Ujian Keselamatan dan Keyakinan Keselamatan (STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020)

STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020

Pdt. Tumpal H. Hutahaean, M.Th.

13 Juni 2020: Ujian Keselamatan dan Keyakinan Keselamatan

PENDAHULUAN

             Kita akan membahas tentang ujian keselamatan dan keyakinan keselamatan. Kita akan melihat dari 1 Yohanes 5:13-14 dan 2 Korintus 13:5. Salah satu kebutuhan jiwa kita adalah adanya kepastian dan jaminan hidup. Dalam hal apapun kita membutuhkan kepastian dan jaminan. Apakah ada perbedaan antara kepastian (certainty) dengan jaminan (guarantee) keselamatan? Pasti ada. Mengapa ada orang yang sudah percaya kepada Kristus tetapi belum pasti atau tidak Yesus yakin akan keselamatannya? Ada orang-orang yang sudah bertobat namun karena pergumulan tertentu akhirnya mereka ragu akan keselamatan mereka. Mengapa ada orang Kristen yang yakin akan keselamatannya walaupun dasar percayanya karena rasio dan perasaan diri sendiri? Apakah orang-orang seperti ini diselamatkan atau tidak? Sampai sejauh mana pentingnya ujian keselamatan dan keyakinan keselamatan? Ini sangat penting. Jika keselamatan kita tidak diuji, maka kita tidak bisa sungguh-sungguh tahu apakah kita ini anak-anak Tuhan atau bukan. Apakah keyakinan keselamatan berdasarkan kata Alkitab itu penting? Ini juga sangat penting. Ini agar kita bisa menghidupi kepastian keselamatan kita dengan damai sejahtera, bukan dengan ketakutan, kekhawatiran, atau keraguan. Jika semua ini beres, maka pertumbuhan kerohanian kita juga akan menjadi beres. Jika kerohanian kita beres, maka buah-buah keselamatan dan pelayanan kita juga beres. Namun jika itu tidak beres, maka itu akan mengganggu kerohanian, buah keselamatan, dan pelayanan kita.

PEMBAHASAN

1) Program Tuhan

            Alkitab menyatakan bahwa Tuhan memiliki program untuk menyelamatkan umat pilihan-Nya. Keselamatan itu bersifat pasti karena keselamatan itu dikerjakan oleh Allah sendiri. Tidak ada rekayasa atau sandiwara dalam keselamatan yang Allah kerjakan. Seluruh nubuat yang Allah berikan itu pasti dan tergenapi. Yesus hidup memenuhi semua tuntutan hukum Taurat dengan sempurna. Ketika Yesus mengajarkan, Ia mengajar dengan kuasa. Ia menjalankan kehendak Bapa dengan sempurna. Jadi semua itu pasti. Ini penting karena bisa menjadi suatu dorongan bagi kita untuk menghasilkan buah-buah iman. Kita diselamatkan bukan untuk kepentingan diri sendiri tetapi untuk Allah dan sesama kita. Orang yang tidak menghasilkan buah iman harus dipertanyakan keselamatannya. Penjahat di sebelah Yesus tidak memiliki kesempatan untuk menyatakan buah imannya selain pengakuannya akan siapa diri Yesus. Ia memercayakan dirinya kepada Tuhan dan Tuhan memberikan kepastian dan jaminan keselamatan kepadanya. Bagi kita yang masih memiliki waktu, kita harus menyatakan buah iman kita.

2) Program Setan

            Orang percaya bisa mengalami kemunduran iman. Ia sudah diselamatkan namun tidak tampak buah imannya dan mengalami kemunduran iman. Akhirnya Setan membuatnya meragukan keselamatannya. Keraguan itu merupakan kemunduran iman. Orang itu mungkin menjadi ragu karena terus jatuh-bangun dalam kerohanian dan terus bergumul dengan dosa tertentu. Ia menjadi depresi dan merasa tidak pasti atau bingung dengan keselamatannya. Ia kemudian bisa mempertanyakan apakah Tuhan sungguh hidup dalam dirinya. Orang yang terikat dengan pergumulan dan masalah tidak akan bisa mengalami kemenangan iman. Orang itu tidak akan bertumbuh dalam kerohanian dan pelayanan. Ini karena ia kalah terhadap penderitaan, pergumulan, dan tekanan. Ia tidak sungguh-sungguh bergantung pada Tuhan dan firman-Nya. Orang seperti ini akan sulit melayani karena untuk menghadapi diri sendiri saja sudah susah. Kita tidak menunggu sampai diri kita menjadi sempurna baru kemudian melayani. Minimal kita harus bertumbuh dalam kerohanian dan tanggung jawab. Tuhan tidak pernah menanamkan keraguan. Keraguan adalah pekerjaan Setan.

3) Tiga macam kepastian dan keyakinan keselamatan

            Macam pertama adalah orang yang percaya dan tahu atau yakin berdasarkan iman. Ini adalah tipe keselamatan yang objektif. Ia tahu bahwa imannya mengandung keselamatan dan hidupnya bertemakan melayani Tuhan. Macam kedua adalah orang yang percaya tahu atau yakin berdasarkan diri sendiri. Ia belum mengalami kelahiran baru dan perubahan hidup. Imannya hanya berdasarkan rasio dan perasaan. Jadi ia percaya karena kekuatan diri sendiri. Orang seperti ini belum diselamatkan. Jadi ini adalah tipe keselamatan yang relatif. Macam ketiga adalah orang yang percaya namun tidak tahu atau tidak yakin akan keselamatannya. Jadi ini tipe keselamatan yang subjektif. Ia sudah sungguh-sungguh mengalami keselamatan itu namun di dalam waktu ia menjadi ragu.

4) Jenis pertama: percaya dan tahu atau yakin memiliki hidup yang kekal berdasarkan iman

            Orang seperti ini memiliki A) kesaksian Roh Kudus (1 Yohanes 5:6b, 10 a). Roh Kudus tinggal dalam hati orang yang diselamatkan (1 Yohanes 3:24, 4:13; Roma 8:9) dan bersaksi. Roh Kudus menggarap hidup kita dalam kesucian dan membangun kepekaan kita terhadap dosa. Ia memampukan kita hidup dan berjalan dalam kebenaran. Ia melengkapi kita dalam pelayanan. Roh Kudus juga menolong kita dalam pengenalan kita akan Tuhan. Allah Roh Kudus menyucikan hati nurani kita sehingga kita tidak berani bermain-main dalam dosa. Kesaksian Roh Kudus paling diketahui oleh diri kita sendiri. Semua pekerjaan Roh Kudus dalam hidup kita adalah kesaksian Roh Kudus. Roh Kudus juga menjadi saksi bagi hubungan seseorang yang telah diselamatkan dengan Allah (Roma 8:16; Galatia 4:6). Ketika kita sadar bahwa kita adalah anak Tuhan, maka hati kita akan penuh damai dan sukacita. Kita memiliki kuasa sebagai anak-anak Allah.

            Orang seperti ini juga B) memiliki tanda-tanda hidup baru (1 Yohanes 5:11-12). Kita sudah bersatu dengan Kristus. Kita percaya akan inkarnasi dan karya keselamatan Tuhan Yesus Kristus serta penggenapan yang Allah Roh Kudus kerjakan dalam diri kita. Tanda pertama adalah kita mengalami pembaruan tabiat manusia batiniah kita (karakter rohani) – Yohanes 1:12; 2 Korintus 5:17; Kolose 3:9-10. Orang yang berada dalam Kristus akan berubah ke arah Kristus. Salah satu yang mengalami perubahan adalah karakter roh kita. Ada enam tanda hidup baru dalam Kristus yang menjadi tolok ukur untuk menguji keselamatan kita.

5) Tanda-tanda hidup baru

            a) Tanda persekutuan dengan Allah dan umat-Nya (1 Yohanes 1:3). Orang yang hidup baru punya kerinduan dan kenikmatan yang baru yaitu persekutuan dengan Tuhan dan tubuh Kristus. Mereka menjadi anggota keluarga Allah dan memiliki ikatan di sana. Dalam persekutuan fisik, kita melihat keindahan dalam berbagi misalnya pergumulan kita, iman kita, dan lainnya. Persekutuan tanpa membuka diri dan berbagi bukanlah persekutuan sesungguhnya. Orang yang belum diselamatkan tidak akan memiliki kerinduan untuk memiliki relasi dengan Tuhan dan sesama. Ia malah punya kecenderungan untuk memberontak terhadap Firman Tuhan dan Gereja (Yohanes 3:20; Yohanes 15:19; Roma 3:11, 18). Kita dipanggil ke luar dari dosa kepada terang. Itu adalah bukti bahwa kita sudah diselamatkan.

            b) Tanda ketaatan kepada Allah (1 Yohanes 2:3). Orang itu sungguh-sungguh mau taat kepada seluruh Firman Tuhan. Semua yang Alkitab tuntut harus kita kerjakan. Ia memiliki kerinduan untuk taat secara total. Respons kita terhadap Injil merupakan permulaan hidup ketaatan kita kepada Kristus (2 Korintus 5:15). Sebaliknya, orang di luar Kristus tidak pernah rela menaati Allah (Roma 3:12, 8:7-8; Efesus 2:2). Itu karena ia masih menjadi musuh Allah. Ia merasa tenang walaupun melawan Allah. Salah satu pekerjaan Roh Kudus adalah menggarap ketaatan kita. Ia menegur kita jika tidak taat. Ia memampukan kita untuk hidup dalam ketaatan total.

            c) Tanda melakukan kebenaran (1 Yohanes 2:29). Tujuan surat 1 Yohanes ditulis adalah supaya para pembacanya tahu bahwa mereka yang percaya sudah memiliki hidup kekal dalam Tuhan Yesus Kristus. Orang itu melakukan kebenaran yaitu melakukan kehendak Allah dalam kuasa-Nya (Ibrani 13:21; Filipi 1:11). Kita bukan mesin rohani dalam melakukan kebenaran. Kita diberikan kebebasan untuk melakukan tanggung jawab dalam segala aspek. Kita melakukan kebenaran bukan untuk menyatakan diri kita benar melainkan untuk menyatakan Tuhan. Kita bisa menghidupi kebenaran karena pertolongan Allah Roh Kudus karena kebenaran itu adalah milik Allah sendiri. Dengan dimilikinya Roh Kudus, orang percaya dimampukan untuk merindukan dan melakukan kehendak Allah ketika mereka menyerahkan diri dalam kontrol-Nya (Roma 8:4; Filipi 2:13, 4:13). Jika kita ingin dipakai oleh Tuhan, maka kita harus berserah kepada-Nya. Jadi ini bukan karena kehebatan kita. Sebaliknya, orang tidak percaya tidak pernah melakukan apa yang benar di hadapan Allah karena kerusakan status dan tidak adanya kasih dalam diri mereka (Roma 3:10, 12; 1 Yohanes 3:10). Dalam Gereja ada orang-orang seperti ini dalam izin Tuhan. Dalam Gereja pasti ada gandum dan lalang. Keberadaan orang-orang diizinkan untuk melatih iman kita. Mereka tidak menjadi murid kebenaran tetapi memanfaatkan kebenaran. Mereka bisa terlihat sibuk dalam pelayanan namun hati mereka tidak dibuka untuk Firman Tuhan.

            d) Tanda kasih kepada Allah (1 Yohanes 3:14). Ini adalah kasih Kristus yang mengalir dalam hati kita oleh karena pekerjaan Roh Kudus (Roma 5:5; Galatia 5:22). Orang yang mengasihi Allah akan memiliki kasih untuk mengasihi orang-orang berdosa. Orang itu akan terus rindu untuk melayani Tuhan dan mencapai kebaikan orang lain sekalipun ia harus mengorbankan dirinya (1 Yohanes 3:16-18). Mereka mau agar semua pelayanan bisa dikerjakan dengan baik dan sempurna. Kristus sudah berkorban untuk kita. Ia menjadi teladan bagi kita. Jadi pengorbanan adalah bagian dari karakter hidup Kristen. Jika mau berkorban dalam pelayanan namun tidak merasa berkorban, maka itu berarti karakter kita sudah dekat dengan karakter Kristus. Manifestasi kasih ini merupakan tanda sejati seorang murid Tuhan (Yohanes 13:34-35). Ketika kita mengasihi, kita tidak akan senang ketika melihat sesama kita terjatuh. Kita akan memiliki belas kasihan terhadap orang itu.  Dalam kasih itu tidak ada dendam, iri, dan benci. Semua itu bukanlah karakter anak Tuhan. Kita akan mau berkorban untuk orang itu untuk menyatakan kasih Tuhan. Sebaliknya, orang di luar Kristus tidak mengasihi umat Allah dengan cara sedemikian (Yohanes 15:17-19). Mereka juga tidak mengasihi Allah yang meminta ketaatan mereka (Yohanes 3:20, 14:15). Orang yang hitung-hitungan dalam pelayanan perlu dipertanyakan kasihnya. Semua yang Allah berikan adalah titipan Tuhan yang harus kita pakai untuk kemuliaan Tuhan.

            e) Tanda pengakuan akan Kristus (1 Yohanes 4:15). Orang yang diselamatkan sudah menerima kesaksian Allah tentang Anak-Nya serta dengan rela mengaku iman mereka terhadap kebenaran tersebut (1 Yohanes 5:6, 9:10). Sebaliknya, orang yang tidak percaya menolak kesaksian yang Allah berikan tentang Anak-Nya yaitu Kristus (1 Yohanes 4:1-3). Jadi orang yang tidak mengakui Tuhan Yesus Kristus perlu dipertanyakan keselamatannya. Kepastian dan keyakinan keselamatan itu sejalan dengan pengenalan akan Tuhan. Antikristus berasal dari Gereja itu sendiri. Mereka adalah titipan Setan. Mereka tampak seperti orang Kristen namun menyatakan iman yang menyeleweng.

            f) Tanda kerendahan hati di hadapan Tuhan. Orang percaya yang sejati tidak dapat tenang jika tidak mengakui adanya dosa dalam dirinya karena ada Roh Kudus yang selalu menegur hati nuraninya dan hal itu juga tidak cocok lagi dengan keberadaan dirinya yang baru dalam Kristus (Efesus 4:30; Roma 6:1-13, 14:17; Galatia 5:25). Yohanes menyatakan bahwa orang yang sudah percaya tidak akan menikmati dosa. Kalau kita masih menyimpan dan menikmati dosa, maka kita bukanlah anak-anak Tuhan. Anak-anak Tuhan tidak akan menyimpan dosa. Kita justru akan melakukan kebenaran di dalam Tuhan. Allah Roh Kudus tidak akan membiarkan kita bermain-main dalam dosa. Ia akan menarik kita ke luar dan membangunkan kita. Hati kita akan digarap oleh Roh Kudus sehingga kita akan bersinar bagi Tuhan. Enam tanda inilah yang menjadi tolok ukur untuk menguji keselamatan kita.

