Dipenuhi Roh Kudus Pdt. Tumpal H. Hutahaean, M. Th

Efesus 5:18-21; Kis. 2:4

Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus (Kis 2:4), ini bukan berbicara tentang bukan bahasa roh. Different of tongue. Di situ dikatakan bahasa-bahasa lain, bukan glosolalia tapi eksolalia. Apa eksolaliaEks artinya sesuatu yang keluar dari kualitas pembicaraan. Jadi saya berbahasa Indonesia, ternyata orang Biak dengarnya dengan bahasa Biak, orang Merauke dengarnya dengan bahasa Merauke. Jadi disini ketika Petrus berkhotbah, di dalam kuasa kepenuhan Roh Kudus ternyata terjadi eksolalia. Berkhotbah dengan kepenuhan Roh Kudus dengan satu tujuan, bagaimana orang-orang Mesopotamia, Asia Kecil akhirnya semua bisa bertobat. Pada bagian ini kita lanjutkan mengenai apa yang dikatakan Paulus yaitu “Janganlah kamu mabuk oleh anggur karena anggur menimbulkan hawa nafsu tapi hendaklah kamu penuh dengan roh.” Ini menjadi pertanyaan kita, mengapa Paulus mengambil bagian ini? Banyak penafsir yang mengatakan orang-orang Efesus kalau sudah menjelang senja mereka suka mabuk-mabukan. Mereka sudah terbiasa hidup dalam penyembahan dewa-dewi (seperti Medusa, Diana, Arthemis). Jadi pesta anggur lalu diikuti dengan perzinahan itu biasa. Paulus tahu, orang yang mabuk itu akan kehilangan penguasaan diri dan tidak bisa berpikir jernih karena saraf otaknya dipengaruhi gas dari alcohol. Setan bisa menggunakan minum-minuman untuk merusak orang. Di Indonesia apalagi di kantong-kantong Kristen, juga dirusak oleh minuman.

Di Papua, minuman mereka bukan hanya anggur obat dan bukan hanya sekedar tuak. Mereka sudah minum buatan Australia (luar negeri). Bisnis minuman di sana paling laku dan dilegalkan.   Mereka pegang botol-botol minuman dari luar negeri, bagi mereka  itulah kebanggaan. Supir yang membawa saya selama perjalanan KPIN di Papua bercerita kepada kami bahwa nanti di jalan kalau ada gerombolan pemabuk langsung ditabrak saja. Menurutnya kalau kita tidak menabrak mereka, kita yang akan dirampok bahkan dibunuh. Teman-teman dari supir itu sudah sering menabrak para pemabuk itu, tapi tidak dikejar polisi karena polisi sudah tahu kalau para pemabuk itu memang bisa merampok dan membahayakan. Supir juga mengingatkan kalau nanti lewat sini jam 5 pagi, kita harus jalan pelan-pelan karena bisa ada tangan para pemabuk. Badannya di pasir, tangannya di jalan. Mereka tidak sadar karena mabuk. Gambaran ini seperti di Efesus.

Paulus mengingatkan kita untuk tidak boleh dimabukkan oleh anggur, tapi harus dipenuhi Roh Kudus. Ternyata dalam bagian ini kita belajar bahwa orang yang dipenuhi Roh Kudus itu mempunyai empat hal. Ini berbeda dengan apa yang dikatakan gereja-gereja sekarang bahwa dipenuhi Roh Kudus artinya berbahasa roh.

Apa tanda orang yang dipenuhi Roh Kudus ?

(1) Kualitas Persekutuan atau berelasi dengan Tuhan dengan kata-kata mengandung : mazmur , kidung puji-pujian (hyme), dan nyanyian rohani (ay. 19.a). Ini artinya orang yang dipenuhi Roh Kudus senang beribadah di kepada Tuhan secara ikatan tubuh Kristus. Orang yang tidak mempunyai kerinduan untuk berbakti di hari minggu atau tidak mempunyai kerinduan untuk berbakti secara umum, adalah orang-orang yang justru tidak dipenuhi Roh Kudus. Dalam konteks ini, kalau kita melihat jemaat Efesus, masuk pintu pertama langsung melihat penyembahan pelacur bakti. Di tengah jalan ada penyembahan Medusa. Lalu ada Artemis, juga ada Diana. Jadi kalau ada orang yang mau beribadah di gereja St. Mary, lebih aman dari pintu belakang. Ketika mereka mau beribadah, baru lewat depan pun sudah peperangan iman. Tempat tinggal mereka (jemaat Efesus)

