Katekismus Heidelberg P52 – Penghiburan dalam Penghakiman Kristus

Renungan harian

29 November 2021

Katekismus Heidelberg

P52 – Penghiburan dalam Penghakiman Kristus

Pert. Penghiburan apa yang Saudara peroleh dari kedatangan Kristus kembali untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati?

Jaw. Bahwa dalam segala kedukaan dan penganiayaan, dengan kepala tegak aku tetap menantikan kedatangan Dia, yang dahulu menghadapi pengadilan Allah guna kebaikanku, dan yang telah mengangkat seluruh kutuk Allah dariku, untuk menjadi Hakim surgawi (a). Dia akan membuang semua musuh-Nya, yang adalah juga musuhku, ke tempat kutuk yang kekal (b), tetapi akan menyambut aku bersama dengan semua orang pilihan-Nya dalam kesukaan dan kebahagiaan yang di surga (c).

(a) Fil 3:20. (b) 2Tes 1:8. (c) Mat 25:34.

Sebagian penjelasan Zacharias Ursinus:

Kristus akan menghakimi semua manusia, yang hidup dan yang mati, yang benar dan yang fasik. Ia juga akan menghakimi malaikat yang fasik. Orang-orang yang mati akan dibangkitkan oleh kuasa Kristus. Yohanes 5:28 Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya. Kristus akan mengumpulkan semua orang dan membuat mereka berdiri di hadapan kursi penghakiman-Nya, melalui pelayanan malaikat. Langit dan bumi akan ditelan oleh api dan diubahkan, bukan dimusnahkan total.

Orang yang benar akan dipisahkan dari orang yang fasik. Orang yang benar karena percaya kepada Kristus akan masuk ke dalam kerajaan-Nya (Matius 25:34 Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan). Orang fasik akan menerima kengerian (Matius 25:41 Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya).

Penghakiman dengan Kasih

Kutipan oleh R. C. Sproul yang diambil dari buku “Mendambakan Makna Diri” (Surabaya: Momentum, 2005) halaman 49-51.

Penghakiman dengan kasih ialah evaluasi terhadap orang-orang lain yang dilembutkan oleh kasih. Penghakiman dengan kasih tidak mempersalahkan sebelum ada alasan yang kuat dan tidak tergoda untuk melontarkan tuduhan-tuduhan keji yang tidak berperasaan. Penghakiman ini dilakukan dengan kasih yang bebas dari iri hati dan kebencian… Agar kasih yang percaya mampu bertahan di tengah konflik dan pertentangan yang melanda setiap hubungan antar manusia, kita perlu mengambil sikap praduga tidak bersalah, suatu kecapakan dalam mewujudkan penghakiman dengan kasih. Mengakui kebenaran berarti bahwa satu-satunya unsur penting bagi kasih yang langgeng adalah praktik penghakiman dengan kasih… Apabila kita membayangkan motif yang paling jelek di balik perbuatan orang yang menyakiti diri kita, berarti kita melakukan analisis kemungkinan terburuk. Kita bereaksi berlebihan, dengan berasumsi bahwa mereka memang berniat menyakiti kita separah itu. Namun kerap kali tidak demikian adanya… Kebalikannya adalah analisis kemungkinan terbaik. Di sini kita mengasumsikan motif terbaik yang mungkin ada di balik suatu perbuatan yang menyakitkan. Patut disayangkan bahwa kita biasanya menerapkan pemikiran kemungkinan terbaik ini hanya dalam pembelaan diri untuk kesalahan-kesalahan kita sendiri.

Jangan Melupakan Tuhan

“Hati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN, Allahmu, dengan tidak berpegang pada perintah, peraturan dan ketetapan-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini” (Ulangan 8:11)

 

Saat perintah ini diucapkan oleh Musa, bangsa Israel masih mengembara di padang gurun. Mereka belum menyeberangi sungai Yordan untuk mengambil tanah Kanaan. Firman Tuhan ini diberikan kepada mereka sebagai peringatan. Sebelum bangsa Israel berdosa dan melupakan Tuhan di tanah perjanjian, Tuhan sudah memperingatkan mereka terlebih dahulu. Sama seperti Allah memberikan peringatan kepada Kain yang sudah marah di dalam hatinya (Kejadian 4:7), demikian pula Allah memberikan peringatan kepada bangsa Israel sebelum mereka merebut tanah Kanaan. Peringatan ini masih berbicara kepada orang Kristen masa kini.

 

Continue reading “Jangan Melupakan Tuhan”