Kasih yang Langgeng

Kutipan oleh R. C. Sproul yang diambil dari buku “Mendambakan Makna Diri” (Surabaya: Momentum, 2005) halaman 48-9.

Kasih yang langgeng [adalah] jenis kasih yang telah diproses dalam cawan pemurnian melalui penderitaan dan kesesakan, dibangun di atas landasan batu karang kepercayaan. Kepercayaan adalah sesuatu yang mudah goyah, rapuh. Bisa dibutuhkan bertahun-tahun untuk memperkuatnya, dan beberapa menit saja sudah cukup untuk menghancurkannya. Jadi kasih yang langgeng harus sanggup menanggung kekecewaan dan perasaan diabaikan oleh orang-orang yang kita andalkan. Bukan berarti kepercayaan membabi buta yang timbul dari keluguan. Kita tahu bahwa manusia itu berdosa, dan karena itu kita tidak memandang pada dunia dan manusia melalui kacamata merah jambu yang membuat semuanya tampak indah.

Sukacita dan Penderitaan dalam Pelayanan

“Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah.”

(2 Korintus 1:3-4)

 

Pelayanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan Kristen. Baik yang terbesar maupun yang terkecil, semua yang percaya kepada Tuhan merupakan anggota tubuh Kristus. Setiap anggota tubuh Kristus tidak dipanggil hanya untuk berdiam dan menjadi penonton, tetapi dipanggil untuk melayani seluruh tubuh Kristus. Namun kita harus mengakui bahwa pada faktanya pelayanan tidaklah selalu menjadi kegiatan yang sepenuhnya menyenangkan, bahkan ketika kita melayani di dalam gereja sekalipun. Mereka yang melayani Tuhan tidak pernah terlepas dari tantangan pelayanan. Tantangan tersebut bisa datang dari luar gereja maupun dalam gereja. Setan pun turut ikut campur agar panggilan orang Kristen untuk melayani dapat digagalkan atau setidaknya diminimalisir sehingga orang Kristen tidak bisa melayani Tuhan secara maksimal. Alkitab menyatakan bahwa Rasul Paulus pun mengalami banyak penderitaan dalam pelayanannya, namun ia tidak pernah mundur meskipun ia sempat mengalami keputus-asaan. Apa yang menjadi alasan bagi Paulus untuk tetap bersemangat melayani Tuhan di tengah kesulitan?

 

Continue reading “Sukacita dan Penderitaan dalam Pelayanan”