William Tyndale

Wiilliam Tyndale lahir tahun 1490an di perbatasan Wales. Ia menempuh pendidikan di Magdalena Hall, Oxford dan kemudian di Cambridge. Ia menjadi guru untuk keluarga Sir John Walsh di Little Sodbury, di sebelah utara kota Bath. Sewaktu tinggal pada keluarga tersebut Tyndale prihatin atas minimnya pengetahuan rohani dari para rohaniawan setempat.

Hal ini mendorongnya untuk membuat Alkitab bahasa Inggris yang lebih baik dibanding Alkitab bahasa Inggris versi Wycliff yang saat itu disebarkan oleh kaum Lollard. Namun usaha Tyndale tersebut tidak mendapat dukungan dari Cuthbert Tunstall, uskup London pada saat itu, sehingga Tyndale pun memutuskan untuk melanjutkan proyeknya itu di Jerman pada 1524.

Pada awal 1525, Perjanjian Baru siap untuk dicetak. Sewaktu sedang dicetak di Koln, Phikah yang berwajib diberitahu dan mereka menggerebek percetakan itu. Tyndale lantas melarikan diri sambil membawa beberapa halaman yang sudah dicetak. Dia terus memperbaiki terjemahan tersebut sampai akhirnya pada 1530 terjemahan Tyndale dari Kejadian sampai Ulangan diterbitkan di Antwerpen, tempat tinggalnya saat itu.

Perjanjian Baru versi Tyndale diselundupkan ke Inggris. Pada akhir tahun 1526, Tunstall berkotbah melawannya dan secara formal beberapa eksemplar dibakar di St. Paul’s Cross. Tahun berikutnya Uskup Agung Warham dari Canterbury membeli sejumlah besar Alkitab sehingga memungkinkan biaya percetakan ulang. Terjemahan Tyndale sangat besar pengaruhnya. Karena itu Tyndale disebut sebagai “Bapa Alkitab Inggris.”

Hampir dapat dikatakan bahwa setiap Perjanjian Baru berbahasa Inggris sampai dengan abad lalu hanya merupakan penyempurnaan dari karya Tyndale. Kira-kira 90 persen dari kata-kata dalam karya Tyndale dipakai lagi dalam King James Version (Alkitab terjemahan versi Raja James) dan 75 persen dalam Revised Standard Edition (Alkitab Edisi Standar yang sudah diperbaiki).

Tyndale merencakan untuk menterjemahkan seluruh Perjanjian Lama. Tetapi pada tahun 1535, ia dikhianati oleh orang senegaranya di Antwerpen dan ditangkap. Tahun berikutnya ia dicekik dan dibakar. Kata-kata terakhirnya: “Tuhan bukakan-lah mata Raja Inggris.” Beberapa tahun setelah itu atas desakan Thomas Cranmer, Raja Henry VIII mengizinkan penerbitan Alkitab terjemahan Inggris sejak tahun 1535, yang semuanya banyak mengambil dari William Tyndale.