6) Jenis kedua: percaya dan tahu atau yakin memiliki hidup yang kekal berdasarkan diri sendiri

            Orang percaya model ini adalah orang yang pertobatannya semu karena aspek psikologis belaka. Orang seperti ini bisa sungguh yakin bahwa ia menerima Kristus dan keselamatan, tetapi semua itu hanya sebagai keyakinannya sendiri, bukan keyakinan dari iman yang benar dalam Kristus. Contoh: Matius 7:22-23, 25:1-13; Yohanes 2:23-25. Ada orang-orang yang bisa melayani dan menunjukkan fenomena rohani. Namun pada akhirnya Tuhan menolak mereka dan menyatakan bahwa Tuhan tidak mengenal mereka. Ada orang-orang yang kelihatan Kristen dan ikut melayani namun sebenarnya mereka meremehkan anugerah keselamatan. Kita harus terus waspada iman sehingga kita siap dipanggil oleh Tuhan. Orang yang percaya akan selalu siap sedia menjaga kesucian hidup dan berfokus kepada Tuhan. Ada orang-orang yang mau mengikut Tuhan karena fenomena rohani tetapi tidak benar-benar mengenal Tuhan. Mereka mengikut Tuhan agar bisa ikut berkuasa dan mendapatkan kepopuleran. Banyak orang mengaku Kristen namun tidak sungguh-sungguh mengenal Tuhan secara pribadi.

            Pertobatan yang semu atau karena aspek psikologis disebabkan karena orang itu bertobat karena tekanan hidup. Ada orang yang terus mengalami tekanan dalam hidupnya. Namun ketika ia diundang ke suatu KKR, ia mendapatkan ketenangan secara psikologis. Akhirnya ia menyatakan diri bertobat, padahal ia tidak benar-benar mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Ia hanya mau lari dari tekanan hidup dan memakai Tuhan untuk mengambil semua tekanan hidupnya. Sebab kedua adalah orang itu bertobat karena pelarian hidup. Ada orang-orang yang memiliki penyakit mental dan tidak berani menghadapi masalah itu. Mereka selalu lari dari kenyataan. Yakub juga selalu lari dari masalah namun pada akhirnya Tuhan mengajarkannya untuk menghadapi masalah. Banyak orang memilih untuk menjadi Kristen karena merasa nyaman di Gereja. Jadi mereka hanya menumpang dalam Gereja. Gereja menjadi tempat pelariannya. Mereka mencari khotbah yang lucu dan santai karena mereka mencari kenyamanan.

            Ada orang-orang yang kelihatannya bertobat untuk mencari pengakuan. Mungkin lingkungannya merendahkannya, namun Gereja menerimanya dan mengakuinya. Mereka merasa nyaman di Gereja namun ia tidak sungguh-sungguh mengenal Tuhan. Biasanya orang-orang seperti ini di masa depan akan memanfaatkan Gereja dan akan banyak menipu. John Wesley dan Billy Graham baru bertobat setelah menjadi hamba Tuhan. Ada orang-orang yang baru bertobat setelah masuk sekolah teologi. Orang-orang yang pertobatannya semu perlu kita layani dan arahkan.

7) Jenis ketiga: percaya dan tidak tahu atau tidak yakin memiliki hidup yang kekal dalam Kristus (1 Yohanes 5:13)

            Mungkin orang yang seperti ini imannya sedang terguncang (bandingkan dengan Ibrani 10:22 dan 2 Timotius 1:12). Iman kita seharusnya teguh dan kuat. Namun ada orang-orang tertentu yang tidak bisa menghadapi masalah dan tekanan hidup. Mereka mudah guncang dan guncangan itu bisa terjadi terus menerus. Sebab kedua adalah orang itu dalam masa depresi (bandingkan dengan 2 Timotius 2:13). Ada orang-orang yang mudah depresi karena berasal dari lingkungan keluarga yang hancur atau karena mereka tidak siap mental menghadapi kesulitan. Mereka terus menerus melihat masalah namun tidak melihat kepada Tuhan. Akhirnya mereka tidak bisa merasakan kepastian keselamatan. Mereka meragukan pimpinan Tuhan dalam hidup mereka. Sebab ketiga adalah orang itu merasa tidak ada kejadian yang spektakuler terjadi dalam hidupnya (bandingkan dengan Kisah Para Rasul 16:30-34). Ia merasa hidupnya biasa-biasa saja selama menjadi Kristen. Iman kita tidak ditentukan oleh hal-hal spektakuler tetapi oleh pengenalan kita akan Kristus. Hidup Kristen harus menyatakan ketaatan dan perjuangan. Kita memiliki pengharapan yang luar biasa di dalam Kristus. Dalam pengharapan itu kita aktif, bukan pasif. Pengharapan yang mulia itu mendorong kita untuk menjalankan kehendak Tuhan. Ada orang-orang yang sungguh-sungguh percaya namun karena berada dalam komunitas yang tidak benar akhirnya ia mengharapkan hal yang salah. Lambat laun ia akan mempertanyakan keselamatannya. Jika kita mengalami keraguan iman, maka itu bukanlah program Tuhan. Tuhan mau agar buah kebenaran dan buah iman kita muncul. Tuhan menguji hidup kita agar kita bertumbuh dan berbuah sehingga hidup kita menjadi kesaksian bagi nama Tuhan. Kita harus meninggalkan keraguan kita dan melihat kepada Tuhan. Kita tidak perlu mengharapkan hal-hal yang spektakuler secara fenomena. Hal yang harus kita harapkan adalah hidup kita dipakai oleh Tuhan untuk menyatakan kemuliaan Tuhan. Fanny Crosby hidup sederhana namun ia menjadi berkat bagi banyak orang.

KESIMPULAN

            Ada tiga macam kepastian dan keyakinan keselamatan. Dalam macam yang pertama, iman orang itu membuatnya percaya dan ia tahu dengan pasti karena realitas iman. Orang macam kedua percaya namun karena rasio atau perasaan. Ia tahu dengan pasti karena berpatokan pada hal-hal lahiriah. Orang macam ketiga percaya karena iman namun ia tidak tahu dengan pasti karena realitas hidup yang dihadapinya. Kita pasti mau menjadi orang macam pertama. Kita mau percaya karena iman kita di dalam Tuhan dan kita tahu pasti karena realitas iman, bukan karena rasio atau perasaan atau realitas hidup. Alkitab tidak mengajarkan kita untuk bergantung pada fenomena rohani seperti kekayaan, kesembuhan, dan lainnya.

            Jadi ada beberapa pertanyaan yang bisa menjadi ujian keselamatan dan keyakinan kita:

1) Apakah kita memiliki kesaksian batiniah dari Roh Kudus dan sukacita surgawi?

2) Apakah kita menikmati persekutuan rohani dengan Allah dan sesama orang percaya?

3) Bagaimana sikap kita terhadap tawaran kenikmatan dunia dan nilai-nilai lainnya? Orang percaya harus menolak itu semua.

4) Pernahkah doa kita dijawab Tuhan berkaitan dengan kehendak-Nya?

5) Apakah kita secara mendasar taat kepada perintah-perintah Alkitab?

6) Apakah kita memiliki kepekaan dosa dan gelisah ketika ada dosa di dalam diri kita? John Calvin berkata bahwa orang yang kudus akan peka terhadap dosa-dosa yang kelihatan kecil.

7) Apakah dosa yang kita lakukan sebelum dan setelah menerima Kristus semakin berkurang?

8) Apakah kita memiliki kemampuan untuk membedakan mana kebenaran yang sejati atau tidak dan bisa membedakan kesalahan rohani? Jadi kita harus mengerti Firman Tuhan dan mengerti teologi yang benar.

9) Apakah kita mencintai Tuhan Yesus Kristus dan kasih-Nya semakin hidup dalam kehidupan kita? Jika kasih-Nya hidup dalam diri kita, maka kita pun akan mengasihi jiwa-jiwa. Kita akan memiliki belas kasihan Tuhan terhadap orang-orang di sekitar kita.

10) Apakah kita mencintai firman yang sejati, Gereja-Nya, dan menantikan kedatangan-Nya? Kita harus senantiasa membaca Alkitab, melakukan penginjilan, dan selalu siap sedia menunggu kedatangan-Nya.

11) Apakah kita percaya pada doktrin-doktrin dasar iman Kristen? Jika kita menganggap bahwa doktrin itu tidak penting, maka kita sudah menganut doktrin yang salah. Doktrin pasti akan memengaruhi hidup kita dan pelayanan kita.

12) Pernahkah kita mengalami penganiayaan, penderitaan, tekanan hidup karena kualitas iman kita dan nilai kekristenan kita?

            Jika kita sudah mengerti 12 poin ini dan sudah memiliki jawaban yang benar, maka kita sudah melewati ujian keselamatan dan keyakinan kita.

Q & A.

Q. Orang percaya memiliki kebebasan. Apakah perbedaan dan persamaan antara kebebasan Adam sebelum jatuh ke dalam dosa dengan kebebasan orang percaya?

A. Kebebasan Adam sebelum jatuh ke dalam dosa adalah kebebasan netral. Ia bisa taat atau melawan Tuhan. Ia bebas namun terbatas, bukan sebebas-bebasnya. Kebebasannya mengandung nilai tanggung jawab rohani terhadap perintah Tuhan dalam mandat budaya. Setelah Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, kebebasan mereka mengandung dosa. Manusia yang belum lahir baru memiliki kebebasan dalam dosa. Jadi segala perbuatannya akan mengandung dosa. Maka dari itu kita harus berhati-hati dalam memberikan kebebasan kepada anak-anak kita. Mereka bisa jatuh karena kebebasan. Orang-orang zaman ini terus menuntut hak dan kebebasan namun tidak melihat kewajiban mereka. Namun bagi kita yang sudah percaya, kita tahu bahwa kebebasan kita harus terikat dalam tanggung jawab kepada Tuhan.

Q. Apakah ajaran agama lain di luar ajaran Kristus punya keyakinan juga akan keselamatan mereka? Jika ya, maka mengapa mereka bisa yakin? Padahal menurut pandangan kita keselamatan mereka keliru.

A. Setiap manusia bisa membangun suatu keyakinan. Keyakinan itu bisa bersumber dari hukum alam, misalnya ‘saya yakin akan menjadi kenyang setelah banyak makan’. Jika kita berani makan di suatu restoran karena mendengar pendapat yang positif dari orang lain, maka kita yakin berdasarkan kata orang lain. Jadi kita bisa yakin karena hukum alam atau kata orang lain. Keyakinan yang paling berat adalah keyakinan yang tidak bisa dipikirkan secara rasio. Ada orang-orang yang tidak mau berdiskusi tentang keyakinannya dan terus menjawab ‘pokoknya’. Mereka sudah menuhankan keyakinannya dan tidak bisa berpikir jernih. Kita, orang Kristen, percaya karena Kristus memang pernah datang ke dalam dunia untuk menebus kita. Ia memelihara kita sehingga kita terus beriman kepada-Nya. Keyakinan kita bisa diuji, namun keyakinan agama lain belum tentu bisa.

Q. Apakah fenomena rohani oleh pendeta-pendeta (melakukan mukjizat, dan lainnya) yang dimaksud adalah yang berasal dari Gereja-Gereja lain? Apakah itu tidak dibenarkan dalam kekristenan?

A. Kitab Ulangan sudah memberitahu kita untuk berhati-hati terhadap semua nabi palsu. Mereka biasa muncul dengan pendekatan mukjizat dan fenomena rohani, namun Kristus disingkirkan. Perjanjian Baru sudah mengajarkan kita bahwa para antikristus akan muncul dalam Gereja dan menampilkan diri sebagai orang Kristen. Mereka bisa membuat orang-orang terkagum namun membuat orang-orang jauh dari Kristus. Iman kita bertumbuh bukan karena mukjizat, fenomena rohani, atau hal-hal yang menghibur kita. Iman kita bertumbuh karena Firman Tuhan. Kita tidak menarik orang-orang dengan hal-hal yang spektakuler. Kuasa Tuhan itu bukan kuasa yang murahan. Kita percaya bahwa Tuhan masih bisa menyatakan mukjizat-Nya, namun kita tidak boleh memaksa Tuhan untuk menyatakan mukjizat-Nya. Kita tidak boleh memaksakan kehendak kita. Sebaliknya, kita harus mengikut kehendak Tuhan. Banyak pendeta ingin terlihat hebat agar ia mendapatkan banyak jemaat sehingga ia bisa mendapatkan banyak persembahan untuk memperkaya diri. Namun kita harus mengerti bahwa iman tidak dibangun di atas dasar mukjizat tetapi Firman Tuhan.

(Transkrip ini belum diperiksa oleh pengajar – TS)

Keselamatan dalam Pandangan Calvin – TULIP (STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020)

STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020

Pdt. Tumpal H. Hutahaean, M.Th.

6 Juni 2020: Keselamatan dalam Pandangan Calvin (TULIP)

            Kita akan secara khusus belajar tentang TULIP. Kita akan melihat Yohanes 15:16. Kristus adalah pokok anggur dan kita adalah rantingnya. Apapun yang kita minta kepada Allah Bapa itu berkaitan dengan hidup kita yang berbuah di hadapan Tuhan. Kita jadi melihat 2 Tesalonika 2:13. Dalam konteks ini rasul Paulus mengingatkan kita bahwa dari mulanya Allah memilih kita, jadi ada foreordination. Kita juga melihat Efesus 1:4-5. Dalam bagian ini konsep foreordination juga ada.

PENDAHULUAN

            Apakah dosa merusak kemampuan rasio, emosi, dan kehendak manusia? Ada yang menyatakan total depravity, namun ada yang menyatakan tidak demikian. Apakah Allah tidak adil karena ada yang dipilih untuk diselamatkan dan ada yang tidak? Di mana kasih Tuhan dalam bagian ini? Apakah kematian Yesus Kristus di kayu salib terbatas untuk orang-orang pilihan-Nya saja? Jika demikian, maka mengapa dikatakan bahwa Kristus mati untuk semua orang? Apakah kematian-Nya bersifat universal? Jika keselamatan bersifat anugerah, mengapa ada orang yang berani menolak anugerah keselamatan ini? Bukankah jaminan kekal itu hal yang istimewa? Jika anugerah Tuhan bisa ditolak, maka apakah itu berarti kuasa Tuhan tidak efektif? Apakah keselamatan itu pasti atau bisa hilang? Manusia punya pilihan, kebebasan, dan kedaulatan. Namun apakah keselamatan itu bergantung pada manusia? Sinode di Dort berkumpul untuk menyusun tulisan yang melawan teologi Arminian. Akhirnya mereka menghasilkan TULIP. Ini adalah konsep keselamatan Alkitab berdasarkan pandangan Calvin. Namun Calvin sendiri sudah menulis tentang banyak hal melebihi TULIP itu sendiri.