biasanya di bukit-bukit, tapi setiap hari minggu mereka tetap beribadah. Ini mengajarkan kepada kita bahwa jika dipenuhi Roh Kudus, kita tidak akan hitung-hitungan capek. Rumah Maria, ibu Yesus sendiri terletak di atas bukit batu, dengan menempuh perjalanan sekitar 45 menit menggunakan mobil. Sedangkan dulu mereka masih jalan kaki beribadah. Paulus mengingatkan kepada kita, ketika kita mau bertemu dengan Tuhan kita akan menyiapkan Mazmur dan kata-kata yang indah untuk menyatakan kebesaran Tuhan. Pusat ibadah adalah Kristus itu sendiri. Kerinduan mereka untuk bertemu dengan anggota tubuh Kristus untuk memuji dan memuliakan nama Kristus. Tuhan menggarap nilai kerinduan kita. Orang mabuk tidak tahu kapan dia bangun, baru setelah semua kadar alkoholnya hilang dia bisa bangun. Sebaliknya, kalau kita dipenuhi oleh Roh Kudus kita semua punya penguasaan diri. Di sini kita belajar, orang yang dipenuhi Roh Kudus pasti beribadah. Ibrani 9 mengingatkan kita bahwa keberanian kita adalah untuk betemu dengan Tuhan didasari iman, kita tidak boleh menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah. Ibadah berkaitan dengan Roh Kudus, yang jadi pertanyaan mungkin tidak orang beribadah, memuji Tuhan tanpa dipenuhi Roh Kudus? Jawabannya mungkin. Dalam Hosea 4, 5 dan 6 dicatat, banyak orang binasa karena tidak mengenal Tuhan dan tidak beribadah dengan benar. Ini berarti menunjukan bahwa tidak semua orang yang bermazmur, menaikan hymne maupun nyanyian rohani didasari oleh pimpinan Roh Kudus. Dasarnya bisa karena senang bernyanyi. Ada kesaksian dari seseorang di Manado, ketika datang seorang pendeta besar dan pemuda ini melayani sebagai gitaris dalam ibadah tersebut. Namun pendeta ini bilang mereka tidak diurapi sehingga puji-pujian yang dinaikkan tidak mengangkat suasana. Padahal mereka sudah persiapan 3 bulan, akhirnya dia frustasi. Ditengah sedang frustasi dia minum-minuman keras (cap tikus), dan hari kedua KKR itu dia bermain gitar sambil minum cap tikus. Setelah main, pendeta puji-puji dan bilang mereka melayani dengan dipenuhi Roh Kudus. Orang yang nyanyi karena senang, ingin menunjukan dirinya hebat dan wujud aktualisasi diri. Tapi kalau kita dipenuhi Roh Kudus, kita nyanyi untuk menyenangkan diri dan menunjukan aktualisasi Tuhan. Bernyanyi dalam kepenuhan Roh Kudus bisa membuat orang bertobat. Bernyanyi karena kita senang dan menunjukan kita hebat, orang hanya bisa kagum.

