Dosa-Dosa Spektakuler

Judul          : Dosa-Dosa Spektakuler (dan Tujuan Globalnya bagi Kemuliaan Kristus)

Jenis Buku  : Doktrin tentang Dosa

Penerjemah : Rosdiana Siregar

Penulis        : John Piper

Penerbit      : Momentum

John Piper melalui buku ini menjawab pertanyaan yang digumulkan banyak orang yakni tentang kedaulatan Allah dan dosa atau kejahatan yang tampak “bebas” di dalam buminya Allah. Jika memperhatikan judulnya sebenarnya jawabannya sudah ada dalam judulnya, tetapi bagaimana jawaban ini menjadi masuk akal dan dapat dimengerti Piper menjelaskannya di dalam buku ini. tema tentang dosa dan kedaulatan Allah dijelaskan dalam 8 bab. Tujuan dari Piper menulis buku ini adalah setiap orang Kristen berubah dalam memandang dunia, karena hari-hari kedepan lebih sulit. Piper berharap buku ini menolong orang-orang Kristen bersiap menyongsong penderitaan yang akan datang. Dalam pendahuluannya Piper membuka dengan dosa paling spektakuler adalah pembunuhan Yesus Kristus Sang Allah yang menjadi manusia tetapi dosa yang paling mengerikan ini justru menjadi pernyataan kemuliaan Kristus yang terbesar.

Bab pertama dari buku ini membahas bagaimana setiap perubahan yang terjadi dibawah kendali dan kontrol Allah termasuk dosa. Piper menjelaskan tema tersebut dengan mengeksposisi beberapa bagian dari kitab 2 Tawarikh. Dosa ada bukan hasil dari suatu gerakan ciptaan yang tidak dapat Allah kendalikan. Pada bab ini sedikit dibukakan mengapa Allah tidak lebih sering mengendalikan dosa.

Bab kedua membahas mengenai kedaulatan Kristus dan bagaimana segala kuasa yang memusuhi-Nya justru ada bagi kemuliaan Kristus. Atau dengan kata lain, segala sesuatu ada untuk melayani kemuliaan-Nya dan bagaimana semua itu pada akhirnya membawa sukacita bagi umat-Nya.

Bab ketiga Piper memberikan kepada kita suatu perenungan mengapa Allah mengizinkan Iblis untuk hidup. Bagaimana Allah berkuasa mengendalikan gerak-gerik iblis, namun demikian tidak memusnahkannya dengan alasan yang diberitahukan kepada kita. Kemudian, bab ini ditutup dengan bahasan tentang bagaimana manusia berelasi dengan kejahatan.

Bab keempat membahas perbedaan antara Adam dan Kristus dalam hal ketaatan. Hubungan Adam, Kristus dan kita juga dibahas dalam bagian ini. Bab ini kemudian ditutup dengan satu pertanyaan; ketika Kristus sudah memberikan anugerah secara cuma-cuma kepada kita apakah kita menerimanya sebagai harta hidup. Penerimaan kita akan mempengaruhi bagaimana kita akan menikmati anugrah itu.

Bab kelima membahas hukuman terhadap kecongkakan dosa dan  bagaimana hukumanan itu membawa pujian bagi Kristus. Melalui eksposisi Kejadian 11, Piper menjelaskan topik ini. topik ini akan memberikan kepada kita gambaran bagaimana kecongkakan itu akan semakin besar pada zaman-zaman akhir dan kehancurannya yang memberikan kemuliaan bagi Kristus.

Bab keenam membahas cerita yang tidak asing tentang bagaimana Allah berdaulat memunculkan keselamatan dari perbudakan. Topik ini dieksposisi dari kitab Kejadian yakni kisah Yusuf yang terkenal itu. Bab ini menggambarkan kembali kepada kita bagaimana keselamatan datang dari penderitaan yang pada akhirnya merujuk kepada penderitaan Kristus di kayu salib.

Bab ketujuh menjelaskan bagaimana Allah menebus sejarah Israel yang memiliki raja-raja yang rusak karena dosa dengan mengirimkan Anak-Nya menjadi Raja. Bagaimana kerajaan itu datang kepada kita yang rusak yang diwakilkan  oleh gambaran Israel yang rusak.

Bab kedelapan membahas bagaimana Allah menaklukkan dosa melalui dosa. Dengan mengangkat kisah bunuh diri seorang Yudas Iskariot sebagai gambaran bunuh dirinya sang iblis, Piper menjelaskan kepada kita bagaimana Allah mengakhiri kuasa dosa.

Topik-topik yang luar biasa ini dibahas dalam buku yang kecil dan cukup tipis. Dengan gaya bahasa peringatan, Piper berusaha membangunkan orang-orang Kristen di barat, dimana orang kristen sedang tertidur dalam nyaman. Namun bukan saja untuk barat, tetapi juga untuk kita yang diam di negara yang cenderung aman tanpa tantangan sangat bisa tertidur. Karena itu, buku ini sangat disarankan untuk dibaca oleh setiap orang Kristen.