PEMBAHASAN

A) PENGERTIAN TULIP

1. Total depravity/total inability

            Manusia sudah rusak total. Jadi manusia tidak mampu untuk menyelamatkan diri sendiri. Dosa merusak rasio, emosi, dan kehendak. Alkitab menyatakan bahwa pada mulanya Allah menciptakan manusia. Allah tidak ingin manusia melawan-Nya dan menjadi rusak. Namun Allah memberikan kebebasan dan pilihan kepada manusia. Alkitab mencatat bahwa Adam dan Hawa jatuh di dalam dosa karena bujukan Setan (Kejadian 3). Kejatuhan ini adalah kejatuhan di dalam waktu. Mereka juga jatuh dalam kebebasan. Kebebasan mereka adalah kebebasan yang netral. Jadi mereka bisa memilih untuk taat atau melawan Tuhan. Akibat kejatuhan itu bagi seluruh manusia adalah semuanya mendapatkan dosa warisan. Akhirnya seluruh manusia tidak mampu secara total. Ini memengaruhi rasio, emosi, dan kehendak. Rasio tidak lagi bisa mengerti kebenaran Tuhan dan kesucian Tuhan. Emosi tidak lagi bisa suci sesuai standar Tuhan. Kepekaan emosi itu menjadi tumpul dan bersifat antroposentris. Akhirnya seluruh kehendak dan tindakan manusia pasti berdosa.

k          1 Raja-Raja 8:46 Apabila mereka berdosa kepada-Mu–karena tidak ada manusia yang tidak berdosa –dan Engkau murka kepada mereka dan menyerahkan mereka kepada musuh, sehingga mereka diangkut tertawan ke negeri musuh yang jauh atau yang dekat. Jadi Salomo dengan jelas menyatakan bahwa semua manusia itu berdosa.Karena kerajaan Yehuda tidak taat, maka Tuhan menyerahkan mereka kepada Babel. 1 Raja-Raja-Raja 14:4 Isteri Yerobeam berbuat demikian. Ia berkemas, pergi ke Silo dan masuk ke rumah Ahia. Ahia tidak dapat melihat lagi, sebab matanya sudah kabur karena ia sudah tua. Manusia ketika menjadi tua akan turun kondisi fisiknya dan kemudian pasti mati. Jadi hidup kita akan berakhir dalam waktu. Kita juga bisa melihat Mazmur 143:2, Amsal 20:9, Pengkhotbah 7:20, Roma 3:10-18. Dari ayat-ayat ini kita mengerti bahwa manusia mengalami total depravity dan total inability.

            Ada beberapa akibat dosa yang harus kita pahami: 1) sinful nature menghancurkan kehendak bebas manusia. Ketika dikatakan bahwa manusia sungguh rusak, maka kerusakannya itu sesungguhnya tidak terbatas sampai titik tertentu. Ada teolog yang menyatakan bahwa rasio manusia masih bersih dan masih bisa mencari Tuhan, namun Alkitab tidak pernah menyatakan demikian. Ada yang menyatakan bahwa kehendak bebas manusia bisa menentukan nasibnya sendiri. padahal Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa sinful nature menghancurkan kehendak bebas manusia. Salomo sudah menyatakan bahwa manusia pasti berbuat dosa.

            2) Manusia tidak berdaya untuk membarui diri sendiri kecuali Allah Roh Kudus bekerja dalam diri orang tersebut. Ini berarti manusia tidak bisa memiliki inisiatif untuk mencapai kesucian Tuhan. Manusia tidak bisa mengubah dirinya menjadi orang suci dengan kekuatan sendiri. Kejatuhan manusia adalah kejatuhan di dalam waktu yang membuatnya kehilangan potensi kekekalan. Upah dosa ialah maut. Jadi manusia tidak bisa menjalankan kehendak Tuhan kecuali Allah Roh Kudus bekerja dalam diri orang tersebut. 3) Kejatuhan manusia dalam dosa mendatangkan hukuman dan kematian (sementara, rohani, dan kekal). Semua manusia berdosa terpisah dari Tuhan. Dalam keberdosaan, kerohanian manusia mati. Jadi manusia harus mendapatkan pembaruan dari Tuhan. Kalau tidak, ia akan mendapatkan kematian kekal dalam hukuman Tuhan. Dosa selalu memiliki nilai konsekuensi. Tidak ada kejatuhan yang bersifat relatif. Kejatuhan itu bersifat mutlak. Kejatuhan itu menghasilkan akibat. Dalam keberdosaan, manusia tidak memiliki kemampuan untuk mengerti hal-hal rohani. Pembaruan dari Tuhan memberikan kemampuan tersebut. Charles Hodge menyatakan bahwa manusia berdosa bisa mengerti pengetahuan tentang Tuhan tetapi tidak bisa mengerti hal-hal rohaninya. Calvin berpendapat bahwa manusia bisa mengerti tentang ketuhanan namun tidak bisa menjalankan hal-hal yang berhubungan dengan ketuhanan tersebut. Ini berarti manusia dengan kekuatannya sendiri pasti gagal. Manusia bisa terlihat saleh namun tetap tidak selamat karena kesalehannya tidak sempurna dan ia tidak lahir baru. Dalam Gereja pun ada orang-orang yang seperti ini.

2) Unconditional election

            Pemilihan Tuhan itu tidak bersyarat. 1) Keselamatan manusia ditentukan oleh pilihan Allah sendiri (Efesus 1:4, Yohanes 15:16). Kaum Arminian menyatakan bahwa Allah menyelamatkan seseorang karena sudah melihat potensi kebaikan orang itu dari sebelumnya. Jadi ada syarat. Namun Alkitab menyatakan bahwa tidak ada syarat. Efesus 1:4 berbicara soal foreordination atau ketetapan Tuhan. Saat kita dipilih kita bukanlah orang-orang kudus atau sempurna. Kaum Arminian menyatakan bahwa Tuhan memilih berdasarkan foreknowledge Tuhan. Namun konsep ini tidak sesuai dengan Efesus 1:4. Kita dipilih bukan karena kebaikan, kesalehan, atau kerohanian. Yohanes 15:16 menyatakan bahwa Allah-lah yang memilih kita, bukan sebaliknya.

            2) Pemilihan ini dilakukan Allah sejak kekekalan – foreordination (Efesus 1:3). Jadi pemilihan itu bukan karena foreknowledge. 3) Alasan pemilihan ini murni berasal dari Allah sendiri dan bukan karena faktor manusiawi yang diketahui Allah sebelumnya yaitu kebaikannya (foreknowledge). Setelah kita diselamatkan baru kemudian kita bisa berbuat baik dan memenuhi standar kebaikan Tuhan. Pola pemilihan Allah selalu berkaitan dengan keselamatan umat-Nya. Saul dipilih bukan untuk diselamatkan tetapi untuk menggenapkan keselamatan melalui Daud. Yudas pun demikian. Jadi ada orang-orang yang mendapatkan jabatan yang mulia namun semua itu bukan untuk dirinya tetapi untuk keselamatan orang lain. Dalam pemilihan Allah ada pra-ketetapan Allah (foreordination) yaitu segala sesuatu sudah dirancang Allah sebelum dunia dijadikan (Roma 8:28; Efesus 1:11, 3:11). Jadi ada rencana Tuhan yang memakai kata ‘tunggal’. Dari awal mula Tuhan sudah mendesain keselamatan bagi umat pilihan-Nya. Dalam Roma 8:28, kata ‘rencana Allah’ merujuk kepada sesuatu yang linear dan pasti. Dalam Efesus 1:11, frasa ‘keputusan kehendak-Nya’ menjelaskan sesuatu yang bersifat tunggal. Pola pemilihan Allah juga mencakup segala sesuatu dan bersifat rinci (all inclusive). Ini berarti rancangan Allah tidak mungkin gagal (jamak). Kita bisa gagal dalam ketaatan kita, misalnya karena ego kita. Ketaatan kita bisa gagal karena masih ada kedagingan yang belum disucikan. Kita bisa gagal juga karena tidak atau kurang beriman. Namun rancangan Allah bagi kita tidak mungkin gagal (Kejadian 45:8, 50:20). Kedaulatan Allah tidak mungkin digagalkan oleh usaha manusia. Rancangan Tuhan agar Yusuf menjadi raja tidak bisa digagalkan oleh saudara-saudaranya yang iri hati. Kita bisa melihat Matius 10:29-30. Kehendak Bapa tidak mungkin gagal hanya karena kondisi sulit kita. Keselamatan kita tidak akan gagal karena pandemi Covid-19. Kuasa-Nya itu ajaib untuk memelihara kita. Jika ada orang yang mendapatkan jabatan dari Tuhan namun tidak selamat berarti memang dari semula orang itu tidak dipilih oleh Tuhan.

            Kita akan membahas karakteristik pemilihan Allah. 1) Allah memilih bukan karena kebaikan orang tersebut. Contoh, Abraham dipilih padahal ia adalah penyembah berhala sebelumnya (Yosua 24:2-3). Israel dipilih bukan karena jumlah yang banyak dan kesalehannya (Ulangan 7:7-8, 9:4-6). Pilihan Tuhan itu seringkali melampaui akal dan pikiran kita dan kondisi seseorang. Paulus dipilih bukan karena ia sudah menjadi baik. Pada saat itu ia masih menganiaya jemaat Tuhan. Jadi orang-orang pilihan Tuhan belum tentu baik semuanya. Kita dipilih karena anugerah Tuhan. 2) Allah memilih karena kedaulatan-Nya (bukan karena foreknowledge). Ishak dan Yakub dipilih Tuhan bukan karena mereka anak sulung melainkan karena kedaulatan Allah yang bebas (Roma 9:7-16; Kejadian 18:10, 14, 21:12). Ishak menjadi anak perjanjian karena Allah yang memilihnya. Yakub memiliki kakak, jadi ia bukan anak sulung. Namun Allah memilih Yakub. Jadi Allah tidak selalu memilih anak sulung.

            Ada empat model pemilihan tanpa syarat: 1) karena kasih dan kerelaan-Nya (Efesus 1:5, 9), 2) karena kehendak-Nya (Efesus 1:11), 3) karena hikmat-Nya (Efesus 1:8), 4) karena anugerah-Nya (Efesus 1:6-7). Kita dipilih bukan karena diri kita tetapi karena keempat hal ini. Jadi kita tidak bisa sombong jika kita diselamatkan. Kesombongan seseorang mungkin saja menyatakan bahwa orang itu memang belum diselamatkan. Tidak menghidupi keselamatan dengan benar membuktikan bahwa orang itu memang belum diselamatkan.

3) Limited atonement

            1) Kematian Kristus di bukit Golgota ditujukan untuk semua orang tetapi tidak semua orang terpanggil dan dapat menikmati penebusan Kristus. Secara tindakan, kematian Kristus ditujukan untuk semua orang tetapi kematian Kristus punya nilai penebusan yang menggantikan orang percaya sehingga ia tidak dimurkai oleh Allah. Orang yang mendapatkan penebusan ini adalah ia yang beriman kepada Kristus. Jadi secara target atau tujuan hanya untuk anak-anak-Nya. Kita bisa melihat Yohanes 6:37-40; Mazmur 74:2; Lukas 1:68; Matius 1:21; Titus 2:14; Ibrani 2:17. Semua orang yang diberikan Bapa kepada Kristus itu diselamatkan, jadi tidak semua orang diselamatkan. Orang-orang yang percaya akan dibangkitkan pada akhir zaman. Allah Roh Kudus menebus kita dan memberikan kelahiran baru, dan pada akhirnya kita akan dibangkitkan. Kristus mati sebagai manusia di dalam waktu untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. Jadi orang pilihanlah yang didamaikan. Hanya orang yang terpanggil yang bisa mendapatkan keselamatan itu. penebusan Kristus tidak diberikan secara universal. Banyak orang yang mati dalam dosa dan tidak mau percaya kepada Tuhan. Alkitab jelas menyatakan bahwa ada orang-orang yang ke neraka setelah mati.

            2) Penebusan yang terbatas bukan berarti kuasa/nilai penebusan dari Kristus terbatas dalam kualitas dan waktu. Ini karena kuasa penebusan Kristus berdasarkan keagungan pribadi Kristus sebagai manusia. Ada teologi yang menyatakan bahwa Kristus itu hanya manusia, bukan Tuhan. Ada pula yang menyatakan bahwa Kristus adalah manusia yang dijadikan sebagai Tuhan. Pandangan ini jelas salah. Penebusan kita bisa efektif jika Allah menjadi manusia untuk menebus kita. Seluruh penebusan Kristus itu sempurna. Dalam 1 Korintus 2:8 Paulus memanggil Yesus sebagai Tuhan yang mulia. Banyak catatan Alkitab menyatakan bahwa Kristus adalah Tuhan. Mukjizat-mukjizat tertentu yang dicatat menyatakan bahwa Yesus adalah Allah. Yesus bukanlah manusia biasa tetapi Ia adalah Pemimpin kepada kehidupan (Kisah Para Rasul 3:15). Penebusan tanpa kebangkitan itu kosong adanya. Penebusan tanpa nilai kekal bukanlah penebusan sejati. Penebusan Kristus cukup untuk semua orang, tetapi efektif bagi orang-orang pilihan Allah sendiri (Kristus tidak berkorban bagi dunia) – Yohanes 10:15, 15:13; Kisah Para Rasul 20:28; Wahyu 5:9; Efesus 5:25). Kuasa penebusan Kristus itu melampaui ruang dan waktu.

4) Irresistible grace

            Apakah benar bahwa anugerah Tuhan bisa ditolak? Manusia punya pilihan dan kebebasan. Namun jika anugerah itu bisa ditolak, maka itu berarti Allah itu lemah dan terbatas. Bagaimana kita mengerti poin ini? 1) Allah memampukan orang berdosa yang Allah pilih untuk ditebus untuk mampu merespons panggilan Injil dengan efektif dalam karya Roh Kudus (1 Korintus 2:10-13, bandingkan dengan Yesaya 1:9-10). Ada para hamba Tuhan yang memanggil bukan berdasarkan Injil yang benar. Mereka memanggil dengan memberikan janji bahwa setiap orang percaya pasti sukses dan kaya. Panggilan seperti ini salah, jadi tidak mungkin efektif. Benih iman dan perubahan hidup itu merupakan anugerah Tuhan. Itulah yg terkandung dalam panggilan Roh Kudus. Anugerah itu tidak mungkin kita tolak. Pada diri orang Kristen palsu, panggilan itu kelihatannya efektif untuk sementara. Ketika ujian dan pencobaan datang, ia akan mundur. Orang yang memahami penebusan Kristus bagi dirinya dan mengalami pertobatan pasti akan menghargai penebusan itu. Orang yang tidak mendapatkan anugerah Tuhan tidak mungkin merespons dengan benar. Pertobatannya akan bersifat pura-pura sehingga persembahannya pun bersifat pura-pura juga. Manusia bisa berpura-pura dalam ibadah, namun Tuhan mengetahui isi hatinya. Tanpa anugerah, orang itu tidak akan merasa bersalah. Pertobatan itu lebih baik daripada persembahan korban karena pertobatan itu membuka pintu kepekaan kita akan dosa dan akan kesucian Allah.

            2) Anugerah yang tidak dapat ditolak adalah anugerah yang efektif dalam hasilnya yang pasti dari buah keselamatan seseorang yang mengenal Allah karena dipilih oleh Allah (bandingkan dengan Yohanes 8:19). Yesus menyatakan bahwa seseorang bisa mengenal Allah Bapa hanya melalui Yesus Kristus. Anugerah keselamatan itu akan nyata dalam buah iman yang mencakup pengenalan akan Tuhan. Orang yang sudah bertobat harus dimuridkan untuk diajarkan tentang kebenaran-kebenaran dasar dari Firman Tuhan. Ia harus diajarkan bahwa Kristus adalah pusat dari kekristenan. Buah pikiran kita yang pertama adalah kita mengenal Allah yang kita sembah. Buah pikiran itu akan mendorong kita untuk haus akan kebenaran. Kita akan mencari kehendak Tuhan. Kasih karunia Tuhan tidak bisa ditolak karena kasih karunia ini akan terus memimpin rasio, emosi, dan kehendak kita kepada Tuhan. Kasih karunia Tuhan tidak bisa ditolak karena ada program Tuhan untuk memunculkan umat pilihan Tuhan yang lain. Sebagai anggota tubuh Kristus kita dipakai dalam Kerajaan Allah.

