Lagu ini berdasarkan puisi yang ditulis oleh Francis dari Assisi (1181-1226) yang kemudian diterjemahkan dan digubah oleh Isaac Watts dan Thomas Ken. Dia adalah anak dari seorang pedagang kaya yang mana ayahnya ingin agar anaknya ini meneruskan usaha ayahnya. Tapi ternyata Francis lebih memilih untuk hidup dalam kesederhanaan. Dalam masa mudanya, Francis mengalami suatu pengalaman rohani yang mendorong dia agar meninggalkan semua hartanya, hidup sederhana dan melayani Tuhan serta sesama. Ia mengasihi Tuhan dan ciptaanNya. Lagu ini ditulisnya menjelang kematiannya. Ketika itu ia mengalami sakit dan penderitaan, ia tetap mengunjungi seorang teman. Sesudah pulang dari kunjungannya, ia kemudian terinspirasi untuk menulis lagu sukacita judulnya: “HAI MAKHLUK ALLAHMU BESAR“. Lagu ini mengungkapkan kebesaran Allah yang layak disembah oleh seluruh ciptaan. Alam semesta memuji kebesaran Tuhan. Ia percaya bahwa “to love God was to love all His creatures” (Mengasihi Allah adalah mengasihi semua ciptaanNya). Ia mengatakan: “If you have men who will exclude any of God’s creatures from the shelter of compassion and pity, you will have men who will deal likewise with their fellow men” (Jika engkau tidak mempunyai suatu belas kasihan terhadap ciptaan Allah, maka engkau juga akan berlaku demikian terhadap sesama). Ia sangat menganjurkan agar setiap orang percaya menyanyikan pujian bagi Tuhan. Ia sendiri menulis kurang lebih 60 lagu himne dalam hidupnya. Ia mengamini dan menghidupi Mazmur 19:1-4, “Langit menceritakan kemuliaan Allah dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar.”