(Disadur oleh Niluh Peprisusanti)

TULIP (5): Ketekunan Orang-Orang Kudus (Perseverance of The Saints)

Hal ini membahas anugerah Allah yang berkelanjutan bagi umatnya. Anugerah yang telah sekali dikaruniakan tidak akan pernah terampas dan tidak akan pernah terhilang oleh karena dosa apapun. Ini bukan berarti bahwa orang percaya diberi izin untuk berbuat dosa namun sebaliknya didalam hati mereka ada keinginan dan kasih kepada hukum Allah. Orang-orang kudus ini akan bertekun dalam perjuangan mereka di dunia meskipun mereka berjuang bukan dengan kekuatan sendiri tetapi dengan kekuatan Allah.

PEMULIAAN SEBAGAI MAHKOTA ANUGERAH
Roma 8:29-30, Rasul Paulus menunjuk pada rantai emas tata keselamatan. Pemuliaan adalah karunia terakhir yang menantikan orang percaya. Kemuliaan ini seperti mahkota yang akan diterimanya saat maut menjemput. (Yak 1:12, 1 Pet 5:4, Wah 2 : 10). Pemuliaan : umat Allah tidak mendapat bagian ini sampai setelah mereka mati. Pada saat itu, mereka akan selama-lamanya bersama Tuhan, tanpa dosa dan cela, tanpa pergumulan dan pencobaan, tanpa sakit-penyakit dan penderitaan.

PEKERJAAN ALLAH TRITUNGGAL TIDAK SIA-SIA
Jikalau orang-orang percaya tidak terpelihara di dalam iman, maka sia-sialah pekerjaan Allah Tritunggal. Dan Allah bukan lagi Allah karena Dia gagal menjalankan rencanaNya. Apa yang telah dilakukan ole Allah Tritunggal bagi orang-orang pilihan adalah kekal. Anugerah itu bersifat ilahi dan sempurna dan tidak dapat dirusak oleh perbuatan dosa. (Pengkotbah 3:14)

ARMINIANISME : KEMURTADAN ADALAH HAL YANG MUNGKIN
Pandangan dari kaum ini berbeda dengan pandangan di atas. Mereka berpendapat bahwa orang yang sudah bertobat dan beriman, dapat kehilangan anugerah lagi. Menurut mereka ini: jika kehendak bebas yang diberikan, kita selalu melakukan kehendak dan perbuatan yang baik maka keselamatan itu tidak akan diambil daripadanya dan sebaliknya. Mereka mempersoalkan pandangan kaum Kontra-Remonstran, karena dengan kepastian keselamatan itu maka orang menjadi hidup sembrono dan berdosa.

KETERSANDUNGAN ORANG-ORANG PERCAYA
Di dalam dunia umat Allah harus terus menerus mengadakan peperangan antara daging dan roh, yang artinya bahwa manusia lama yang berdosa mutlak bertentangan dengan manusia baru yang dipenuhi dengan anugerah Allah. Manusia baru memang diciptakan sempurna namun manusia lama akan tetap ada sampai kematian menjemput. Orang percaya memang tetap berdosa (oleh karena kodratnya yang sudah rusak dan berdosa), tetapi mustahil ia berbuat dosa apabila ada persekutuan rohani yang nyata dengan Kristus. Namun demikian jika dia melayangkan pandangannya kepada dosa dan melupakan Tuhan dan Juruslamatnya maka akan ada ruang buat dosa.

PENCOBAAN-PENCOBAAN
Satu dosa, yang oleh karenanya Allah menyembunyikan wajahNya, dapat menimbulkan dosa-dosa yang lebih banyak. Orang percaya tenggelam semakin dalam di dalam lumpur dosa. Allah telah menghilang dari mata imannya dan Yesus telah menghilang dari hatinya. Bahkan orang-orang percaya sejati sdh mulai berpikir bahwa pertobatan mereka sebelumnya adalah hal pura-pura/munafik dan berpikir bahwa mereka adalah orang-orang yang ditolak Allah. Walaupun demikian, semua ini disebabkan oleh serangan-serangan Iblis, baik itu sebagai dosa ataupun penghukuman bagi mereka. Allah seolah-olah memberikan kebebasan kepada Iblis selama beberapa waktu. Seberapa pun dashyatnya peperangan itu dan seberapa dalamnya keputusasaan itu, kehidupan sendiri, yaitu kehidupan rohani yang dipenuhi dengan anugerah pada orang-orang percaya, tidak akan dapat dirampas oleh Iblis. Anak-anak Allah dapat jatuh sangat dalam tetapi tidak akan terhilang. Iblis dapat saja melakukan peperangan yang dashyat tp mereka tidak akan pernah mengalahkannya. (Luk 22:31-32, 1 Yoh 1:7, Yoh 15:5)

MENDUKAKAN ROH ALLAH
Efesus 4:30, “ Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah yang telah memateraikan kamu menjelang hari keselamatan.” Masih mungkin bagi orang-orang percaya untuk mendukakan Roh Kudus yang disebabkan oleh perbuatan dosa. 1 Tes 5:19, “ Janganlah padamkan Roh.” Artinya sama dengan jangan mendukakan Dia. Meskipun orang-orang percaya dapat mendukakan Roh Kudus tdk akan pernah untuk menarik diriNya dari kehidupan mereka selamanya.