            3) Anugerah yang tidak dapat ditolak adalah panggilan internal yang bersifat efektif. Panggilan ini membedakan panggilan Injil secara universal yang seringkali ditolak oleh manusia yang mendengarnya (bandingkan dengan Roma 8:6-8; 1 Korintus 2:14). Injil bisa diberitakan dengan luas, namun tidak sedikit yang menolaknya. Mereka bisa terlihat setuju dengan Injil, namun itu hanya tampak luar yang sementara. Benih firman yang jatuh itu seperti jatuh di luar tanah yang subur. Orang yang masih hidup dalam dosa dan kedagingan akan menolak berita Firman Tuhan. Orang yang belum lahir baru akan melihat Injil sebagai kebodohan. Orang yang menerima Injil sungguh-sungguh adalah orang yang mendapatkan panggilan internal dari Allah Roh Kudus.

            4) Dalam realisasi anugerah ini, posisi manusia adalah pasif. Artinya hanya Allah Roh Kudus yang bekerja (Yohanes 3:3-5). Mengapa manusia pasif? Ini karena manusia mati dalam dosa dan tidak mampu menghidupkan diri sendiri. Kelahiran baru itu datang dari atas ke bawah. Allah Roh Kudus harus menghidupkan kita terlebih dahulu baru kemudian kita bisa aktif.

Mengapa ada orang-orang yang seolah bisa menolak anugerah itu? ada orang-orang yang memang kerohaniannya palsu. Mereka tampak baik di luar namun dalam hatinya tidak demikian. Kita akan membahas model orang yang menolak anugerah Tuhan atau tidak mendapat anugerah Tuhan. 1) Orang berdosa yang giat dalam pekerjaan Tuhan tetapi semua itu dilakukan tanpa pengertian yang benar tentang Allah (Roma 10:2; Kisah Para Rasul 17:22-23). Jadi orang yang semangat melayani Tuhan belum tentu sudah mengenal Allah dengan benar. Ia melayani Tuhan karena mau membalas budi atau karena mempertontonkan diri. Ada pula yang melayani Tuhan karena merasa tidak dihargai di rumah atau tmpt kerjanya. Ini semua bukan alasan yang benar. Ada orang-orang yang bersemangat namun dengan semangat yang antroposentris, bukan untuk Tuhan. Di Atena Paulus bertemu dengan orang-orang yang menyembah Allah yang tidak dikenal. Jadi mereka tidak mengenal Allah dan mereka belum mendapatkan anugerah keselamatan. Namun mereka menolak penginjilan oleh Paulus.

Model kedua: orang yang sudah mendapatkan penyertaan Allah dengan jelas dan limpah namun tetap tidak hidup dalam Tuhan (Roma 9:4-6). Kita takut jika ada anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga Kristen namun hanya menjadi Kristen secara lahiriah. Tidak semua Israel percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Mesias. Mereka membaca hukum Taurat dan hidup berdasarkan hukum Taurat, namun tanpa anugerah Tuhan mereka tetap tidak akan mengenal Mesias yang sejati. Tugas kita sebagai orang tua Kristen adalah terus menabur benih firman dan terus berdoa memohon anugerah dari Tuhan. Model ketiga: orang yang seperti mengenal Allah dengan benar, namun mereka menolak untuk menyembah Tuhan (Roma 1:19-25). Orang yang belajar teologi belum tentu hidup untuk Tuhan. Orang-orang yang hanya mengerti tentang Tuhan tetapi tidak berelasi dengan Tuhan pada akhirnya akan tetap hidup dalam dosa. Kita bisa menemukan orang-orang di penjara yang sebelumnya mereka adalah majelis Gereja, guru sekolah Minggu, penatua, dan lainnya. Mereka memiliki status namun tidak ada Kristus dalam hati mereka. Model keempat:  orang yang sudah ada dalam lingkungan Kristen namun mereka tidak mampu percaya pada Kristus dengan sungguh-sungguh (1 Yohanes 2:19). Orang-orang antikristus mungkin adalah orang-orang pernah membaca Alkitab sampai selesai dan juga melayani di Gereja. Mereka aktif tetapi bukan karena firman menggerakkan mereka. Mereka terlihat rajin bisa karena situasi memaksa mereka. Jadi mereka tidak sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan.

5) Perseverance of the saints / of God

            Ketekunan Allah memelihara kita. Orang kudus bisa menjadi tekun karena ada pemeliharaan Allah. 1) Allah bukan saja memilih manusia berdasarkan kedaulatan dan kebaikan-Nya, tetapi Allah juga aktif merealisasikan pilihan-Nya sampai eskatologi (Roma 8:28-30).  Program Tuhan tidak mungkin gagal. Ia memilih kita dan memelihara kita sampai akhir. Kita akan menikmati kemuliaan bersama dengan Kristus. Daud diizinkan mengalami kesulitan hidup sampai jiwanya tertekan, namun Daud bisa menang karena imannya dipelihara oleh Tuhan. Iman Ayub tidak gugur ketika ia mengalami penderitaan yang begitu luar biasa. Tuhan memelihara iman dan jiwa kita. Akhirnya dalam penderitaan pun kita tetap bisa memuliakan Tuhan. Allah Roh Kudus berdiam dalam hati kita dan Ia lebih besar dari apapun juga.

            2) Allah yang memulai pekerjaan yang baik akan mampu melengkapi anak-anak-Nya dalam melewati tantangan dunia. Ini karena ada peran Allah Roh Kudus yang sudah melahirbarukan (Yohanes 3:3), membangkitkan (Efesus 1:19-20), menghidupkan kita (Efesus 2:5), membarui kita (2 Korintus 5:17, Galatia 6:15) adalah Allah yang tidak akan membiarkan umat pilihan-Nya diperbudak lagi oleh dosa (1 Yohanes 3:9, bandingkan dengan Roma 6:1-2, 6, 7, 14). Hidup Kristen pasti mengalami kesulitan. Itu diizinkan Allah untuk menguji kematangan karakter kita. Allah pasti menopang kita dalam situasi apapun. Iman yang diberi oleh Allah membawa kita kepada kemenangan.

3) Penebusan Kristus di kayu salib untuk menggantikan hukuman Allah bagi manusia berdosa. Jika itu bisa gagal oleh karena kehendak bebas manusia dalam menjalankan tanggung jawab rohaninya, maka di mana kuasa kasih Tuhan? Allah yang tidak pernah berubah, memungkinkan umat pilihan-Nya juga tidak berubah (Maleakhi 3:6; Ibrani 13:8). Keselamatan dari Allah itu tidak bisa hilang karena kegagalan manusia. Kuasa kasih Tuhan tidak bisa dikalahkan oleh apapun juga. Tuhan terus mengasihi Israel secara rohani dan Tuhan tidak pernah berubah. Tidak ada satupun jiwa yang bisa diambil dari tangan Tuhan.

4) Kasih Allah yang besar terhadap orang berdosa tidak mungkin gagal karena ada peran pemeliharaan Tuhan, melalui karya Allah Roh Kudus, di mana manusia tidak akan gagal taat atau tidak bisa hidup dalam kasih karunia Tuhan (Yohanes 3:16; Roma 5:8; 1 Yohanes 4:8-10). Rancangan Allah untuk menyelamatkan kita yang lemah, terbatas, dan merupakan musuh Allah tidak mungkin gagal. Kita atau didorong untuk hidup suci dan berjuang bagi Allah.

KESIMPULAN

            Dosa menurut konsep teosentris itu secara total merusak manusia (rasio, emosi, dan kehendak). Namun menurut konsep antroposentris, dosa itu hanya menghasilkan kerusakan terbatas. Konsep pemilihan dalam pengertian teosentris itu adalah berdasarkan kedaulatan dan kebaikan Tuhan. Namun pandangan antroposentris melihat bahwa pemilihan itu berdasarkan kebaikan manusia dan responsnya. Konsep penebusan dalam pengertian teosentris itu adalah kematian Kristus untuk semua orang, tetapi targetnya hanya untuk orang pilihan Allah. Dalam pandangan antroposentris penebusan itu diberikan kepada semua orang (universal). Konsep anugerah dalam pandangan teosentris adalah anugerah Allah melalui karya Roh Kudus tidak dapat ditolak karena kehendak Allah. Dalam pandangan antroposentris, anugerah Allah itu dapat ditolak karena keputusan manusia sendiri. Konsep ketekunan secara teosentris menyatakan bahwa keselamatan tergantung pada Allah sebagai sumber jaminan. Pandangan antroposentris menyatakan bahwa jaminan keselamatan tergantung pada ketaatan manusia.

            Pertemuan Canons of Dort (1618-1619) menghasilkan TULIP sebagai kristalisasi konsep keselamatan berdasarkan Alkitab untuk melawan ajaran Arminian. Mengerti TULIP semakin membuat kita kagum akan karya keselamatan yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus Kristus.

Q & A.

Q. Jika pemilihan itu tidak bersyarat, lalu bagaimana dengan orang-orang yang berbuat baik di luar kekristenan yang secara moral jauh lebih baik? Apakah mereka tidak punya kesempatan untuk dipilih? Bagaimana kekristenan memandang hal ini?

A. Kita dipilih karena foreordination, bukan foreknowledge. Roma 3 menyatakan bahwa tidak ada manusia yang berbuat baik. Banyak orang bisa melakukan kebaikan secara antroposentris, namun tidak secara teosentris. Kebaikan manusia bukanlah investasi rohani supaya manusia dipilih oleh Tuhan. Kedaulatan dan kebaikan Tuhan-lah yang menentukan pemilihan kita. Efesus 2:8-10 menyatakan bahwa kita diselamatkan terlebih dahulu baru kemudian berbuat baik, bukan sebaliknya. Keselamatan adalah anugerah Allah. tidak ada satupun dari kita yang layak untuk diselamatkan.

Q. Bagaimana dengan orang-orang yang baik tetapi tidak mengenal Kristus sebagai Juruselamat karena tidak ada yang mengabarkan Injil?

A. Alkitab menyatakan bahwa penginjilan harus dikerjakan oleh semua orang percaya. Orang-orang yang mati sebelum mendengarkan Injil akan dihakimi berdasarkan perbuatan-perbuatannya. Pada penghakiman terakhir semua akan tampak. Ada orang-orang yang rajin berbuat baik namun ternyata karena kesombongan. Ada pula yang berbuat baik karena alasan-alasan lain. Alkitab sudah menyatakan bahwa tidak ada manusia yang berbuat baik. Kebaikan manusia tidak bisa memuaskan hati Tuhan. Kita harus rajin mengabarkan Injil kepada orang-orang yang belum tahu.

Q. Apa maksud ‘kematian kekal’? Apakah kematian kekal itu berarti kita tidak masuk neraka maupun surga?

A. Kematian kekal adalah kematian di dalam dosa. Pada akhir zaman orang-orang yang mati di dalam dosa akan dibangkitkan untuk mendapatkan hukuman kekal. Mereka akan mendapatkan neraka. Kita yang percaya masih bisa mengalami kematian sementara, namun kita tidak akan mengalami kematian kekal. Kita akan mendapatkan kebangkitan untuk kemudian kita hidup bersama-sama dengan Allah.

(Transkrip ini belum diperiksa oleh pengajar – TS)

Kesatuan dengan Kristus (STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020)

STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020

Pdt. Tumpal H. Hutahaean, M.Th.

30 Mei 2020: Kesatuan dengan Kristus (Union with Christ)

            Kita akan membahas tentang kesatuan dengan Kristus. Hidup kita ada di dalam Kristus dan kita bersatu dengan-Nya. Di dalam Kristus kita menghasilkan buah yang memuliakan Tuhan. Kita akan melihat dari 2 Korintus 5:17. Di luar Kristus tidak akan ada kelahiran baru. Kita juga melihat Efesus 1:3-4. Kesatuan itu terjadi saat kita hidup di bumi. Kesatuan itu berkaitan dengan pengudusan yang membuat kita tidak bercacat di hadapan-Nya. Jadi ada nilai eskatologi di dalamnya. Kita juga melihat Efesus 1:6-7. Kesatuan itu membuat kita menjadi orang-orang yang mendapat penebusan. Di dalamnya ada pengampunan dosa dan anugerah Tuhan. Kita akan melihat Efesus 2:10. Dalam ayat ini ada timbal-balik. Kita melihat Galatia 2:20 dan Yohanes 15:4.

PENDAHULUAN

            Menurut kajian kita, adakah misteri/rahasia yang terjadi dalam kehidupan kita yang tidak kita pernah duga (lihat Efesus 5:32)? Suami harus mengasihi istri seperti tubuhnya sendiri dan istri harus menghormati suami. Perpaduan itu menjadi kesatuan yang indah seperti Kristus dengan jemaat-Nya. Dikatakan bahwa itulah rahasia di mana kita adalah mempelai wanita dan Kristus adalah mempelai laki-laki. Ini menjadi gambaran bahwa ada rahasia yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya yaitu kita adalah pengantin wanita Kristus berkaitan dengan eskatologi. Bagaimana mungkin Kristus yang adalah Allah dapat bersatu dengan manusia? Ada orang-orang yang menolak konsep kesatuan dengan Kristus. Mereka mengerti kesatuan dengan Kristus secara berbeda. Apakah kesatuan dengan Kristus adalah kesatuan dua pribadi atau dua roh? Ada orang-orang yang salah memahami tentang kesatuan ini. Mereka berpikir bahwa kesatuan ini adalah campuran yang tidak bisa dipisahkan seolah kita menjadi terhisap ke dalam Kristus atau sebaliknya. Konsep kesatuan dengan Kristus yang salah bisa berakibat pada konsep ibadah yang salah. Sampai sejauh mana ajaran ini sangat penting dalam kehidupan Kristen kita? Ini sangat penting. Kita tidak boleh sampai terjebak dalam konsep yang salah tentang kesatuan dengan Kristus ini.

PEMBAHASAN

1) Pengertian kesatuan dengan Kristus

            Pertama-tama, kesatuan dengan Kristus adalah kesatuan rohani. Ini adalah kesatuan yang dihasilkan oleh Roh Kudus. Ada hubungan yang erat sekali antara Kristus dan Roh Kudus (1 Korintus 12:13). Perhatikan dalam surat Roma 8:9-11, nama Kristus dipakai bergantian dengan Roh Kudus. Jadi ini bukanlah kesatuan materi. Pribadi Allah tidak akan bercampur dengan pribadi kita dan juga sebaliknya. Kita tidak menjadi setara dengan Allah. Allah tetap pencipta dan kita adalah ciptaan. Kesatuan ini tidak dicapai dengan meditasi. Allah Tritunggal tidak mungkin terpisahkan. Tuhan Yesus Kristus menggenapkan keselamatan dan Allah Roh Kudus mengerjakan keselamatan itu. Allah Tritunggal bekerja dalam satu kesatuan untuk nilai keselamatan kita. Dengan demikian tampak bahwa Kristus tinggal di dalam kita jika Roh Kudus ada di dalam kita. Kristus tinggal di dalam kita melalui Roh Kudus. Roh Kudus adalah ikatan kesatuan kita dengan Kristus (Ibrani 6:17, 2 Korintus 3:17-18, Galatia 3:2-3). Jadi kedua Pribadi ini tidak bisa dipisahkan. Ikatan janji antara Allah dengan kita tidak mungkin hilang. Dalam kesatuan kita dengan Allah ada kemerdekaan. Kita perlu dimerdekakan karena kita diikat oleh dosa dan kutuk kematian. Pribadi Kristus seolah terpisah dari Pribadi Bapa di atas kayu salib. Saat mengalami pergumulan dan kesulitan, kita seolah diizinkan berjalan sendiri. Pada masa itu kita bisa sampai bertanya di mana Tuhan. Tuhan tidak pernah sekali-kali meninggalkan dan membiarkan kita. Kemerdekaan itu sudah menjadi milik kita karena kita adalah umat yang menang bagi Tuhan. Kita dijadikan manusia baru yang dipersatukan dengan Kristus. Kesatuan dengan Kristus memampukan kita untuk memuliakan Tuhan. Paulus mengingatkan bahwa kita dibenarkan karena iman, bukan perbuatan. Pembenaran itu bersifat rohani. Jadi kita tidak lagi terikat dengan hal-hal yang bersifat lahiriah. Jemaat Galatia disebut bodoh karena mereka tidak lagi berjalan dalam roh dan memakai kekuatan diri untuk hidup rohani. Kesatuan dengan Kristus diraih melalui jalan penebusan. Tanpa penebusan, maka tidak akan ada kesatuan rohani.

