Haruskah Saya Takut Salah Mengambil Langkah?

Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari (Mazmur 19:13).

Mengapa ada banyak orang pintar secara akademis namun tidak bisa berbisnis? Ini adalah suatu penemuan yang mengejutkan. Ternyata keberhasilan dalam dunia akademis tidak menjamin keberhasilan dalam membangun usaha dagang. Salah satu faktor penting mengapa orang pintar tidak bisa berbisnis bukanlah karena ia kekurangan pengetahuan atau kekurangan kemampuan melainkan karena ia takut melangkah. Orang yang pintar secara akademis pada umumnya takut membuat kesalahan dan mau selalu mengambil langkah yang aman dan benar. Sayang sekali tidak dalam semua kasus kita bisa “play it safe” salah satunya dalam membangun usaha. Dapat dikatakan bahwa semua pilihan di dalam hidup mengandung risiko. Orang yang mau setia kepada Tuhan pun harus menerima risiko bahwa dirinya kemungkinan besar akan dibenci oleh dunia.

Haruskah orang Kristen takut berbuat salah kepada Tuhan? John Calvin menyatakan bahwa kesalehan yang sejati itu mengandung rasa takut untuk menyakiti hati Tuhan, bahkan ketakutan itu harus lebih besar daripada takut akan kematian. Namun orang yang menafsir kalimat ini secara salah bisa mengambil pandangan yang ekstrim. Ia pada akhirnya menjadi orang yang sangat pasif karena takut salah mengambil langkah dan mengecewakan Tuhan. Ia bahkan tidak berani berencana karena ia takut rencananya tidak sesuai dengan kemauan Tuhan.

Namun orang ini harus sadar bahwa Tuhan tidak menghendaki orang Kristen yang pasif. Orang Kristen bukan dipanggil untuk berdiam diri melainkan untuk aktif bertindak dan memancarkan terang Tuhan. Mungkin pertanyaan yang muncul kemudian adalah “bagaimana seandainya jika saya salah melangkah?” Pertama-tama orang Kristen harus mengerti Alkitab dan bisa membedakan mana tindakan atau langkah yang jelas-jelas salah dan mana yang masih dalam area abu-abu. Tindakan yang jelas salah harus dihindari. Tindakan yang masih berada dalam grey area harus diteliti dengan hikmat ilahi.

“Bagaimana kalau pada akhirnya saya bersalah juga?” Daud menulis Mazmur 19:13 untuk menyatakan kondisi manusia: manusia seringkali tidak sadar bahwa dirinya telah sesat. Manusia membutuhkan pribadi lain untuk mengevaluasi dan menyadarkan dirinya. Tidak ada satu pun manusia yang tidak pernah bersalah. Salomo di dalam segala hikmatnya pun tetap pernah melakukan kesalahan. Paulus yang begitu gigih dalam pekerjaan Tuhan tetap memerlukan Roh Kudus untuk menuntunnya dalam perjalanan misinya. Tidak hanya sekali Tuhan pernah mengubah rute perjalanan Paulus. Ini berarti Paulus pernah salah membuat perencanaan. ‘Salah’ yang dimaksudkan penulis di sini adalah salah karena tidak sesuai dengan rencana Allah. Namun Paulus tidak pernah dengan sengaja membuat perencanaan yang salah. Ia selalu memikirkan yang terbaik untuk pekerjaan Tuhan. Selain itu, ia terus bergantung kepada Tuhan sehingga ia tidak dibiarkan tersesat.

Selama kita melihat bahwa apa yang kita rencanakan tidak menentang Alkitab atau pimpinan Roh Kudus, maka kita boleh memiliki keberanian untuk melaksanakan rencana tersebut sambil terus berjaga-jaga di dalam doa agar kita peka akan suara pimpinan-Nya. Mazmur 19:13 harus selalu menjadi doa kita.