HAL BERJAGA-JAGA
1 Tes 5:6, “Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar.” Mat 26:41, Mark 14:38). Sangatlah penting bagi kita untuk berjaga-jaga karena godaan Iblis selalu datang menyerang. Ia terus keliling untuk mencari orang yang tertidur dan apabila mereka terjaga, maka ia akan berusaha menidurkan mereka dan mencobai mereka dengan racun dosa. (1 Pet 5:8). Tuhan telah memberikan berbagai sarana untuk berjaga-jaga di dunia ini yaitu senjata-senjata rohani yaitu iman/perisai iman, Firman Allah (ingat waktu pencobaan Yesus di padang gurun, Yesus selalu manjawab dengan Firman Allah), dan doa (nafas jiwa) serta sakramen-sakramen.  Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa… (Luk 21:36).

BAIT ROH KUDUS
Pada waktu mengalami panggilan dan kelahiran kembali, orang-orang percaya menjadi tempat tinggal Roh Kudus. Ia berada dalam hati mereka bukan hanya melalui pekerjaanNya melainkan juga sebagai pribadi. Tempat yang ditinggali haruslah suci. Tubuh orang percaya adalah milik Allah dan dibeli oleh darah Yesus. Hal ini mengarahkan orang percaya berjanji untuk membuat tubuhnya juga tunduk kepada anugerah Allah.(Rom 6:19, 1 Kor 3:17)

HANYA OLEH ANUGERAH
Walaupun kita sdh berjaga-jaga dan melawan godaan-godaan Iblis untuk menerapkan pengudusan, namun kita tidak dapat melakukan ini tanpa bimbingan, perlindungan dan pertolongan Allah Tritunggal. Hanya oleh anugerahlah, maka ketekunan orang-orang kudus dapat terjadi. ( Pet 1:3-5, Maz 103:14). Anugerah ketekunan adalah pekerjaan Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Kita membutuhkan anugerah Tuhan untuk bertekun sebagai orang-orang kudus karena kita lemah dan musuh-musuh kita kuat. Pengudusan dan ketekunan hanyalah merupakan buah-buah anugerah. Semuanya adalah anugerah dan pekerjaan Allah (Filipi 2:12-13)

DI DALAM KRISTUS
Orang percaya tidak dapat kehilangan anugerah karena dia berada di dalam Kristus. (2Kor 5: 17). Adalah kehendak Bapa bahwa Kristus akan menyelamatkan semua orang pilihan (Yoh 6:39). Seberapa besar dan dashyatnya dosa-dosa mereka, melalui anugerah Allah, mereka akan tetap terhubung dengan Yesus. Ketika waktu Allah tiba, mareka akan melihat kembali segala dosa dan penyimpangan yang mereka lakukan dan mereka akan merasa malu dan memulai lagi doa-doa mereka. (Maz 119:176).

SAKRAMEN-SAKRAMEN
Sakramen diberikan sebagai sarana untuk menguatkan iman orang-orang percaya. Dalam perjanjian lama, sakramen : Paskah dan Sunat. Dalam perjanjian Baru, sakramen : Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus yang merupakan tanda-tanda dan materai-materai yang menunjuk pada pengorbanan Kristus. Roti melambangkan tubuh Kristus yang telah dipecahpecahkan dan anggur adalah tanda darahNya yang telah tercurah. Baptisan Kudus, air menandakan kuasa darah Yesus yang menyucikan. Orang-orang percaya perlu diingatkan secara terus-menerus akan korban Kristus supaya mereka tetap mengalami kuasa darahNya yang membersihka dan menguduskan, memampukan mereka untuk tetap dalam iman.

YANG DIKATAKAN SEBAGAI BUKTI ALKITAB UNTUK MELAWAN DOKTRIN INI
Ayat Alkitab yang sering digunakan untuk menyangkal doktrin Ketekunan orang-orang Kudus adalah diambil dari 2 Pet 2: 20,” Sebab jika mereka oleh pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruslamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan kita dari kecemaran-kecemaran dunia tapi terlibat lagi di dalamnya, maka keadaan mereka lebih buruk dari pada semula.” Ibrani 10:29, Ibrani 6:4-6 .seolah orang-orang percaya sejati lalu murtad, namun kita harus menyadari bahwa mereka ini hanya memiliki iman yang sementara dan iman mujizat. Umat Allah tidak dapat jatuh pada dosa yang tidak terampuni yaitu menghujat Roh Kudus (penghujatan dan pencemoohan secara terbuka dan terus menerus/ pengerasan hati yang terus menerus berlangsung).