            Kedua, kesatuan dengan Kristus adalah kesatuan resiprokal. Kesatuan resiprokal adalah kesatuan yang saling merespons. Jadi kita aktif bertanggung jawab dalam kebebasan kita. Kristus memprakarsai persatuan-Nya dengan semua orang percaya. Sebaliknya orang percaya juga berinisiatif menyatukan diri mereka dengan Kristus, memelihara kesatuan itu dengan iman di bawah kuasa Roh Kudus (Yohanes 14:23, 15:4-5; Galatia 2:2; Efesus 3:17). Dalam masa pandemi ada orang-orang yang bertobat karena mereka mendengarkan siaran-siaran Kristen. Jadi Tuhan tetap bisa bekerja dalam masa apapun. Orang yang telah lahir baru akan melakukan pertobatan sejati. Kita yang percaya sudah dibarui sehingga kita mengakui bahwa kita adalah pendosa yang membutuhkan Tuhan. Kesatuan itu menggarap kepribadian kita secara total. Akhirnya keseluruhan hidup kita bukan lagi melawan Tuhan tetapi percaya kepada Tuhan. Allah Roh Kudus menanamkan iman dalam diri kita dan iman itu akan bertumbuh dalam kebebasan rohani kita yang bernilai tanggung jawab, karakter orang beriman, dan buah iman. Allah Roh Kudus akan menopang iman kita sehingga iman kita tidak tergeletak, tidur, atau mati. Allah Roh Kudus akan menggarap hati nurani kita melalui segala cara, baik itu Firman Tuhan, peristiwa-peristiwa, dan lainnya. Sikap rohani kita bergantung pada seberapa kita mendalami penebusan Kristus. Orang yang menghargai karya keselamatan Tuhan akan takut berbuat dosa. Kesatuan resiprokal adalah kesatuan yang indah.

           Salah satu gambaran yang Alkitab berikan adalah pokok anggur dan ranting. Orang yang mengasihi Tuhan akan juga mengasihi firman. Ia akan taat kepada Firman Tuhan. Jadi apa yang dikatakannya itu selaras dengan perbuatannya. Kalau kita sungguh mengasihi Allah maka Allah Tritunggal akan tinggal di dalam kita. Dalam Yohanes 15:4 ada perintah ‘tinggallah di dalam Aku’. Jadi kita diminta untuk aktif dan inisiatif untuk hidup di bawah otoritas Tuhan. Kita diminta untuk tinggal dalam kesucian dan kebenaran. Ketika menghadapi masalah, kita harus melihat dari kacamata Tuhan. Kita tidak lari dari masalah tetapi meminta terang Tuhan agar kita bisa melihat masalah itu dengan benar. Dalam masa pandemi ini kita juga harus bisa melihat keberadaan virus ini dengan tepat. Kita harus berdoa untuk meminta pimpinan dan pemeliharaan Tuhan agar kita bisa menyikapi masa pandemi ini dengan iman. Kita tidak boleh terhisap dalam ketakutan dan kekhawatiran. Dalam kesatuan resiprokal, Allah Roh Kudus akan memampukan kita untuk menyikapi segala hal dengan benar. Program Tuhan bukanlah kehancuran umat-Nya dan kita juga harus bisa mengerti hal itu. Sebagai ranting, kita harus terus menempel pada pokok anggur itu yaitu Tuhan Yesus. Itu akan memberikan energi rohani kepada kita sehingga kita bisa berbuah bagi Tuhan. Dalam situasi apapun juga, kita harus punya buah rohani. Buah yang kita hasilkan bukanlah buah kekhawatiran atau ketakutan. Kita harus mengubah budaya hidup kita sehingga hidup kita senantiasa menghasilkan buah rohani. Setiap hambatan harus disingkirkan.

           Paulus adalah orang yang Tuhan panggil secara khusus untuk menjadi rasul. Ia dahulu adalah orang yang suka menganiaya jemaat Tuhan. Namun ia mengalami kesatuan resiprokal sehingga hidupnya diubahkan. Perubahan hidupnya diakui oleh para rasul yang lain. Hasil pelayanan Paulus begitu jelas yaitu pertobatan orang-orang non-Yahudi. Jadi kesatuan resiprokal itu melampaui suku, harta, dan keterbatasan kita. Roh Kudus bekerja dalam diri Paulus sehingga ia memenangkan banyak jiwa. Ia selalu menjalankan kehendak Tuhan dan selalu mengutamakan pekerjaan Tuhan. Kesatuan resiprokal itu bekerja dengan luar biasa dalam dirinya. Buah iman seseorang menjadi bukti bahwa orang itu sudah mengalami kesatuan resiprokal. Kesatuan resiprokal itu bersifat pasti dalam arti buah rohani yang dihasilkan itu akan seperti anggur yang manis. Efesus 3:17 sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Jika kita tinggal di dalam Kristus, maka hidup kita akan berubah dengan luar biasa.

           Ketiga, kesatuan resiprokal adalah kesatuan yang membarui. Kesatuan itu pertama-tama membarui manusia batiniah kita (Roma 12:2, 2 Korintus 4:16, 1 Petrus 3:4). Kita diciptakan dalam gambar Allah dan dibarui dalam Kristus. Pembaruan itu menggarap akal budi kita (Roma 12:2) sehingga kita bisa mengerti kehendak Allah yang sempurna. Kepekaan rohani kita bergantung pada sampai sejauh mana kita mau bersatu dengan Tuhan. Firman Tuhan mengubah pikiran kita. Paulus menyatakan bahwa tubuhnya semakin merosot karena umur, penyakit, dan lainnya, namun manusia batiniahnya selalu mengalami pembaruan. Semakin lama kita mengikut Tuhan, semakin besar pula perubahan hidup kita. Allah sendirilah yang mengerjakan pembaruan hidup kita salah satunya melalui Firman Tuhan yang kita baca. Mengapa ada orang-orang Kristen yang tidak mengalami perubahan karakter? Apakah karena mereka belum bersatu dengan Kristus? Apakah karena mereka kurang membaca Firman Tuhan? Kita memiliki harta rohani dalam bejana tanah liat. Iman adalah harta kita yang pasti dijaga oleh Tuhan. 1 Petrus 3:4 tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. keindahan kita bukan bergantung pada apa yang kita pakai yang menghias kita. Kecantikan manusia batiniah itulah yang membuat kita semakin indah. Senyuman dan kata-kata dalam kasih itu pasti berbeda dengan senyuman dan kata-kata dalam kelicikan. Kita harus memakai perhiasan yang tidak kelihatan yaitu manusia batiniah kita.

           Kesatuan yang membarui memimpin kita kepada kehidupan yang saleh (Roma 8:10; 2 Korintus 13:5, Galatia 4:19-20). Orang yang saleh adalah orang yang punya ketaatan dan karakter dalam Tuhan. Ia senang bergaul dengan Tuhan. Orang rohani adalah orang yang selalu bersikap rohani dalam menyelesaikan masalah. Ia tidak dikuasai kedagingan atau dosa. Ia memprioritaskan Tuhan dalam hidupnya. Hidupnya penuh kesucian dan ia rela mati bagi Tuhan. Kesatuan yang membarui itu menjadi sumber kekuatan dan produktivitas rohani kita dalam menghasilkan buah-buah rohani (Yohanes 15:1-10, 16b). Tumbuhanyang mendapatkan nutrisi yang baik akan berakar, bertumbuh, dan menghasilkan buah. Buah itu bisa dihasilkan karena tumbuhan itu mendapatkan nutrisi. Kekuatan kita untuk bisa bertahan dan menghasilkan buah dalam kesulitan adalah anugerah Tuhan. Orang yang tidak percaya pun bisa tetap bersemangat menghadapi Covid-19, maka kita sebagai orang percaya harus lebih lagi karena kekuatan kita berasal dari Tuhan. Kekuatan manusia semata tidak mungkin cukup. Kita membutuhkan kekuatan rohani dari Tuhan. Kita harus mengevaluasi diri kita dalam hal produktivitas rohani kita selama masa pandemi ini. kesatuan dengan Kristus adalah kesatuan yang membarui kita sehingga kita bisa menjadi serupa dengan Dia.

           Kesatuan ini digambarkan dengan kesatuan suami-istri (Roma 7:4, 2 Korintus 11:2, Efesus 5:31-32, Wahyu 19:7). Pekerjaan Tuhan yang penting tidak boleh ditinggalkan. Keintiman kita dengan Tuhan itu berkaitan dengan bagaimana kita menjalankan kehendak Tuhan. Kita harus terus terlibat dalam ikatan tubuh Kristus. Kerinduan kita untuk beribadah menyatakan bahwa kita sudah bersatu dengan Kristus. Jika seorang anak Tuhan sudah kehilangan kerinduan untuk bersatu dengan Kristus dalam ikatan tubuh Kristus, maka itu berarti ada masalah dalam kerohaniannya. Jika suami-istri tidak mau berkomunikasi dan bertemu, maka itu berarti ada masalah dalam relasi mereka. Kerinduan itu tidak boleh dihambat atau dihancurkan.

            Gambaran lainnya adalah kesatuan bangunan dengan fondasinya (Kolose 2:7, 1 Petrus 2:4-5, Efesus 2:20-22, Yesaya 28:16). Kedua hal ini tidak bisa dipisahkan. Kita ini seperti bangunan di dalam Tuhan. Kita tidak mungkin terpisahkan dari Tuhan. Tidak ada kuasa manapun yang bisa memisahkan. Jika kita dengan sengaja menjauhkan diri dari kehendak Tuhan, maka kita sudah mengalami masalah rohani. Sebagai bangunan rohani, kita harus bersatu dan saling mendukung. Covid-19 mengingatkan kita bahwa kita ini kecil, lemah, dan tidak bisa berbuat apa-apa. Keindahan kita adalah relasi yang erat dalam tubuh Kristus. Sebagai Gereja kita harus bersatu untuk saling menguatkan dan bersama-sama menangkap visi Tuhan. Persekutuan anak-anak Tuhan itu menguatkan iman.

            Kesatuan itu juga digambarkan sebagai kesatuan antara anggota tubuh dengan kepala (1 Korintus 6:15, 19, 12:12; Efesus 1:22-23, 4:15-16, 5:29-30). Setiap anggota tubuh tidak boleh berjalan sendiri-sendiri. Kepala itu harus memimpin, yaitu Kristus. Kristus adalah Raja kita dan Ia adalah Hakim yang paling adil. Terkadang mengikut Tuhan itu sulit karena kita memiliki kehendak sendiri yang tidak selaras dengan kehendak Tuhan. Kehendak kita harus ditundukkan di bawah kehendak Tuhan. Sebagai anggota tubuh Kristus kita harus mengingatkan bahwa kita memiliki Kepala yaitu Kristus. Gereja yang sehat adalah Gereja yang berpusat pada Kristus. Jalan salib harus kita tempuh dan kita harus menghasilkan buah-buah iman. Jika Kristus tidak menjadi pusat, maka Gereja itu sudah sesat. Gereja yang menambahkan atau mengurangi ajaran Kristus adalah Gereja yang sesat. Maka dari itu hidup kita harus berpusat pada Kristus. Seluruh program Gereja harus mengarah kepada Kristus dan kehendak-Nya. Kita harus tunduk dalam kerelaan dan keharmonisan untuk menjalankan kehendak-Nya. Tuhan menitipkan kehendak-Nya pada para pemimpin Gereja, jadi kita harus menghormati mereka. Namun kita juga harus berhati-hati terhadap orang-orang yang memakai nama Tuhan namun tidak memiliki jiwa untuk Tuhan. Ikatan tubuh Kristus itu adalah ikatan relasi yang begitu indah.

            Gambaran lainnya adalah kesatuan ras (Roma 5:12, 21; 1 Korintus 15:22, 45, 49). Jadidalamtubuh Kristuskita tidak membedakan orang berdasarkan rasnya. Kita semua adalah satu di dalam Tuhan. Di banyak negara, isu rasisme masih begitu kuat. Rasisme bisa ada karena keberdosaan manusia. Orang-orang ini tidak bisa melihat keindahan kesatuan. Mereka melihat bahwa kesukuan itu lebih penting daripada kesatuan. Orang Kristen tidak boleh seperti ini. Ketika kita sudah bersatu dengan Tuhan, maka kita adalah anak-anak Allah. Kita semua adalah milik Tuhan dan warga Kerajaan Allah. Status ini melampaui bahasa, ras, dan lainnya. Jadi Gereja tidak boleh menjadi Gereja suku atau Gereja bangsa tertentu. Kesatuan dengan Kristus itu menghancurkan rasisme dan diskriminasi sosial. Ini memang tidak mudah, namun perubahan itu harus terjadi. Ketika bergaul dan mencari pasangan, ras bukanlah kriteria utama kita. Kita harus melihat iman dan karakternya dalam Tuhan terlebih dahulu. Suami-istri yang berbeda budaya bisa bersatu karena mereka tunduk di bawah hukum Kristus.

            Keempat, kesatuan dengan Kristus adalah kesatuan organis. Gereja tidak boleh diikat oleh administrasi dan organisasi tetapi oleh visi dan misi yang melampaui semua itu agar Gereja bisa melakukan pekerjaan Tuhan yang bersifat kekal. Kesatuan organis itu melampaui umur. Kita tidak boleh memiliki konsep ‘gereja dalam gereja’ (misalnya di dalam satu Gereja hanya kelompok remaja yang dipentingkan sedangkan yang lainnya tidak). Semua dalam Gereja itu penting di mata Tuhan. Kita tidak boleh bersatu dalam kotak-kotak. Kita semua terikat dan harus saling mementingkan dan menopang. Itulah kesatuan organis. Dalam kesatuan organis ini ada kesatuan dalam Kristus (unity in Christ). Kesatuan organis ini dicatat dalam Yohanes 15:5, 1 Korintus 6:15-19, Efesus 1:22-23, 4:15-16, 5:29-30. Dalam kesatuan ini Kristus melayani orang-orang percaya dan sebaliknya orang-orang percaya melayani Kristus. Setiap anggota tubuh Kristus saling melayani dalam kesatuan yang tidak terpecahkan (Efesus 2:11-22; 4:1-16). Rumah tangga kita adalah unit Gereja yang terkecil. Keluarga harus punya kerinduan untuk melayani. Kita melayani bukan karena disuruh atau terpaksa tetapi karena ada kerinduan. Pelayanan itu merupakan suatu hak yang harus rela kita lakukan. Kita tidak menghitung pengorbanan kita karena Tuhan sendiri sudah banyak berkorban bagi kita. Keindahan tubuh Kristus adalah ketika semua anggota berjalan dalam kebersamaan untuk mencapai visi Tuhan. Di sana Tuhan menyertai kita dan menyatakan kemuliaan-Nya.

