Katekismus Heidelberg P42 – Keharusan Kematian Orang Percaya

Renungan harian

20 September 2021

Katekismus Heidelberg

P42 – Keharusan Kematian Orang Percaya

Pert. Jika Kristus telah mati untuk kita, mengapa kita juga harus mati?

Jaw. Kematian kita bukanlah pelunasan utang dosa-dosa kita (a), melainkan kematian bagi dosa, dan pintu masuk ke dalam hidup yang kekal (b).

(a) Mar 8:37. (b) Fil 1:23.

Sebagian penjelasan dari Zacharias Ursinus:

Orang percaya mati bukan untuk memuaskan keadilan Allah, tetapi agar kita dapat menerima manfaat dari kematian Kristus, agar dosa dihapuskan, dan menjadi jalan kepada hidup yang kekal. Kematian sementara adalah untuk: 1) menegur kita akan sisa-sisa dosa dalam diri kita, 2) mengingatkan kita akan betapa jahatnya dosa, 3) menghancurkan sisa-sisa dosa dalam diri kita, dan 4) menjadi jalan kepada hidup kekal.

Katekismus Heidelberg P41 – Keharusan Penguburan Kristus

Renungan harian

13 September 2021

Katekismus Heidelberg

P41 – Keharusan Penguburan Kristus

Pert. Mengapa Dia dikuburkan?

Jaw. Supaya dengan demikian ditegaskan bahwa Dia telah benar-benar mati (a).

(a) Kis 13:29.

Sebagian penjelasan dari Zacharias Ursinus:

Ada beberapa alasan mengapa Kristus harus dikuburkan:

1. Dia dikubur untuk mengonfirmasikan kematian-Nya. Hanya mereka yang sudah meninggallah yang dikuburkan. Ketika ia mati di atas kayu salib, ia ditusuk oleh tombak, diturunkan dari salib, dan dikuburkan. Dengan penguburannya, kita dibuat yakin bahwa Ia sungguh mati. Dengan ini kita menjadi yakin akan penebusan kita, karena keselamatan kita harus mencakup kematian-Nya, yang dibuktikan dengan penguburan-Nya.

2. Agar bagian terakhir perendahan-Nya dapat dicapai. Penguburan adalah bagian dari hukuman dan kutukan yang seharusnya diberikan kepada kita. Kejadian 3:19b sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.

3. Ia dikuburkan agar kita tidak takut akan kematian dan agar kita kita tidak melihat kematian sebagai akhir tetapi sebagai istirahat yang damai hingga kita dibangkitkan.

4. Ia dikuburkan agar sesudah Ia bangkit kita mengerti bahwa Ia telah mengalahkan maut dengan kuasa-Nya sendiri.

Katekismus Heidelberg P40 – Keharusan Kematian Kristus

Renungan harian

6 September 2021

Katekismus Heidelberg

P40 – Keharusan Kematian Kristus

Pert. Mengapa Kristus harus merendahkan diri sampai mati?

Jaw. Sebab, menurut keadilan dan kebenaran Allah (a), hutang dosa-dosa kita tidak dapat dilunasi dengan cara lain kecuali dengan kematian Anak Allah (b).

(a) Kej 2:17. (b) Rom 8:4.

Sebagian penjelasan dari Zacharias Ursinus:

Kristus harus mati, tidak hanya menderita, karena:

1. Keadilan Allah. dosa merupakan kejahatan yang begitu serius sehingga menurut keadilan orang berdosa harus mati. Pelanggaran terhadap Kebaikan yang Tertinggi mendatangkan hukuman yang terberat yaitu kematian. Roma 6:23a Sebab upah dosa ialah maut. Kristus mengambil tempat kita, menanggung dosa kita, dan menerima kematian.

2. Kebenaran Allah. Allah telah menyatakan bahwa Ia akan menghukum dosa dengan kematian pelanggar. Kejadian 2:17b sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati. Firman Tuhan ini harus digenapkan setelah dosa telah dilakukan.

3. Janji yang disampaikan oleh para nabi. Yesaya 53:7 Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.

4. Kristus sendiri menyatakan bahwa kematian-Nya adalah keharusan. Yohanes 16:7 Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. Yohanes 13:8 Kata Petrus kepada-Nya: “Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya.” Jawab Yesus: “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku.” Yohanes 12:32 dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku. Kematian-Nya penting untuk memuaskan keadilan dan kebenaran Allah.

Katekismus Heidelberg P14 – Pelunasan Hutang Dosa dan Ketidak-berdayaan Ciptaan

Renungan harian

8 Maret 2021

Katekismus Heidelberg

P14 – Pelunasan Hutang Dosa dan Ketidak-berdayaan Ciptaan

Pert. Mungkinkah ditemukan suatu makhluk semata, yang dapat melaksanakan pelunasan bagi kita?

Jaw. Tidak mungkin. Pertama, Allah tidak mau menjatuhkan hukuman terhadap makhluk lain karena kesalahan yang diperbuat manusia (a). Kedua, tidak ada makhluk semata yang sanggup menanggung beban murka Allah yang kekal atas dosa dan membebaskan makhluk-makhluk lain darinya (b).

(a) Yeh 18:4b. (b) Maz 49:8-9.

Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, seluruh ciptaan di dunia menjadi rusak. Ini karena manusia adalah mahkota ciptaan yang menjadi perwakilan bagi seluruh ciptaan di dunia. Kesalahan manusia tidak dapat ditebus atau ditimpakan kepada ciptaan lain, selain manusia. Maka dari itu, manusialah yang harus menanggung hutang dosa manusia.

Kendati demikian, murka Allah yang kekal itu begitu besar sehingga tidak ada ciptaan yang dapat menanggungnya. Jadi, pribadi yang menanggungnya haruslah manusia serta melebihi manusia pada saat yang sama. Ini berarti manusia membutuhkan pribadi yang melebihi manusia untuk menyelamatkannya. Malaikat tidak dapat melakukan ini karena ia juga adalah ciptaan.

Katekismus Heidelberg P13 – Pelunasan Hutang Dosa dan Ketidak-berdayaan Manusia

Renungan harian

1 Maret 2021

Katekismus Heidelberg

P13 – Pelunasan Hutang Dosa dan Ketidak-berdayaan Manusia

Pert. Dapatkah kita melaksanakan pelunasan dengan berupaya sendiri?

Jaw. Sama sekali tidak. Bahkan, tiap-tiap hari kita menambah hutang kita (a).

(a) Maz 130:3.

Manusia sudah jatuh ke dalam dosa. Keinginan hatinya adalah kejahatan semata-mata, bahkan dari masa mudanya (Kejadian 8:21). Tidak ada satu manusia pun yang mencari Allah dan berbuat baik (Mazmur 14:2-3). Inilah penilaian Alkitab terhadap semua manusia. Jadi alih-alih melunaskan hutang dosa itu, manusia malah terus menerus menambah hutang dosa dalam hidupnya. Semakin lama manusia hidup, semakin banyak pula dosa yang dilakukannya.

Maka dari itu pelunasan hutang dosa harus diupayakan oleh pihak lain selain manusia berdosa. Mazmur 130:8 memberikan kita petunjuk bahwa Allah-lah yang bertindak untuk melunaskan hutang dosa umat-Nya: Dialah yang akan membebaskan Israel dari segala kesalahannya.