PENGHAKIMAN TERAKHIR
Pada waktu Yesus datang kedua kali untuk menghakimi, tubuh ini akan dibangkitkan ke dalam keadaan yang sempurna dan mulia dan disatukan kembali dengan jiwa agar hidup bersama-sama dengan Allah Tritunggal selama-lamanya. Namun demikian sebelum saat itu tiba, Penghakiman Terakhir akan mendahuluinya. Pada waktu Allah, yang hanya diketahui oleh Tuhan sendiri, Anak Manusia akan datang ke dunia dan akan memanggil semua yang hidup di hadapanNya di dalam awan-awan dan semua yang mati akan dibangkitkan dari kuburan. Kemudian mereka semua akan dihakimiNya satu per satu dan membawa mereka ke tempat kekal mereka. Pada saat itu akan dipisahkan menjadi dua kelompok, di sebelah kanan Kristus dan di sebelah kiri Kristus. Orang-orang percaya tidak akan dihukum artinya dosa-dasa mereka tidak akan disebutkan tetapi tempat kebahagiaan kekal mereka akan diberitahukan secara umum agar semua orang mendengarnya. Sementara orang yg di sebelah kiri Kristus akan mendengarkan semua daftar dosa-dosa mereka dan menganggap adil penghukuman yang mereka terima. Kedua kelompok ini akan terpisah selama-lamanya. Pemikiran akan kedatangan Kristus kembali seharusnya menggentarkan orang-orang yang tidak percaya dan mendorong mereka untuk bertobat dan sebaliknya orang-orang percaya sejati, kedatangan Kristus menjadi pengharapan yang menggembirakan.

TUJUAN YANG MULIA
Ketekunan orang-orang Kudus memiliki tujuan yang mulia yang ganda.

  • Demi kemuliaan Allah. Allah menjaga anak-anakNya dari kemurtadan dan Dialah Allah sati-satunya yang mampu melakukannya.
  • Doktrin ini merupakan penghiburan tersendiri bagi anak-anak Allah. Betapa terhiburnya mereka dengan mengetahui bahwa kendati dengan perjuangan, kesusahan, pencobaan dan dosa-dosa mereka, Tuhan tidak meninggalkan tetapi akan menyelesaikan perbuatan tanganNya. (I Tes 4:17). Betapapun beratnya peperangan itu dan berapapun banyaknya penyelewengan dan dosa-dosa mereka, mereka tidak akan pernah kehilangan anugerah Allah.

TULIP (4): Anugerah Yang Tidak Dapat Ditolak (Irresistible grace)

Urutan keselamatan : pertobatan,pembaruan,pembenaran dan iman di dalam Kristus, pengudusan dan kehidupan baru, dan pada akhirnya pemuliaan dan kehidupan yang kekal.

PEMILIHAN DAN PANGGILAN : BAGAIMANA KEDUANYA BERHUBUNGAN?
Orang-orang yang dipanggil kepada keselamatan adalah sama dengan orang-orang yang telah dipilih Allah; tidak kurang dan tidak lebih. Rom 8:28-30, Yoh 6:37. Hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara pemilihan dan panggilan ini merupakan penghiburan bagi umat Allah.Tuhan akan menyelesaikan pekerjaanNya dalam kehidupan mereka.

ANUGERAH ALLAH YANG BERASAL DARI SATU PIHAK
Kita dipanggil oleh Allah sendiri, dan hanya oleh Dia. Manusia, karena dipanggil hanyalah objek pasif. Ia tidak mampu ataupun mau bekerja sama dan berbalik kepada Allah, kecuali Ia terlebih dahulu dipanggil oleh Allah. (Yoh 6:44, 65) Sama halnya dengan pemilihan. Allah tidak memilih kita atau memanggil kita oleh karena ada sesuatu yang baik dalam diri kita. (Ef 2: 8-10).

ARMINIANISME : ALLAH DAN MANUSIA
Berbeda dgn arminianisme. Mereka mengatakan bahwa manusia dianggap bekerja sama dengan Allah dalam pertobatan. Arminianisme mengatakan bahwa Allah memilih manusia berdasarkan iman dan pekerjaan baik manusia yang sudah diketahui Nya sebelumnya. Jika dia tidak melakukannya maka keselamatan akan diambil darinya dan kehidupan kekal tidak akan diberikan kepadanya. Arminianisme juga menolak prinsip Calvinisme mengenai Panggilan/Anugerah yang tidak dapat ditolak. Sangat jelas bahwa doktrin ini sangant merusakkan kemahakuasaan Allah dan kehendakNya yang berdaulat.

ANUGERAH ALLAH TIDAK DAPAT DITOLAK
Sudah jelas bahwa anugerah Allah tidak dapat ditolak oleh manusia. Dimanapun Allah mengaruniakan anugerahNya, manusia tunduk terhadapNya, ia harus berlutut di hadapan Allah. Selanjutnya pekerjaan pertobatan akan mengikuti dengan sendirinya. Beberapa contoh anugerah Allah yang tidak dapat ditolak di dalam Alkitab : Rahab, pelacur di Yerikho, Manasye, raja Yehuda yang jahat (2 Taw 33:12-13), murid-murid Yesus, pencuri di atas kayu salib, orang banyak 3000 orang waktu Petrus berkotbah, Saulus dari Tarsus (Kis 9:6), Kornelius seorang kepala pasukan Romawi, kepala penjara di Filipi dan masih banyak yang lain. Dan sebaliknya di Alkitab tidak ada menunjukkan orang yang mampu menolak anugerah Allah.