            Kelima, kesatuan dengan Kristus adalah kesatuan yang kekal. Jadi kesatuan dengan Kristus bukanlah kesatuan yang sementara yang bergantung pada diri kita. Kesatuan Kristus dengan orang percaya itu kekal adanya, tidak bisa diputuskan, dihancurkan, atau dibatalkan oleh apapun juga (Matius 28:20; Yohanes 10:28; Roma 8:35, 38, 39; 1 Tesalonika 4:14, 17). Tuhan Yesus berjanji untuk selalu menyertai kita. Ia terus memegang kita dan tidak ada kuasa yang bisa merenggut kita. Kesatuan dengan Kristus menjamin keselamatan yang kekal bagi anak-anak-Nya dan tidak ada kuasa dari manapun juga yang bisa merebut mereka dari tangan Kristus (Yohanes 10:28-30). Keselamatan yang kekal tidak berarti kita bisa bebas berbuat dosa. Jika kita masih mencintai dosa, maka itu berarti kita belum bersatu dengan Kristus. Orang egois yang tidak mau melayani Tuhan adalah orang yang belum bersatu dengan Kristus. Orang yang tidak mau bersekutu adalah orang yang belum masuk ke dalam ikatan tubuh Kristus.

2) Adakah konsep kesatuan dengan Kristus yang salah dalam kekristenan?

            Pertama, kesatuan sakramen – Perjamuan Kudus. Pandangan ini berkata bahwa: orang percaya mendapatkan anugerah Kristus dengan menerima sakramen-sakramen. Seseorang sungguh-sungguh memasukkan Kristus ke dalam dirinya dengan mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus, memakai tubuh Kristus dan meminum darah Kristus (trans-substansiasi dan kon-substansiasi, mukjizat). Pandangan ini didasarkan pada tafsiran hurufiah kata-kata Tuhan Yesus dalam Matius 26:26-28 dan Yohanes 6:53. Jelas pandangan ini keliru karena Kristus sendiri menyatakan bahwa Perjamuan Kudus itu hanyalah untuk mengenang diri-Nya. Penganut konsep trans-substansiasi percaya bahwa roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus itu benar-benar berubah menjadi daging dan darah Kristus. Penganut konsep kon-substansiasi percaya bahwa Tuhan hadir dalam roti dan anggur yang diambil saat Perjamuan Kudus. Penganut konsep ini sering mengadakan Perjamuan Kudus untuk orang-orang yang sudah sakit keras dan hampir meninggal sehingga mereka mendapatkan keselamatan. Ada pula kelompok yang percaya bahwa Perjamuan Kudus mendatangkan kesembuhan. Ini adalah ajaran yang salah. Melalui Perjamuan Kudus, kita mengenang pengorbanan Kristus di kayu salib. Itu bertujuan untuk membangun kerohanian kita. Di sana kita mengevaluasi diri dalam hal kesucian, ketaatan, dan komitmen rohani kita.

            Kedua, kesatuan mistik. Pandangan ini percaya bahwa: kesatuan orang percaya dengan Kristus begitu kuat sehingga menghisap orang percaya tenggelam habis ke dalam hubungan itu sampai akhirnya ia kehilangan kepribadiannya dan akal budinya. Hal ini seperti terhisap dalam suasana ibadah tanpa akal budi dan penguasaan diri. Contoh yang lain adalah orang yang menyaksikan pertandingan bola sampai lupa waktu, identitas, dan lainnya. Penganut pandangan ini mengutip Daud yang menari-nari ketika membawa tabut Tuhan. Jika kita memerhatikan konteksnya, maka kita akan menemukan bahwa Daud bukan menari dalam ibadah. Ia tidak menari dalam rumah Tuhan. Jadi apa yang Daud lakukan tidak boleh kita lakukan dalam ibadah. Ketika kita bersatu dengan Kristus, kita tidak terhisap sampai kehilangan pribadi kita sendiri. Kita tidak menjadi Tuhan yang memiliki kuasa Tuhan.

            Ketiga, kesatuan metafisik. Iniadalah kesatuan bukan karena penebusan tetapi kesatuan karena kita adalah ciptaan. Gagasan ini didasarkan pada konsep panteistik bahwa kita dan Allah satu esensi adanya dan tidak ada keberadaan yang lepas dari esensi Allah. Kita adalah bagian dari esensi Allah. Orang-orang panteistik bermeditasi di alam. Mereka percaya bahwa dalam alam ada kekuatan Tuhan yang bisa dihisap manusia. Banyak orang memilih tempat yang tinggi untuk berdoa karena mereka percaya bahwa tempat yang tinggi adalah tempat yang dekat dengan Tuhan. Ini juga merupakan konsep yang salah. Mereka percaya bahwa Kristus bersatu dengan kita dan ada di dalam kita berdasarkan penciptaan dan bukan penebusan. Secara esensi kita tidak sama dengan Allah. Allah adalah pencipta dan kita adalah ciptaan. Mereka menolak konsep kesatuan karena penebusan tetapi kita percaya bahwa kesatuan dengan Kristus adalah kesatuan karena penebusan.

            Keempat, kesatuan psikologis. Penjelasan konsep ini adalah: kesatuan Kristus dengan orang percaya tidak lain sebagai kesatuan moral, simpati, atau kasih saja. Kesatuan itu seperti kesatuan guru dan murid oleh minat pelajaran atau kesatuan antara dua orang sahabat. Orang-orang penganut konsep ini memilih kekristenan karena merasa cocok dengan moralitas, suasana ibadah, dan alasan-alasan lain selain Kristus. Kita bersatu dengan Tuhan karena Tuhan terlebih dahulu mengasihi kita dan berkorban untuk kita. Jadi kita tidak melihat moral dan kasih yang humanis saja.

3) Implikasi kesatuan Kristus dengan kita

            Implikasi pertama adalah hidup dalam kekuatan Kristus. Paulus berkata: segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Filipi 4:13, bandingkan dengan Galatia 2:20 dan 2 Korintus 12:9). Kita semua adalah orang yang kuat di dalam Tuhan. Kita lemah jika kita berada di luar Tuhan. Kita bisa maju dalam situasi sulit karena kita tinggal di dalam Tuhan. Implikasi kedua adalah kesatuan dalam Kristusmenikmati kesatuan sebagai tubuh Kristus (terikat/tergabung). Kesatuan orang percaya dengan Kristus menjadi tali pengikat antara sesama orang percaya sebagai anggota tubuh Kristus. Ikatan tubuh Kristus itu tidak boleh diputuskan oleh karena keegoisan dan kesombongan kita. Kita harus rela dan mau melayani dalam tubuh Kristus. Mereka hidup dalam Roh, kasih, iman, dan baptisan serta tujuan yang sama. Mereka satu dalam Gereja-Nya dan dalam kerajaan-Nya (Yohanes 17:20-21; Roma 12:15; Efesus 4:2, 3; Kolose 3:16; 1 Korintus 3:13, 10:24-25; Yakobus 5:16; 1 Yohanes 1:3, 7). Setiap orang yang sudah bersatu dengan Kristus akan memiliki kerinduan untuk terlibat dalam ikatan tubuh Kristus.

           Implikasi ketiga adalah kita akan menghasilkan buah-buah rohani. Ketika kita dibenarkan dalam Kristus dan diadopsi menjadi anak-anak-Nya (Yohanes 1:12), potensi ini akan melengkapi dan memampukan kita untuk melayani Dia untuk menghasilkan buah-buah rohani yang sejati (Yohanes 15:16b). Kita akan dimampukan untuk memenangkan banyak jiwa. Buah-buah rohani yang dimaksud bukanlah mukjizat-mukjizat yang terlihat spektakuler. Buah-buah rohani yang dimaksud itu berkaitan dengan penginjilan. Implikasi keempat adalah kita bisa menikmati penderitaan karena Kristus. Orang yang sudah bersatu dengan Tuhan akan menikmati penderitaan karena Kristus karena ia melihat itu sebagai hak istimewa. Para murid diberitahukan bahwa mereka akan minum cawan yang Kristus minum dan dibaptis dengan baptisan yang Kristus terima (Markus 10:39). Dalam konteks yang lain Kristus mengingatkan mereka untuk tidak terkejut jika dianiaya karena-Nya (Yohanes 15:20, bandingkan dengan Matius 5:10-12). Rasul Paulus menyatakan betapa ia menderita untuk menjadi serupa dengan Kristus (Filipi 3:8-10, 2 Korintus 11:23-28). Dalam hal ini penderitaan itu baik untuk membentuk karakter kita. Rasul Petrus mengingatkan orang-orang percaya untuk bersukacita karena berbagian di dalam penderitaan Kristus (1 Petrus 4:13). Kita bisa bersekutu dengan Kristus di dalam penderitaan-Nya.

           Implikasi kelima adalah kita akan memerintah bersama dengan Kristus di surga. Ketika Yakobus dan Yohanes datang bersama dengan ibunya untuk meminta jabatan yang mulia, Kristus menyatakan bahwa mereka akan menerima penderitaan (Markus 10:35-39). Tetapi Kristus juga mengatakan kepada mereka bahwa mereka akan makan dan minum di meja-Nya dalam Kerajaan Allah serta duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel (Lukas 22:30). Kita akan menghakimi orang-orang yang membenci Kristus.

KESIMPULAN

            Bersatu dengan Kristus adalah kesatuan yang rohani, resiprokal, membarui, organis, dan kekal. Kesatuan ini akan menjadikan kita produktif secara rohani dan dapat menikmati berkat karunia-karunia rohani di bumi (melayani) dan di surga. Kesatuan adalah kesatuan yang indah yang kita terus nikmati dan tingkatkan.

Q & A

Q. Resiprokal itu harus dua pihak, maka sebenarnya apa yang terjadi di antara Kristus dan orang percaya sehingga disebut resiprokal?

A. Tuhan adalah pokok anggur dan kita adalah rantingnya. Jadi ada kesatuan untuk nilai tujuan. Resiprokal berarti ada interaksi. Kita didukung oleh Firman Tuhan yang kita baca, renungkan, dan hidupi. Di sana kita menghasilkan buah kasih. Kita mengasihi Tuhan dan kebenaran-Nya. Maka kita akan terus mau mempelajari Firman Tuhan dan menghidupinya. Tuhan akan menggarap nilai ketaatan kita sehingga kita menghasilkan buah yang sejati bagi Tuhan. Tuhan yang pertama-tama melayani kita dan kemudian kita mau melayani Dia. Kita berkorban karena Tuhan sudah berkorban bagi kita. Kita melayani secara total karena penebusan itu bersifat total. Dalam kesatuan resiprokal ini ada karya Roh Kudus 100% yang memberikan jaminan pasti karena Ia tidak mungkin gagal menggarap kita.

(Transkrip ini belum diperiksa oleh pengajar – TS)

Keselamatan dalam Yesus Kristus dan Manfaatnya (STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020)

STRIC Soteriologi Mei-Juni 2020

Pdt. Tumpal H. Hutahaean, M.Th.

23 Mei 2020: Keselamatan dalam Yesus Kristus dan Manfaatnya

            Kita akan membahas tentang keselamatan dalam Yesus Kristus dan manfaatnya. Ayat yang akan kita bahas adalah Hosea 6:6, Yehezkiel 36:27-28 (ini adalah janji pembaruan untuk Israel), Yohanes 14:6 (finalitas keselamatan hanya ada dalam Yesus Kristus), Kisah Para Rasul 4:11-12, dan Yesaya 59:1-2.

PENDAHULUAN

            Apa kebutuhan yang paling hakiki dari manusia? Ada yang berkata makanan, pakaian, tempat tinggal, pekerjaan, jaminan kesejahteraan, dan aktualisasi diri. Mengapa keselamatan di Perjanjian Lama tidak cukup dan butuh penggenapan keselamatan di dalam Yesus Kristus (Mikha 5:2)? Mengapa keselamatan hanya melalui dan di dalam Yesus Kristus? Bagaimana dengan pandangan yang mengatakan ada keselamatan di luar Yesus Kristus?

PEMBAHASAN

1) Apa kita Alkitab tentang keselamatan?

            Dalam Perjanjian Lama ada istilah yasha untuk keselamatan. Ini bisa dilihat dalam dua kategori yaitu umum dan khusus (iman). Dalam Perjanjian Baru ada istilah soteria yang berhubungan dengan keselamatan. Yasha atau keselamatan bisa berarti bebas dari penderitaan, bahaya hidup, dan lainnya. Ini pengertian secara umum. Kedua ini bisa berarti terhindar dari kerusakan moral. Ketiga secara khusus ini bisa berarti pemeliharaan Tuhan (jiwa).

            Contoh dari arti yang pertama (bebas dari penderitaan, bahaya hidup, dan lainnya) adalah 1) bebas dari penjajahan Mesir (Keluaran 14:13, 30; 15:2). Saat itu bangsa Israel dijadikan budak. Kemudian Allah menyelamatkan mereka secara fisik. 2) Keselamatan dari kekalahan (Ulangan 20:4). Allah menyatakan anugerah keselamatan supaya bangsa Israel tidak mengalami kematian. 3) Keselamatan dari penindasan (Hakim-Hakim 3:31). Tuhan bisa melepaskan dari penindasan fisik. 4) Keselamatan dari kesesakan hati dan pergumulan hidup (Mazmur 34:7). 5) Keselamatan dari tangan musuh (Mazmur 106:10). 6) Keselamatan dari pembuangan ke Babel (Yesaya 46:13, 52:10-11). Tuhan bisa memimpin Daniel dan teman-temannya di Babel. Tuhan juga bisa memimpin bangsa Israel kembali ke tanah Israel. Itu adalah anugerah keselamatan Tuhan. Kata yasha dalam bagian ini menekankan kualitas respons iman dan ketaatan iman. Setiap orang bisa mengalami hal-hal di atas, tetapi yang membedakan mereka adalah kasih setia mereka dan kualitas akan pengenalan Tuhan yang benar. Bagaimana kita tahu bahwa mereka diselamatkan? Kita melihat respons iman mereka. Ternyata angkatan pertama Israel yang keluar dari Mesir mati karena sungut-sungut. Akhirnya Yosua, Kaleb, dan angkatan berikutnyalah yang boleh masuk tanah Kanaan. Ini karena mereka memiliki respons iman dan ketaatan iman. Mereka tidak menggerutu dan mempertanyakan Tuhan. Mereka mau terus belajar tentang Tuhan.

