Kita Mengasihi karena Yesus Mengasihi Kita

Kutipan oleh Phil Ryken yang diambil dari buku “Mengasihi seperti Yesus Mengasihi” (Surabaya: Momentum, 2016) halaman 9.

Namun saya tahu bahwa di dalam Injil ada pengharapan bagi orang-orang berdosa yang tidak memiliki kasih. Salah satu tempat yang baik untuk melihat pengharapan ini terdapat dalam kisah yang Markus ceritakan mengenai Yesus. Kapan pun kita berbicara tentang kasih, kita harus selalu kembali kepada Yesus. Kasih dalam Pasal Kasih [1 Korintus 13] sungguh merupakan kasih-Nya. Maka selama kita mempelajari setiap frasa dalam setiap ayat dalam 1 Korintus 13, ktia berulang kali akan kembali pada kisah Yesus dan kasih-Nya. Kita tidak akan pernah belajar bagaimana mengasihi dengan mengusahakannya dari hati kita sendiri. Kita hanya dapat belajar mengasihi dengan lebih memiliki Yesus dalam hidup kita. Alkitab berkata, “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita” (1 Yoh. 4:19). Karena hal ini benar, maka satu-satunya cara bagi kita agar lebih mengasihi adalah dengan memiliki lebih banyak kasih Yesus, sebagaimana kita menemukan Dia di dalam Injil.

Sinning with a High Hand

Tetapi orang yang berbuat sesuatu dengan sengaja, baik orang Israel asli, baik orang asing, orang itu menjadi penista TUHAN, ia harus dilenyapkan dari tengah-tengah bangsanya. (Bilangan 15:30)

 

Kitab Bilangan pasal ke-15 membicarakan tentang dosa yang tidak sengaja dan dosa yang disengaja. Dikatakan bahwa mereka yang berdosa secara sengaja telah menjadi penista Tuhan dan harus dilenyapkan dari tengah-tengah Israel. Pernahkah kita melakukan dosa secara sengaja? Kita pasti pernah. Adakah tokoh di dalam Alkitab yang melakukan dosa secara sengaja? Ada banyak. Abraham melakukan dosa dengan sengaja. Ia berbohong kepada Firaun dan Abimelekh. Ishak juga berbohong. Yakub berbohong kepada ayahnya sendiri dan kakaknya. Musa berdosa dengan tidak melaksanakan sesuai perintah Tuhan. Daud berdosa secara sengaja dalam hal membunuh Uria, berzinah dengan Betsyeba, dan membohongi rakyat. Kasus-kasus seperti inikah yang dimaksudkan ayat di atas? Mengapa mereka tidak dilenyapkan oleh Tuhan?

Bilangan 15:30 sebenarnya membicarakan tentang ‘sinning with a high hand.‘ Dalam budaya Timur Dekat Kuno, kita bisa menemukan gambar atau patung dimana ada seseorang yang mengacungkan tangannya ke arah langit. Ini berarti orang tersebut sedang secara langsung menantang Allah. Orang ini sama sekali tidak punya rasa takut kepada Allah dan siap untuk melawan-Nya. Inilah yang dilakukan oleh para pemimpin agama yang melawan pemberitaan Injil secara frontal.

Ada seorang yang pernah berkata ‘aku memang pemabuk dan suka bermain perempuan, tapi aku tidak terima jika Nama Allah-ku dinista.’ Orang ini masih melakukan dosa, namun bukan ‘dosa dengan tangan teracung’ seperti yang dilakukan oleh para pemimpin agama. Dosa dengan tangan teracung merupakan dosa yang derajatnya lebih parah daripada dengan dosa lainnya.

Kebersamaan di dalam Tuhan

Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati. (Yohanes 21:14)

 

Tuhan Yesus sudah sebanyak tiga kali menyatakan kepada para murid-Nya bahwa Ia akan mati namun akan bangkit pula. Meskipun sudah dinyatakan sebanyak tiga kali, para murid hanya dapat menangkap sebagian kebenaran yaitu “Yesus akan mati” dan berhenti pada kalimat tersebut. Mereka pada saat itu belum dapat mengerti apa arti kebangkitan yang disebutkan oleh Yesus. Kalimat Yesus mendatangkan kesedihan bagi mereka, bukan karena Tuhan tetapi karena mereka tidak mengerti ucapan tersebut. Pembaca Alkitab yang belum mengerti arti kebangkitan, jika membaca bagian ini, dapat mengalami kesedihan yang sama. Dalam Yohanes 21, Tuhan Yesus menampakkan diri kepada para murid yang pada saat itu berpikir bahwa Yesus sudah mati dan tidak mungkin bangkit. Apa yang tertulis dalam pasal ini dapat mengajarkan kepada para pembaca tentang perbandingan antara kebersamaan tanpa kesadaran akan Tuhan yang hidup dan kebersamaan dengan kesadaran akan Tuhan yang hidup.

 

Continue reading “Kebersamaan di dalam Tuhan”