ANUGERAH MELALUI ROH ALLAH
Panggilan kepada keselamatan maupun semua karunia yang mengikutinya dikerjakan oleh Roh Allah. Kita tdk dapat diselamatkan tanpa Roh Allah ini. Meskipun segala sesuatu telah didapatkan oleh Tuhan Yesus melalui pengorbanan dan kematianNya, Roh Kuduslah yang berperan untuk menanamkan ke dalam diri orang berdosa keselamatan yang telah diperoleh Kristus baginya. Demikian juga halnya, Roh Allah menarik orang yang berdosa untuk mendekat kepada Allah di dalam doa dan permohonan agar diselamatkan. Kalau tidak demikian mustahil baginya untuk datang kepada Kristus.

PANGGILAN LUAR DAN TAWARAN ANUGERAH
Dalam doktrin reformed ada 2 macam panggilan: Panggilan luar(panggilan umum) & Panggilan dalam (panggilan khusus). Panggilan luar dilakukan dengan Firman Allah yaitu pemberitaan Injil. Panggilan dalam adalah panggilan kepada keselamatan. Semua orang berdosa dilayani dengan Firman dan mendengarkan Injil berulang kali. Panggilan ini hanyalah dari luar artinya jika Roh Allah tidak ada di dalamnya (yang menghasilkan panggilan dalam), maka panggilan itu tidak akan menembus hati. Mat 22:14:” Sebab banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih.” Dipanggil maksudnya adalah mereka yang mendengarkan Injil. Panggilan dengan maksud baik ini menujukkan kemurahan Allah. Tawaran anugerah dihubungankan secara dekat dengan panggilan luar ini. Panggilan dalam dan panggilan luar merupakan dua hal yang berbeda namun tidak dapat dipisahkan terutama ketika membahas bagaimana orang-orang berdosa dibawa kepada pertobatan melalui sarana anugerah.

OLEH FIRMAN DAN ROH
Hanya Roh Kudus yang mampu membawa Firman Allah ke dalam hati orang berdosa. Jikalau Roh Kudus tidak menyertai Firman maka Firman itu diberitakan dengan sia-sia dan tidak akan mampu untuk membawa pertobatan. Pengakuan Iman Gereja Belanda: Kita percaya bahwa iman yang sejati itu yang dihasilkan dalam hati manusia oleh pendengaran akan Firman Allah dan oleh pekerjaan Roh Kudus, membuat manusia lahir kembali dan menjadi manusia baru.

PEMBERITAAN INJIL
Ketika orang berdosa dipanggil kepada terang oleh anugerah Allah, yang terjadi adalah pertama-tama Firman kemudian Roh. Ketika pelayan Firman dipanggil untuk melayani justru sebaliknya: pertama-tama Roh (pertobatan dan iman), kemudian Firman (pemberitaan). Bukan hanya Firman yang diilhami oleh Roh Allah melainkan juga pemberitaannya. (2 Pet 1:21). Oleh karena itu dalam pelayanan mereka, para pemberita Firman sepenuhnya bergantung pada pekerjaan Roh Kudus.

PERBEDAAN-PERBEDAAN DALAM BIMBINGAN ILAHI
Meskipun pekerjaan anugerah Allah dalam hati semua anak-anakNya pada dasarnya sama, masih ada perbedaan dalam hal bimbingan Roh Kudus. Tuhan tidak menuntun setiap orang yang akan diselamatkan dengan cara yang sama. Penyebab langsung dari pertobatan seseorang bisa saja begitu berbeda-beda.

KELAHIRAN KEMBALI
Panggilan mengacu pada aspek ilahinya : Allah yang memanggil orang-orang berdosa kepada keselamatan melalui Roh KudusNya. Pertobatan, dalam pengertian sempit, berbalik dari mengikut Iblis menjadi mengikut Allah 180 derajat. Pertobatan dalam arti luas meliputi keseluruhan pengalaman rohani, manusia lama terus menerus mati bagi dosa dan manusia baru terus menerus bangkit (pengudusan). Kelahiran kembali adalah hal yang mutlak penting. Tanpa kelahiran kembali, manusia tidak dapat menerima kehidupan kekal dan memasuki Kerajaan Allah. (Yoh 3:5) Tidaklah penting untuk mengetahui kapan kita dilahirkan kembali dan dipanggil Roh Allah. Yang harus kita ketahui adalah bahwa kita sungguh-sungguh telah dilahirkan kembali melalui sifat dan buah-buah kelahiran kembali. Buah pertama dari kelahiran kembali adalah kerendahan hati yaitu untuk mengetahui dosa-dosa kita dan menyesalinya. Buah yang kedua adalah manusia mencari perlindungan di dalam Allah dengan segala kesalahan, dosa dan keterhilangnya. Buah yang ketiga adalah adanya sebuah hasrat kegelisahan untuk mencoba menjalani suatu kehidupan yang kudus di hadapan Allah dan melakukan perintahNya. Buah terakhir, ada tindakan-tindakan iman di dalam hati orang berdosa yang telah dilahirkan kembali.