            Contoh dari arti yang kedua (terhindar dari kerusakan moral) adalah 1) keselamatan dari kerusakan moral (Hosea 1:7). Saat itu umat Israel berzinah rohani dengan menyembah berhala-berhala. Mereka kompromi dengan bangsa-bangsa yang fasik dan meninggalkan ibadah kepada Allah yang sejati. Namun kemudian ada anugerah Tuhan sehingga mereka tidak terus menerus berada dalam dosa ini. 2) Keselamatan berkaitan dengan kualitas pengenalan akan Tuhan (Hosea 6:6). Mereka takut berbuat dosa karena takut kepada Allah mahakuasa yang menyelamatkan mereka. Iman mereka dinyatakan melalui kasih setia mereka kepada Tuhan. Kita seharusnya takut berbuat dosa bukan karena takut kepada hukuman tetapi karena takut kepada Kristus yang sudah menebus kita. Kita takut berbuat dosa karena kita mengakui bahwa iman kita adalah anugerah Allah. Takut kepada hukuman dan takut kepada Allah itu berbeda kualitasnya. Pertobatan tanpa takut akan Allah bukanlah pertobatan yang sejati. Pertobatan karena iman yang benar adalah pertobatan yang sejati. Yasha dalam bagian ini menekankan kualitas rohani yang berani menolak segala kecemaran hidup dan berani mengutamakan Tuhan yang terekspresi melalui kasih setia dan pengenalan akan Tuhan yang benar. Dengan kualitas rohani seperti ini, orang tersebut akan lebih takut jika Allah membuangnya daripada takut kepada ancaman dan bahaya. Jadi keberanian mereka adalah keberanian yang suci yang menghancurkan para berhala. Dalam kisah para raja, kita melihat ada raja yang setia kepada Allah dan ada raja yang menyembah berhala. Respons raja yang beriman adalah berani menghancurkan semua patung berhala. Para raja yang kompromi dengan berhala bukanlah orang-orang yang beriman. Orang yang memiliki kualitas rohani juga berani mengutamakan Tuhan. Ia berani menunjukkan kasih setianya dan mau terus mengenal Allah dengan benar. Itu indikasi keselamatan.

            Dalam arti yang ketiga (pemeliharaan Tuhan: jiwa), yasha digunakan dalam arti sebagai berkat umum bagi umat Allah (contoh: Tuhan adalah… keselamatan bagi orang yang diurapi-Nya – Mazmur 28:9). Tuhan tidak pernah gagal untuk mewujudkan anugerah keselamatan. Kita tetap bisa dilukai secara fisik, namun jiwa kita dipelihara oleh Tuhan. Sebagian dari para rasul mati karena dibunuh, namun keselamatan jiwa mereka pasti terjamin. Polikarpus ketika akan dihukum mati tidak menghujat Tuhan. Sebaliknya, ia berdoa dan memuji Tuhan. Yasha dalam bagian ini menekankan kualitas kesaksian hidup (hymne). Kesaksian itu bukan untuk menyatakan kehebatan kita atau orang lain. Kita menyatakan kebesaran Tuhan. Di sana kita mau agar orang-orang melihat kebaikan dan anugerah Tuhan. Kesaksian hidup bukanlah soal berapa banyak materi atau uang yang kita punya. Orang-orang rohani bisa bersaksi dari hal-hal yang kecil untuk menyatakan kebesaran Tuhan. Kita tidak perlu menunggu perkara yang besar terlebih dahulu baru kemudian bersaksi. Orang yang memiliki keselamatan itu selalu memuji Tuhan dan bersyukur. Itulah keindahan jiwa manusia.

Kemenangan iman itu nyata ketika jiwa menyatakan syukur dan memuji Tuhan. Namun tidak semua orang yang bernyanyi itu bernyanyi untuk Tuhan. Ada yang bernyanyi karena iman dan ada yang tidak. Kesaksian hidup seseorang bisa menjelaskan apakah orang itu sungguh menyatakan iman atau tidak. Fanny Crosby mengalami kebutaan dari sejak bayi karena kesalahan dokter. Suaminya juga tuna netra. Namun kekurangan secara fisik dan finansial tidak membuat mereka tidak bersaksi bagi Tuhan. Justru dalam kekurangan mereka bisa mempersaksikan Tuhan dengan luar biasa. Dalam keterbatasan mereka, mereka menyatakan Tuhan yang tidak terbatas. Hidup kita berkualitas karena selalu menjadi berkat bagi orang lain, bukan menjadi batu sandungan. Apakah Saul diselamatkan? Dari kisah hidupnya, kita bisa melihat bahwa Saul tidak memiliki kasih setia dan pengenalan yang benar akan Tuhan. Ia tidak memiliki jiwa yang bisa menerima Daud.

Keselamatan dalam Perjanjian Lama mencakup jiwa dan hidup yang kekal. Keselamatan di Perjanjian Lama tampak pada sikap iman yaitu ketaatan dan memprioritaskan Tuhan. Namun keselamatan dalam Perjanjian Lama tidak cukup karena fungsi Taurat menyatakan standar kesucian Tuhan dan memberikan kesadaran manusia akan dirinya sebagai orang berdosa (seperti fungsi foto Rontgen), tetapi tidak bisa memberikan solusi untuk menyelesaikan dosa dan akibat dosa yaitu kematian (baca Kejadian 3:15). Foto Rontgen tidak menyelesaikan masalah. Itu hanya memberitahu di mana titik penyakit kita. Seperti itulah hukum Taurat. Nubuat pertama tentang keselamatan dituliskan dalam Kejadian 3:15. Ayat ini menyatakan peperangan zaman sampai Kristus datang dan menggenapkan keselamatan di kayu salib. Setan mau mengagalkan itu tetapi tidak bisa. Jadi kehadiran Kristus bukanlah hal yang mendadak tetapi sudah dinubuatkan dari awal. Alkitab menyatakan keselamatan itu secara progresif.

2) Why God became man? (cur Deus homo?)

Dapatkah proses keselamatan manusia tanpa harus Allah menjadi manusia? Mengapa Allah bisa menjadi manusia? Jadi apa arti keselamatan dalam Yesus Kristus? Kita harus bisa melihat keindahan karya Yesus Kristus yang menjadi manusia untuk menebus kita. Orang-orang yang keberatan terhadap konsep ini menyatakan bahwa 1) hal ini tidak mungkin karena bertentangan dengan kemuliaan Allah karena Kristus sama dengan manusia yang hina. Kristus lahir di tempat yang hina dan dalam keluarga yang tidak kaya. Ia harus bekerja sebagai tukang kayu. Bagi orang-orang tertentu, ini tidak sesuai dengan kemuliaan Tuhan. 2) Bagaimana mungkin Allah yang kudus dan mahatinggi dapat menjadi manusia yang terbatas (lemah, haus, lapar, dan lainnya)? Bagi mereka ini adalah hal yang tidak mungkin. 3) Penjelmaan Allah menjadi manusia merupakan penghinaan dan pencemaran esensi Allah yang adalah Roh adanya. Bagi mereka Allah yang adalah Roh tidak mungkin menjadi manusia. Yesus dianggap sebagai hasil dari perkawinan secara biologis antara Yusuf dan Maria. Padahal Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa Yesus lahir karena Maria mengandung dari Roh Kudus (Matius 1:20). Jadi kelahiran Yesus adalah karya Allah Tritunggal.

Jawaban kita bagi keberatan di atas adalah penjelmaan Allah menjadi manusia justru sesuai dengan kemuliaan Allah, bahkan sebagai satu-satunya jalan bagi manusia untuk kembali kepada Tuhan (Yohanes 1:14, 14:6; Kisah Para Rasul 4:12). Mengapa demikian? 1) Karena kemuliaan Allah tidak terbatas/dapat dibatasi oleh ciptaan-Nya dan kondisi dunia yang sudah tercemar karena dosa. Kemuliaan Allah ada pada diri-Nya sendiri. Dunia yang sudah berdosa pun masih berada dalam topangan Allah. Ketika Allah menjadi manusia, itu tidak mengurangi kemuliaan Tuhan. Allah tidak menjadi tercemar karena mengambil natur manusia. Kemuliaan Tuhan nyata dalam pribadi Yesus Kristus. Kemuliaan itu tidak berkaitan dengan harta atau kepopuleran tetapi berkaitan dengan kasih karunia dan kebenaran Yesus Kristus. 2) Kemuliaan Allah ada pada diri-Nya dan nyata di dalam manusia Yesus Kristus sebagai ‘gambar Allah yang sejati’ (Yohanes 1:14, Filipi 2:6-7). Kemuliaan Allah tidak bisa dihancurkan oleh kuasa manusia manapun. Allah Pribadi kedua menjadi manusia dan mengosongkan diri (kenosis) untuk mengerjakan keselamatan bagi kita. Jadi Allah yang mahakuasa, mahahadir, dan mahatahu masuk ke dalam dunia yang sementara dan Ia tidak berbuat dosa. Natur manusia yang diambil Kristus itu semua seperti kita dalam arti bisa bertumbuh secara fisik dan memiliki keterbatasan. Namun kualitasnya berbeda. Ia sudah suci dari sejak berada dalam kandungan Maria. Ia memiliki potensi untuk jatuh ke dalam dosa tetapi tidak mungkin berbuat dosa.

3) Karena kejatuhan manusia dalam dosa tidak menghilangkan status manusia sebagai milik Allah (Roma 3:10-12, 23). Maka penebusan manusia hanya bisa dikerjakan melalui jalan Allah menjadi manusia (Kejadian 3:15, Yohanes 1:1-2, Filipi 2:5-11). Manusia jatuh di dalam waktu, sedangkan malaikat jatuh di dalam kekekalan. Satu-satunya jalan keselamatan adalah Allah menjadi manusia. Allah masuk di dalam waktu untuk menyatakan misi keselamatan. Jadi keberatan-keberatan di atas sudah dijawab oleh Alkitab. 4) Hanya melalui Kristus menjadi manusia, penebusan dosa manusia dan pelunasan dosa-dosa manusia dapat diselesaikan (Galatia 3:13 – redemption by substitution). Karena Dia adalah manusia, Dia bisa mati untuk membayar harga untuk penebusan kita karena Dia adalah Allah yang kekal. Kematian adalah nilai yang cukup untuk menebus dosa-dosa manusia. Kristus rela menanggung semuanya sebagai pengganti. Manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Jadi manusia membutuhkan Tuhan Yesus Kristus. Jadi Allah menjadi manusia karena misi penebusan. Yesus Kristus mengerjakan tiga jabatan (raja, imam, dan nabi) dengan sempurna dan dalam nilai kesucian. Hidup Kristus menggenapkan nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama. Penulis Ibrani dengan begitu indah menjelaskan kristologi dari kacamata Perjanjian Baru kepada orang-orang Yahudi. Kristus adalah nabi di atas segala nabi, imam di atas segala imam, dan raja di atas segala raja. Semuanya dikerjakan dengan sempurna. Ini membuktikan bahwa Ia adalah Allah. kematian-Nya cukup untuk menebus dosa-dosa manusia. Upah dosa ialah maut dan Kristus mengalami itu.

5) Karena Kristus adalah Anak Allah, hidup-Nya tidak pernah memiliki awal dan akhir. Jauh sebelum Ia datang ke dunia sebagai manusia (inkarnasi), Anak Allah sudah ada sebagai Allah (Yohanes 1:1-2 dan Matius 1:23). Ia menerobos dunia dalam kronos untuk mendapatkan kairos. Penebusan-Nya memiliki nilai kekal, maka dari itulah penebusan-Nya bersifat sejati. Allah Tritunggal sudah ada sebelum penciptaan. Ini berarti Anak Allah juga sudah ada dalam kekekalan. Ia bukanlah manusia yang dijadikan Allah. 6) Ada hal-hal yang menunjukkan bahwa Ia adalah Allah Pencipta. Hal ini tampak ketika Ia menghardik badai, dapat menjawab apa yang dipikirkan manusia, menundukkan kuasa Setan, dan selama Ia menjadi manusia Ia kudus, tidak berbuat dosa dan kematian dikalahkan dengan kebangkitan-Nya. Meskipun Allah Anak menjadi manusia, Ia tetap adalah Allah Pencipta. Ia tetap mahakuasa dan berkuasa atas alam. Ia tidak seperti nabi palsu yang mengklaim bahwa dirinya bisa meredakan badai namun sesungguhnya tidak dapat. Kitab Injil menyatakan bahwa Ia mahatahu. Ia tahu apa yang dipikirkan manusia. Para pemimpin agama ingin menguji dan menjebak Yesus, namun Yesus tahu benar apa yang mereka mau lakukan. Ia juga punya kuasa untuk mengusir Setan. Ketika orang-orang kerasukan melihat-Nya, setan-setan menjadi ketakutan. Semua ini menjelaskan bahwa Yesus bukanlah manusia biasa. Selama Ia hidup di dunia, Ia hidup kudus. Ia mengalami kematian namun kematian tidak dapat menguasai-Nya. Kesempurnaan-Nya menyatakan bahwa Ia layak menebus kita.

7) Kristus adalah pengantara untuk manusia yang menjadi seteru Tuhan. Jadi Kristus adalah pengantara antara Allah yang kudus dan manusia yang berdosa, karena Dia adalah Allah sekaligus manusia. Hanya Kristus yang dapat menjadi pengantara kita dan hanya Kristus yang satu-satunya dapat membersihkan dosa-dosa kita untuk dapat diterima Allah. Hanya Kristus yang dapat menanggung murka Allah sehingga Allah tidak lagi murka kepada kita (baca 1 Timotius 2:5-6). Tidak ada usaha agama yang dapat mendekatkan kita kepada Allah. Hanya Kristus yang bisa menjadi pengantara kita. Dalam zaman Perjanjian Lama, pengampunan dosa diberikan melalui persembahan korban hewan. Namun dalam Perjanjian Baru kita mengetahui bahwa Kristus adalah Domba Paskah itu. Kasih yang ajaib, keagungan, dan kemuliaan Tuhan nyata di kayu salib. Ia rela dan taat sampai akhir. Tujuh perkataan salib itu menunjukkan bahwa Ia adalah pribadi yang berbeda. Banyak orang bertanya bagaimana mungkin Allah menderita dan mati. Itu karena mereka tidak mengerti bahwa justru di kayu salib itulah Kristus menyatakan kemuliaan-Nya. Menyatakan kemuliaan dalam kekayaan dan kemakmuran itu biasa, namun tidak ada yang bisa seperti Yesus yang menyatakan kemuliaan-Nya di kayu salib. Segala penderitaan yang Kristus alami seharusnya dialami oleh kita manusia berdosa, namun Kristus menanggung itu semua demi kita. Keadilan dan kasih Allah bertemu di kayu salib. Ada aspek vertikal dan horizontal di sana. Murka Allah dipuaskan di atas kayu salib. Rahasia inkarnasi menunjukkan waktu dan kedaulatan Tuhan.

3) Apa kita Alkitab tentang keselamatan?

            Kata soteria dipakai dalam Perjanjian Baru. Ini merujuk kepada keselamatan jiwa kita, juga setelah kematian. Kita yang percaya bisa mati namun mati di dalam Yesus Kristus yang sudah mengalahkan kematian. Jadi kita tidak perlu takut kepada kematian. Ini bukan berarti kita tidak perlu menjaga diri. Kita tetap harus waspada karena itu perintah Tuhan kepada kita. Kata soteria bisa merujuk kepada tiga arti: 1) terbebas dari murka Allah: penghakiman Allah karena dosa, 2) terbebas dari konsekuensi dosa: hukuman dosa, dan 3) melalui jalur penebusan dosa dan pembenaran. Semua ini adalah agar kita bisa masuk Kerajaan Allah (Matius 19:24-25) dalam kebenaran, damai, dan sukacita. Kita dijadikan anak-anak Allah dan diutus untuk memberitakan Injil. Kita diberikan kuasa yang melebihi kuasa dunia ini. Orang yang sudah diselamatkan harus melakukan Amanat Agung Tuhan. Orang yang sudah diselamatkan akan bisa menghargai penebusan Kristus dan menikmati kerajaan Tuhan dalam nilai ketaatan secara penuh. Ia akan memakai hartanya untuk kemuliaan Tuhan. Kita harus menikmati kerajaan Tuhan itu dan menyatakan kerajaan Tuhan di manapun kita berada.

