Allah ada tiga Pribadi. Pendeta Tong juga menjelaskan bahwa konsep Allah yang Esa tidak bertentangan dengan konsep Allah Tritunggal. Pendeta Tong menjelaskan pengertian Allah yang Esa berdasarkan konsep Israel atau Perjanjian Lama. Di samping itu, mengapa tidak bertentangan, karena dalam kekristenan kita juga mengenal pewahyuan yang progresif semakin lama semakin jelas, termasuk pewahyuan Allah Tritunggal. Setiap zaman memiliki penekanan masing-masing dan wahyu diberikan untuk menolong mereka beribadah kepada Allah yang benar. Suatu sukacita bagi kita pada zaman ini sekaligus sebuah warning karena kita telah menerima wahyu yang demikian jelas artinya yang dituntut pada kita berbeda dengan zaman Perjanjian Lama. Pendeta Tong juga menjelaskan dalam bab ini bahasa yang Allah pakai untuk menjelaskan keesaan dan cara Allah menyatakan Diri—Antropomorfe—dalam kitab Perjanjian Lama.
Dalam bab ketiga, Pendeta Tong menjelaskan mengenai Kristus sebagai oknum kedua dari Allah Tritunggal. Dalam Perjanjian Lama banyak bagian kitab menubuatkan tentang kedatangan-Nya, dan dalam nubuatan tersebut dijelaskan identitas Yesus Kristus bukan sebagai manusia biasa tetapi adalah Allah yang perkasa, dan sebutan-sebutan lainya yang patutnya disematkan kepada Allah (Yesaya). Kristus sendiri menyatakan diri sebagai Allah, misalnya dalam Yohanes 8:56-59. Allah juga mewahyukan kepada penulis-penulis kitab Perjanjian Baru bahya Yesus Kristus adalah Mesias, Allah Anak atau Pribadi Kedua dari Allah Tritunggal yang telah bersama-sama Bapa Pribadi Pertama dari Allah Tritunggal sejak kekalan. Pengajaran para rasulpun jelas menegaskan bahwa Allah pencipta dan penguasa semesta adalah Allah Tritunggal dan Yesus Kristus adalah Pribadi Kedua dari Allah Tritunggal.
Dalam bab terakhir, Pendeta Tong menjelaskan Roh Kudus adalah Pribadi Ketiga dari Allah Tritunggal. Pendeta Tong menjelaskan ke-Ilahian Roh Kudus dan Roh Kudus sebagai Prbadi dengan menjelaskan beberapan ayat Alkitab. Dalam bagian ini Pendeta Tong berapologetik melawan sabelianisme yang melihat konsep Tritunggal sebagai satu Allah yang hanya berganti-ganti topeng/wujud. Pendeta Tong sekali lagi menegaskan bahwa Allah Tritunggal bukan demikian, Allah Bapa bukan Allah Anak begitupun sebalikanya dan Allah Bapa bukan Allah Roh Kudus, dan Allah Roh Kudus bukan Allah Anak, tetapi berlainan Pribadi tetapi satu Allah. Roh Kudus disebut Roh Kebenaran, Roh yang memiliki emosi, Roh yang memiliki kemauan, kebebasan, dan ketetapan.
Dalam bab terakhir, Pendeta Tong sedikit menyinggung sejarah doktrin Allah Tritunggal. kemudian membahas pekerjaan Allah Tritunggal. Inilah yang Allah wahyukan kepada kita mengenai Diri-Nya dalam Alkitab yang darinya kita mengenal bahwa Allah kita adalah Allah Tritunggal. Ketika membaca Alkitab, kita akan melihat Ke-Ilahian Yesus Kristus dikenal melalui pekerjaan-Nya. Yesus Yang disebut Firman (Logos) (Yohanes) bersama-sama Bapa mencipta semesta. Demikian juga Roh Kudus dikenal melalui pekerjaan-Nya. Roh Kudus melakukan pekerjaan yang hanya jika Dia Allah maka Dia dapat melakukannya, misalnya memberi kuasa kebangkitan, mencipta, mewahyukan kebenaran, dst. Dari penyelidikan Alkitab dan terus merenungkannyalah, para bapa gereja atau teolog menyusun doktrin iman Kristen termasuk doktri Allah.
Bagian paling akhir buku ditutup dengan kesimpulan yang menekankan kembali poin-poin penting dari doktrin Allah Tritunggal. Bagian yang menarik dari kesimpulan ini adalah Pendeta Tong mengatakan jikalau kita tidak percaya bahwa Allah adalah Allah Tritunggal, maka kita tidak berhak percaya bahwa Allah adalah kasih, sebab jikalau Allah adalah Tunggal maka siapa objek kasih-Nya sebelum dunia diciptakan?
Kiranya ini mendorong kita untuk mengenal Allah lebih dalam lagi dan membaca buku-buku baik yang pernah ditulis dengan perenungan wahyu dari Allah yang mendalam. Soli Deo Gloria. (NS)