IMAN
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. (Ibr 11:1). Kita dapat membedakan empat macam iman :

  • Iman sejarah : percaya bahwa Firman Allah adalah benar. Iman ini tidak cukup untuk mendatangkan keselamatan karena mereka hanya percaya pada Firman Allah sebagai sejarah namun tidak percaya pada pengampunan dosa secara pribadi.
  • Iman mujizat : kita percaya bahwa suatu mujizat akan diadakan entah oleh kita atau kepada kita. Sekali lagi, iman ini tidak cukup untuk menyelamatkan.
  • Iman sementara : sebuah persetujuan dan pengakuan terhadap kebenaran Firman Allah untuk beberapa waktu dengan sedikit banyak kepuasan lahiriah. Iman seperti ini bukanlah iman sejati. Sebagian dari mereka berpaling dari Firman Allah dan tidak lagi melayani Allah setelah beberapa waktu dan menukarnya dengan dunia. (Luk 18:18-25, Mat 25:1-13, Mat 7:22). Iman sementara ini kadang-kadang sukar dibedakan dengan iman sejati karena itu harus terus diuji dari tanda-tanda dan buah dari iman sejati tersebut.
  • Iman sejati yang menyelamatkan : iman ini seringkali dicirikan dengan tiga unsur : pengetahuan(tentang Allah, FirmanNya dan jalan menuju keselamatan), persetujuan (menyetujui dengan sepenuhnya Firman Tuhan) dan kepercayaan (terhadap pengampunan dosa melalui darah Yesus).

KARUNIA-KARUNIA IMAN
Karunia-karunia Kristus yang diterima melalui iman dapat diringkas dalam tiga kata kunci :

  • Pembenaran : pengampunan dosa. Semua dosa orang berdosa diampuni, baik dosa masa lampau maupun dosa yang masih akan diperbuatnya di masa yang akan datang. (Rom 5:1-2)
  • Pengudusan : buah dari pengampunan dosa adalah kehidupan yang sungguh berbeda, mereka lebih terdorong untuk menjalani suatu kehidupan yang kudus di hadapan Allah. Pengudusan ini bukan tanpa pencobaan dan kesalahan. Berkali-kali manusia lama akan mati dan manusia baru akan bangkit. Dalam pengudusan manusia berperan aktif melalui kuasa Allah berbeda dengan pembenaran, manusia berperan pasif. Pengudusan dalam hidup tidak pernah sempurna di dunia. Mereka memang dibebaskan dari perhambaan dosa tetapi tidak dari dosa itu sendiri secara keseluruhan. (Roma 7:26)
  • Pemuliaan : umat Allah tidak mendapat bagian ini sampai setelah mereka mati. Pada saat itu, mereka akan selama-lamanya bersama Tuhan, tanpa dosa dan cela, tanpa pergumulan dan pencobaan, tanpa sakit-penyakit dan penderitaan.

PERTANGGUNGJAWABAN
Walaupun manusia sepenuhnya berperan pasif dan panggilan keselamatan tidak berarti bahwa manusia yang tidak dilahirkan kembali tidak boleh menggunakan saarana keselamatan secara sungguh-sungguh. Walaupun Allah berdaulat di dalam pemilihan dan panggilanNya kepada keselamatan, namun kita tidak pernah tahu secara pasti siapa yant dipilih dan siapa yang tidak dipilih, oleh karena itu kita harus terus mengabarkan Firman Allah sebagai sarana yang disediakan Tuhan.

KEMULIAAN HANYA BAGI ALLAH
Anak-anak Allah diselamatkan hanya oleh karena pemilihan yang bebas oleh Bapa, pengorbanan diri oleh Sang Anak, dan penerapan anugerah oleh Roh Kudus. Semuanya adalah hasil pekerjaan Allah Tritunggal, manusia tidak boleh menyombongkan diri. (1 Kor. 1:26-29).

Pelayan yang Melarikan Diri

Renungan ini merupakan refleksi dari kotbah Pdt. DR. Stephen Tong mengenai “Pelayan yang Melarikan Diri.” Yang mana kotbah ini diterbitkan menjadi buku kecil oleh penerbit Momentum. Pelayan yang digambarkan melarikan diri adalah Yunus. Dalam kitab Yunus jelas kita dapat melihat orang seperti apa Yunus ini. Yunus adalah seorang pelayan yang tidak sopan, tidak hormat dan tidak takut pada Tuhan. Sulit jadi teladan kita. Bagaimana kita dapat mengetahui semua kegagalan Yunus? Karena Yunus sendiri yang memberitahukan semua kegagalannya secara mendetail! Di sinilah justru letak keagungan sifat Yunus. Keagungan seseorang tidak terletak pada kebesarannya, kehebatannya, maupun kesuksesannya (yang sering dikejar oleh hamba-hamba Tuhan maupun orang Kristen). Namun, keagungan jiwa justru terlihat pada saat seseorang menceritakan dengan rela kegagalanya, kekurangannya, dan ketidakbaikannya.