            Arti pertama dari kita soteria adalah terbebas dari murka Allah: penghakiman Allah karena dosa. Segala murka Tuhan hanya bisa dipuaskan melalui penderitaan Kristus di kayu salib sebagai manusia yang suci dan tak bercacat cela (Yesaya 53:4 dan 1 Tesalonika 5:9-10). Banyak orang tidak mengerti keindahan salib Kristus. Manusia bisa salah mengerti penderitaan Yesus Kristus di atas kayu salib. Penebusan Kristus adalah redemption by substitution. Kitadipersatukan dengan Kristus. Jadi Allah tidak akan pernah meninggalkan kita atau membiarkan kita. Ia selalu hadir bersama dengan kita. Dalam aspek yang kedua, soteria berarti terbebas dari konsekuensi dosa: hukuman dosa yaitu maut (Roma 6:23). Hukuman dosa yaitu maut hanya bisa digantikan dengan kematian dan dikalahkan dengan kebangkitan Kristus (Roma 5:10 dan 1 Tesalonika 5:9-10). Agama dan usaha agama tidak dapat menyelesaikan ini. Hanya Kristus yang dapat menyelesaikan ini semua. Kebangkitan Kristus membuktikan bahwa Ia adalah Allah. Jadi segala ajaran yang menyatakan bahwa Kristus bukan Allah itu pasti salah. Kristus adalah Allah yang layak untuk disembah. Aspek yang ketiga adalah melalui jalur penebusan dosa dan pembenaran. Melalui darah Yesus Kristus yang dicurahkan di bukit Golgota manusia dapat dibenarkan dan didamaikan dengan Allah (Roma 5:9, Ibrani 9:12-14, 22, 28, dan Kolose 1:13-14). Tuhan Yesus Kristus adalah korban yang sempurna. Ia mencurahkan darah-Nya sekali untuk selamanya, tidak perlu diulang-ulang. Setiap ajaran yang merendahkan Kristus (melihat Kristus hanya sebagai manusia dan bukan Allah) adalah ajaran antikristus.

4) Finalitas Kristus sebagai penebus dosa manusia melalui pengorbanan – pembenaran – pendamaian.

            Keberatan terhadap konsep ini menyatakan: 1) perbuatan ini tentunya menjadi tindakan yang tidak seharusnya dan mencoreng ketetapan Allah sendiri, karena bagaimana boleh orang yang jelas-jelas berdosa dinyatakan bebas dari hukuman karena ia benar adanya karena sudah memenuhi tuntutan hukum Allah melalui pengorbanan Kristus sebagai pengganti? 2) Bukankah tindakan itu dengan sendirinya menunjukkan Allah tidak bertindak dengan benar, karena Allah seperti Allah yang kejam dan pilih kasih? 3) Namun begitu bagaimana mungkin Alkitab masih menyatakan Allah benar adanya di dalam Ia membenarkan orang berdosa (Roma 3:26)? Ada orang-orang yang menyatakan bahwa Alkitab mengandung kesalahan dalam bagian ini. Namun bagi kita Alkitab itu 100% dari Allah dan tidak mungkin salah. Allah berdaulat penuh dalam proses penulisan Alkitab. Semuanya sempurna tanpa cacat cela. 4) Pembenaran berdasarkan jasa kematian penebusan Kristus mustahil adanya. Bagaimana mungkin kebenaran orang lain bisa dipertalikan pada orang berdosa (aspek hukum)? 5) Mengapa Allah harus mengorbankan anak-Nya mati di kayu salib untuk menebus dosa-dosa manusia? Hal ini menunjukkan Allah telah kehilangan ke-mahakuasaan-Nya? Bukankah Allah mampu menyelamatkan umat-Nya tanpa perlu menjadi manusia atau mengorbankan Kristus di kayu salib?

            Apa jawaban terhadap semua keberatan di atas? Menimbang bahwa pembenaran soteriologis adalah pembenaran dalam fokus peradilan, pembenaran secara hukum, maka kita membutuhkan pengertian yang lebih lengkap untuk dapat mengerti bagian-bagian Alkitab yang menyatakan Allah membenarkan orang berdosa (misalnya Roma 4:25, 5:18) hanya melalui Kristus. Jadi tidak ada pendamaian dan pembenaran melalui jalur yang lain. Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan.

1) Manusia berdosa tidak bisa dan tidak mampu menyelamatkan diri sendiri dengan memenuhi tuntutan hukum Allah. Oleh karena itu manusia perlu penebusan yang bernilai kekal dan penggantian dengan pribadi yang sempurna untuk menyelesaikan dosa manusia. Adam mewakili seluruh umat manusia berbuat dosa dan Kristus mewakili semua umat Allah dalam menjalankan ketaatan sempurna kepada Allah untuk menggantikan kita (Roma 5:19). Jadi karya Kristus itu mutlak diperlukan dalam keselamatan.

2) Allah memiliki sifat keadilan dan kasih. Pelanggaran dosa manusia harus mendapat keadilan dari Allah. Oleh karena itu keadilan dan kasih Tuhan harus dilaksanakan secara utuh. Semua itu hanya mungkin dikerjakan oleh Kristus sebagai manusia, sama seperti kita, supaya dapat mewakili kita. Bedanya kemanusiaan Kristus dengan kita adalah kemanusiaan Kristus tidak berbuat dosa untuk menanggung penghukuman atas dosa-dosa umat manusia (Ibrani 4:14-15, 2 Korintus 5:21).

3) Manusia dapat memperoleh status benar bukan karena usahanya dan kesalehannya melainkan karena Kristus yang benar membenarkan manusia – Roma 3:26, Efesus 4:23-24 (justification by faith). Alkitab mengatakan melalui iman seseorang diperhitungkan benar, itu adalah karena ia pada kenyataannya benar dan bukan orang lain benar dan mewakilinya. Haruslah dicamkan bahwa pembenaran adalah perkara rohaniah. Orang berdosa bisa bersandar pada jasa kematian penebusan Kristus karena ia dan Kristus tidak berdiri terpisah satu dengan lainnya (union with Christ – Efesus 2:11-22).

4) Semua itu dimungkinkan karena jasa Kristus di dalam penyediaan keselamatan. Orang berdosa bisa diterima dan dibenarkan karena Kristus sudah menerima hukum Allah menggantikan hukuman untuk orang berdosa. Dengan demikian kita bisa mendefinisikan dengan lebih lengkap pembenaran soteriologis ini sebagai tindakan deklaratif Allah yang melaluinya orang percaya, berdasarkan kecukupan kematian penebusan Kristus, dinyatakan telah memenuhi seluruh tuntutan hukum yang dikenakan pada mereka. Pembenaran adalah tindakan hukum mempertalikan kebenaran Kristus pada orang percaya secara iman.

5) Misi penyelamatan umat manusia melalui Kristus sudah dinubuatkan setelah Adam jatuh di dalam dosa. (Kejadian 3:15, Yesaya 53, Mikha 5:3). Kemahakuasaan Allah tidak menjadikan manusia robot ketika dicipta dan setelah manusia jatuh dalam dosa. Artinya manusia diberikan kebebasan dan tanggung jawab sebagai seorang pribadi. Dengan menggenapkan Yohanes 3:16, justru menyatakan kemahakuasaan dan kasih Allah yang ajaib. Allah tidak kejam ketika memenuhi hukuman Allah pada Kristus di kayu salib sebagai pengganti manusia berdosa.

5) Manfaat keselamatan di dalam Yesus Kristus

Dari sini kita bisa banyak mengerti tentang manfaat penebusan Kristus. Hidup dalam Kristus itu tidak sia-sia. Kita bisa melihat manfaatnya sebagai berikut: 1) perubahan kondisi orang berdosa menjadi orang kudus (1 Korintus 1:2, 6:9-11). Ini adalah perubahan yang paling ajaib dalam sejarah. 2) Ia bukan lagi budak dosa, Setan, dan dunia, tetapi hamba Yesus Kristus dan kebenaran (Roma 6:12-14, 16-18). 3) Ia tidak lagi mati rohani terhadap Allah, tetapi hidup. Ia sekarang menjadi anggota rumah tangga Allah dan warga kerajaan-Nya (Efesus 2:1-5, Yakobus 1:22, Yohanes 1:12, Roma 6:23, Kolose 1:13). 4) Ia tidak lagi terhilang dari hadapan Allah karena ia adalah ciptaan baru dalam Kristus (2 Korintus 5:17, Efesus 2:10, Efesus 4:24). Kita dijadikan anak-anak Allah. 5) Ia tidak lagi hidup dengan perbuatan-perbuatan dosa, melainkan menjadi penggenap kehendak Tuhan – berbuat baik (Efesus 2:10, Roma 12:2, 1 Yohanes 3:9). Kita mengalami perbuatan kehendak. Kita disanggupkan untuk menjalankan kehendak Allah. 6) Ia tidak lagi berhutang kepada Allah untuk dosa-dosanya karena ia telah menerima pengampunan (Efesus 1:7, Kolose 2:13). Hutangnya sudah terlunasi untuk selamanya. Orang yang mendapat pengampunan itu akan merasa damai sejahtera dan nyaman. 7) Ia tidak lagi ada di bawah kutuk dan hukuman Allah, tetapi telah dibenarkan (Roma 5:1, 9, 18). Ia dibebaskan dari hukuman dan dinyatakan benar oleh Allah (Roma 8:1, 2 Korintus 5:21). 8) Ia tidak lagi tidak berdaya, tetapi mempunyai Roh Kudus yang memberinya kekuatan untuk menjadi dan melakukan semua yang Allah tuntut darinya (Yohanes 14:16-17, Filipi 4:13, 2 Petrus 1:3).

6) Hukuman Tuhan

            Orang-orang yang belum atau tidak percaya kepada Kristus memiliki status pendosa, budak dosa, budak Setan, budak dunia, mati rohani, terhilang, berhutang, dan tidak berdaya. Perbuatan mereka adalah berbohong, menipu, membunuh, berzinah, berpikir kotor, membenci, memfitnah, dan lainnya. Ini karena mereka tidak memiliki kuasa perubahan dalam diri mereka. Di dalam hatinya tidak ada Allah.

7) Perubahan hidup dalam Kristus

            Keberadaan orang percaya memiliki status orang kudus, hamba Kristus, hamba kebenaran, hidup rohani, ciptaan baru, lunas, dan berdaya. Di dalam hati orang percaya ada Allah Roh Kudus. Perbuatan orang percaya adalah melakukan pekerjaan baik (Efesus 2:10). Ia mengutamakan pekerjaan Allah. Keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus membuat kita menjadi pribadi yang berbeda. Kita diberikan hati yang mau melayani Tuhan dan mengenal Tuhan. Keberadaan kita akan konsisten dengan tindakan kita.

KESIMPULAN

1) Kebutuhan manusia yang paling hakiki setelah Adam jatuh ke dalam dosa adalah keselamatan. Covid-19 mengajarkan kepada kita bahwa semua orang butuh keselamatan. Banyak orang memerhatikan kebersihan dan kesehatan karena mereka mau selamat secara fisik. Namun keselamatan yang paling hakiki adalah keselamatan jiwa kita yang kekal dalam Yesus Kristus.

2) Keselamatan berdasarkan Taurat tidak cukup karena tidak memberikan pembaruan yang total untuk dosa-dosa manusia. Hanya Tuhan Yesus Kristus yang bisa memberikan pembaruan yang total.

3) Manusia tidak dapat menyelamatkan diri sendiri dan juga agama. Jalan satu-satunya keselamatan Allah mengutus anak-Nya yang tunggal untuk mati menebus dosa-dosa umat manusia (redemption by substitution).

4) Banyak ajaran tentang keselamatan menjadi ujian iman setiap orang, khususnya anak Tuhan yang sejati. Namun jaminan keselamatan yang paling sejati hanya ada dalam Yesus Kristus.

            Konsep surga dalam setiap ajaran agama berbeda-beda. Jadi kesimpulannya surga menurut ajaran Alkitab berbeda jalannya, kebenarannya, dan hidupnya. Surga berdasarkan ajaran Alkitab jelas jaminannya karena Allah yang menyediakan dan Kristus sendiri yang menjaminnya. Jaminan yang kekal itu diberikan kepada kita yang percaya. Tidak ada kuasa dunia apapun yang bisa mengambil kita dari tangan Kristus. Allah akan menjaga umat-Nya dalam hal kesucian.

Q & A

Q. Apakah pendeta yang menghardik Covid-19 sampai saat ini dan seterusnya disebut nabi palsu setelah mengaku diperintah oleh Tuhan? Bila pendeta itu adalah nabi palsu, bagaimana sikap kita tentang khotbahnya selama ini (sebelum dia mengaku diperintah oleh Tuhan), apakah kebenaran khotbahnya itu menjadi gugur dan sesat?

A. Peran nabi tidak ada lagi setelah Alkitab sudah dituliskan. Peran rasul juga sudah tidak ada lagi. Jadi kalau ada orang yang mengaku sebagai nabi maka dia adalah nabi palsu. Orang seperti itu harus kembali kepada kebenaran Alkitab agar ia bisa membedakan mana suara Tuhan, suara Setan, dan suara manusia. Kita harus kembali kepada suara Tuhan yang sudah tertulis dalam Alkitab. Kita harus membaca, merenungkan, dan menghidupi Alkitab. Kita harus mendengar suara hati nurani yang sudah dipimpin oleh Tuhan. Suara yang menyeleweng harus kita lawan. Kesesatan akan selalu ada, namun peran kita adalah membawa jiwa-jiwa itu kembali kepada Alkitab. Kebangkitan rohani yang sejati bukan berbicara soal mukjizat atau kekayaan. Kebangkitan rohani yang sejati adalah ketika jiwa-jiwa kembali kepada Tuhan, mau mencintai Firman Tuhan, dan mengalami perubahan hidup ke arah Kristus. Ketika membicarakan tentang pertumbuhan rohani, Alkitab memberikan gambaran tanaman anggur. Tanaman ini tidak bisa menjadi besar atau tinggi tetapi ia merambat. Buah yang dihasilkannya manis. Pohon ini bisa bertahan sampai 10-20 tahun. Ia bisa mengalami pembaruan ketika daun atau rantingnya dipotong. Kita mengikut Tuhan untuk memuaskan hati Tuhan. Teologi yang kita anut adalah teologi salib. Jika Gereja membuang ini, memakai Gereja akan kehilangan kemurnian dan kemuliaan. Jika Amanat Agung disingkirkan, maka Gereja akan menjalankan amanat dunia. Gereja itu akan menjadi Gereja yang mati. Gereja yang hidup harus mementingkan perintah Allah seperti penginjilan, mandat budaya, dan lainnya. Kita harus berhati-hati terhadap ajaran-ajaran yang sesat. Ada ajaran sesat yang mengajarkan tentang doa yang salah. Mereka mengajarkan doa yang memaksa kehendak Tuhan. Seharusnya melalui doa kita belajar kehendak Tuhan agar kita genapkan dalam hidup kita.

(Transkrip ini belum diperiksa oleh pengajar – TS)