Oh, Semarak Kemuliaan Allah Cemerlang
Lirik: Ambrose dari Milan (lahir. Sekitar tahun 340, Treves, Jerman; meninggal 3 April 397, Milan, Italia)
Musik: Manuskrip Trier (abad ke-15)
Urbanisasi, yang dicirikan oleh daerah metropolitan yang luas, telah menjauhkan sebagian besar penduduk dari keheningan alam. Pusat-pusat kota dan masyarakat yang berorientasi pada media dapat merampas kesempatan kita untuk merenungkan nilai-nilai yang ada di luar jangkauan kita. Lampu neon yang menyilaukan, misalnya, mengurangi kemampuan kita untuk memahami kemuliaan bintang di atas kita. Dibutuhkan retret ke daerah pedesaan atau padang belantara terpencil agar kita dapat mengalami terang sejati dari bintang-bintang. Persekutuan dengan Pencipta kita kemudian dapat diperbarui seraya kita merenungkan kuasa-Nya untuk membuat matahari begitu terang sehingga menerangi bintang-bintang melalui pantulan cahaya. Allah menciptakan terang — tindakan penciptaan yang paling pertama — karena Ia adalah terang! (Kejadian 1:3; 1 Yohanes 1:5)
Teks himne oleh Ambrose dari Milan ini telah digunakan dalam ibadah Kristen selama setidaknya 1.400 tahun. Judul aslinya, Splendor patemae gloriae, adalah versi Latin Vulgata dari frasa dalam Ibrani 1:3 di mana Yesus Kristus disebut “cahaya kemuliaan Allah.” Kemuliaan Allah memancar melalui Yesus Kristus dan Roh Kudus untuk bertemu dengan ibadah kita (bait 1-2). Sebagai hasilnya, kita menjadi lebih saleh, semakin menyerupai Kristus, lebih “dipenuhi dengan Roh” (bait 3). Himne ini diakhiri dengan doksologi kepada Allah Tritunggal. Nada ini, yang umum digunakan sejak abad ke-15, akan sangat mudah dinyanyikan. Nada ini harus dimainkan seluruhnya dengan instrumen-instrumen musik. Jika paduan suara menyanyikan bait pertama secara serempak, maka jemaat akan mempelajarinya dengan cepat.