Kitab suci begitu terbuka memaparkan kelemahan dan kekurangan hamba-hamba Tuhan yang teragung. Nuh pemabuk, Abraham pernah berbohong (Kej. 12:10-20; 20:1-18), Yakub memiliki 4 isteri dan juga penipu, Daud berzinah dan  pembunuh, Petrus cepat emosi, Paulus pembunuh, Gideon selalu lemah iman, Martha kuatir, Sarah tidak sabar, Elia depresi, Musa tidak pandai bicara, Zakeus pendek, dan seterusnya. Kenapa alkitab mengangkat hal-hal demikian? Karena alkitab menyatakan bahwa bagaimana Tuhan yang suci dapat mengubah orang najis menjadi orang suci, Tuhan mengampuni kesalahan-kesalahan manusia serta memberikan kekuatan kesucian kepada mereka yang taat pada Dia. Alkitab berbeda dengan buku biografi yang selalu mengangkat kelebihan dan hal-hal baik saja.

Selain itu setiap kita pasti memiliki pergumulan. Demikian juga seorang pelayan Tuhan ini, Yunus memiliki pergumulan yang unik. Pergumulan Yunus:

  1. Lepas dari Ikatan konsep rasisme. Orang Yahudi bersyukur kepada TUhan 3 hal: laki-laki bukan perempuan, tuan bukan budak, yahudi bukan kafir. Di dalam gereja tidak ada persoalan pribumi/nonpribumi. Tidak ada persoalan ras, kelas, laki-laki/perempuan, tuan/budak. Semua menjadi satu dalam Kristus. Kalau semangat ini belum kita ketahui berarti kita belum menjadi Kristen yang baik. Demikian penginjilan bukan hanya untuk orang tertentu saja, tapi semua orang/suku/bahasa/kelas dll.
  2. Lepas dari konsep Ilahi yang tidak benar. Melayani Tuhan harus memiliki konsep ketuhanan yang benar. Yunus mengira mempunyai pengenalan Allah yang sangat tepat tetapi ketepatannya itu ternyata meleset. Yunus tahu Allah mengasihi tapi pandangannya begitu sempit yaitu mengasihi yang tertentu saja.
  3. Lepas dari sikap pembenaran diri. Yunus menganggap diri benar dan berhak untuk marah kepada Allah. Ia membenarkan diri sampai pada tahap ini. Ia menganggap dirinya mutlak benar. Namun Tuhan mendidik Yunus dengan sabar. Ketika Yunus tertidur, tumbuh pohon jarak untuk menaungi Yunus. Bila dalam pelayanan kita menjumpai sedikit kesulitan, kita langsung marah. Tetapi ketika ada anugerah, hal itu kita anggap wajar dan biasa saja. Sewaktu Sewaktu motivasi pelayanan kita lepas dari perhitungan untung-rugi, baru kita dapat dipakai Tuhan.
  4. Lepas dari cara menilai hidup. Yunus mencintai pohon jarak yang melindungi kepalanya. Walaupun pohon tersebut tumbuh dengan sendirinya. Tuhan mengajarkan Yunus cara melihat dan menilai sesuatu. Bahwa demikian juga Tuhan yang terlebih lagi mencintai manusia (anak kecil niniwe) yang tidak bisa membedakan tangan kanan dan kiri. Konsep nilai yang seharusnya: yang besar itu besar, yang kecil itu kecil; yang penting itu penting, yang harus dikerjakan itu harus dikerjakan.

Ketika kita belajar dari tokoh-tokoh alkitab kembali kita diingatkan bahwa Tuhan yang besar memakai kita yang kecil dan terbatas untuk pekerjaan tanganNya. Dan akhirnya yang memperlengkapi juga adalah Tuhan. Hasilnya pun adalah untuk kemuliaan Tuhan saja.

Soli Deo Gloria !

Christianity and Culture

Salah satu persoalan dalam gereja yaitu knowledge dan piety, antara culture dan Christianity. Tegangan ini muncul karena adanya orang-orang yang terus membangun dasar kekristenan yang kuat yang bisa disebut sebagai “the scientific or academic tendency”. Di sisi yang lain, orang-orang yang menekankan pada practical tendency. Biasanya yang praktikal ini menekankan kesederhaan injil. Dunia adalah dunia berdosa, kita adalah manusia berdosa. Injil adalah jawaban dan jalan keluar satu-satunya. Susah sekali menemukan titik temu antara tegangan ini. Diantara tegangan ini pula ada tegangan antara kekristenan dan kebudayaan.

Pendidikan secara umum menempatkan agama dan kebudayaan secara terpisah. Bahkan semakin terpisah dipandang semakin baik. Kurang lebih 5-6 hari dalam seminggu kita belajar mengenai pengetahuan dimana studi teologi menjadi berkurang dan tidak dipandang penting. Machen mengatakan itu seperti : “We studied natural science without considering its bearing or lack of bearing upon natural theology or upon revelation. We studied Greek without opening the New Testament….” Agama dilihat sebagai suatu subjek yang berhubungan dengan emosi dan kehendak saja, tanpa intelek kepada pengetahuan lainnya khususnya kepada firman Allah (wahyu khusus).

Di sisi lain, seminari mempelajari alkitab seperti mempelajari natural science dan sejarah. Kita belajar alkitab bukan lagi semata-mata karena memiliki kerinduan pengembangan akan moral dan kerohanian saja tapi juga untuk tahu. Jadi sudah terpengaruh oleh cara berpikir dan semangat scientific. Hubungan antara knowledge dan piety, culture dan Christianity menjadi sulit diselesaikan.

Ada beberapa solusi yang ditawarkan oleh Machen: (1) Christianity may be subordinated to culture. Posisi ini merupakan posisi mayoritas dari gereja-gereja. Kekristenan merupakan suatu human product dan bagian dari kebudayaan manusia. Tapi posisi ini akan kesulitan menyatakan bahwa kekristenan merupakan pewahyuan dari Tuhan Allah. Akibatnya yang terjadi adalah kebudayaan menghancurkan dan mendominasi kekristenan. Terjadi sinkretisme dimana sudah merubah dan mengkompromikan wahyu Allah. (2) Christianity is the opposite extreme of culture (seeks to destroy culture). Ini mungkin lebih baik daripada sebelumnya. Tidak terlalu melihat kemanusiaan dan kebudayaan secara optimistic (dan deification). Karena dunia ini terlalu jahat dan berdosa sehingga harus ditinggalkan karena tidak bisa lagi diselamatkan. Keselamatan merupakan anugerah pemberian Allah akan hidup yang baru. Kita harus meninggalkan hidup yang lama duniawi dan berdosa (mundane life). Sehingga kekristenan seharusnya menghancurkan atau meninggalkan segala kebudayan yang ada. Karena kebudayaan dilihat sebagai suatu ikatan hidup duniawi. Mereka mengakui bahwa kekristenan memang bagian dari kebudayaan. Tapi mereka menolak necessary evil yang ada di kebudayaan. Walaupun ada sisi benar dalam hal ini, tapi faktanya kita tidak bisa begitu saja melepaskan kebudayaan. Selain itu, di alkitab juga ada bagian-bagian dimana memuji dan menikmati keindahan alam ciptaan tanpa menyangkali keberdosaan dunia ciptaan. (3) Christianity consecration/cultivate culture. Daripada kita menghancurkan kebudayaan, mari kita membudidayakannya dan mengembangkannya dengan antusias untuk kemuliaan Tuhan. Kekristenan bukan hanya menyerap dan meliputi segala bangsa tapi juga segala pemikiran manusia. Kebudayaan harus dikritisi namun di sisi lain juga bisa dipakai untuk memuliakan Tuhan. ini merupakan posisi yang tepat sebagaimana yang dinyatakan dalam alkitab.

Ada beberapa keberatan: (1) Mungkinkah kekristenan akan menghancurkan kebudayaan? Bukankah seni dan pengetahuan harus independen supaya dapat berkembang? Jawabannya tergantung pada sejauhmana kebergantungan satu sama lain. Ketika bergantung pada otoritas manusia, maka akan terjadi sesuatu yang fatal. Tapi ketika kebergantungannya kepada otoritas Tuhan maka akan berbeda. Justru ketika tunduk pada otoritas TUhan, maka segala hal menjadi terangkat dan berkembang sebagaimana seharusnya. Karena Tuhan Allah adalah Pencipta segala sesuatu maka Dia bisa dengan tepat membawa ke arah mana kebudayaan manusia. (2) Mungkinkah kebudayan menghancurkan kekristenan? Tidak mudah kekristenan tetap bertahan di tengah-tengah kebudayaan dunia. Memang mungkin lebih mudah bagi kita menjadi Kristen dengan menjauhi segala yang ada di dunia. Tapi itu merupakan suatu tindakan yang konyol. Itu seperti membiarkan musuh kita menguasai medan pertempuran. Ada orang Kristen namun kita tidak mentrasformasi pemikiran dan gaya hidup sekitar kita. Medan pertempuran itu tetap real dan semakin lama yang terjadi adalah kita yang akan kalah. Kita harus terus membentuk diri kita menjadi orang-orang Kristen yang siap di medan pertempuran. Bersama-sama menjadi orang Kristen yang kritis dan intelek (men of thought) dan mampu memberikan suatu perubahan dalam segala aspek kehidupan untuk dipersembahkan dan tunduk kepada Tuhan. Orang Kristen yang memiliki fondasi iman yang kokoh dan setia kepada firman Tuhan dan mempertanggungjawabkannya dalam segala aspek kehidupan.

Disadur dari tulisan J. Gresham Machen berjudul “Christianity and Culture”