(2) Kualitas Dalam Persekutuan Pribadi dengan Tuhan (ay. 19b). LAI mengatakan bagaimana orang bernyanyi dan bersorak dengan segenap hati. Ternyata terjemahan yang lebih tepat adalah bernyanyi dan lebih bersorak dengan melodi hati. Paulus ingin membedakan bahwa orang yang mabuk dipengaruhi musik yang gaduh, sedangkan kita tidak perlu dipengaruhi musik karena di dalam hati kita ada iman dan nyanyian yang diberikan Tuhan. Kata dipenuhi Roh Kudus ini adalah perintah, tapi sifatnya pasif . Artinya kita bisa dipenuhi Roh Kudus jikalau kita terbuka dan Roh Kudus yang aktif bekerja. Semuanya tergantung kedaulatan Roh Kudus, bukan kita yang mengatur. Sekarang nyanyian ibadah dipimpin MC, MC berhenti bernyanyi semua berhenti, berbahasa roh juga berhenti, akhirnya Roh Kudus yang mengatur MC. Orang Kristen bukan saja merindukan ibadah secara umum, jikalau saja mereka dipenuhi Roh Kudus, dia akan senantiasa menikmati persekutuan dengan Tuhan di dalam hati. Orang Kristen sejati kalau dia dipenuhi Roh Kudus, dia tidak akan kalah dengan masalah. Masalah akan dikalahkan karena kita punya kekuatan, kita punya penghiburan sejati dari Roh Kudus. Penghibur sejati itu akan memberikan nyanyian baru bagi kita untuk kita memuji dan memuliakan nama Tuhan. Kita harus senantiasa bisa menikmati Tuhan. Sebelum tidur kita sharing dan kita berdoa, setelah kita bersyukur untuk apa yang Tuhan sudah kerjakan dan kita berdoa untuk apa yang akan Tuhan kerjakan di depan. Dalam hati kita sudah ada syukur maka kita akan tidur dengan tenang. Orang Kristen harus senantiasa punya nyanyian rohani. Inilah yang membedakan, orang yang mabuk itu dikuasai music tapi kita tanpa music pun masih bisa sukacita, karena kita sudah punya musik dalam hati kita. Dimanapun kita bisa memuji Tuhan, tidak perlu disituasikan untuk kita beribadah. Dalam situasi apapun, karena kita punya nyanyian rohani dan nyanyian rohani itu mengandung kidung dan Roh Kudus akan mendorong kita memuji dan memuliakan nama Tuhan. Roh Kudus akan menolong kita untuk menikmati Tuhan secara pribadi.

(3) Mengucap Syukur Senantiasa Dalam Segala

Sesuatu Kepada Tuhan (ay. 20)

Ada tiga bagian penting dalam hal ini. Apa yang harus kita ucapkan syukur, dalam konteks jauh dikatakan kita bisa mengucap syukur untuk (a) Anugerah Tuhan yang sudah kita terima. Dalam Lukas dikatakan Yesus pun mengucap syukur atas keselamatan yang diberikan kepada orang-orang kecil yang namanya tercatat di surga (Luk 10:21). Ini menunjukan kepada kita Yesus pun bisa bergembira di dalam Roh Kudus karena terjadinya keselamatan. Jadi kenapa akhir KKR kita berdoa mengucap syukur? Karena Tuhan sudah bekerja untuk menyelamatkan orang-orang kembali kepada Tuhan. Jadi ucapan syukur kita yang tertinggi adalah jikalau kehidupan kita dipakai Tuhan untuk menyelamatkan orang untuk kembali kepada Tuhan. Kita mengucap syukur untuk gereja ini, jikalau gereja ini boleh dipakai Tuhan untuk memberitakan injil. Ucapan syukur kita bukan karena gedung besar dan fasilitas besar.

Kita juga mengucap syukur untuk (b) Iman yang Tuhan berikan kepada kita melalui firman-Nya (Roma 1:8, Rom 1:21). Orang yang mengucap syukur akan pertumbuhan iman, orang itu diselamatkan. Orang yang mengucap syukur karena buah iman dinyatakan, orang itu diselamatkan. Orang yang di gereja, mengaku mengenal Tuhan, tetapi tidak pernah mengucap syukur, itu menandakan iman mereka tidak ada keselamatan. Kita harus bersyukur kalau Tuhan mengingatkan kita membaca firman. Kita bersyukur bahwa melalui tv, radio maupun buku, iman kita digerakkan makin lama makin dekat dengan Tuhan. Saya berbicara dengan beberapa pendeta, saya diizinkan Tuhan memimpin dua kali seminar. Dalam kesempatan itu saya sampaikan, kebanggaan hamba Tuhan itu dipakai Tuhan untuk mempertumbuhkan iman jemaat bukan menghancurkan imannya. Kenapa saya sampaikan demikian, karena saya mendapat data banyak pendeta disana yang hidupnya tidak menjadi teladan. Mereka harus kita doakan. Kita harus mengucap syukur kalau iman kita boleh bertumbuh dan kita dapat makanan Firman.

(c) Kita mengucap syukur untuk apapun yang sudah Tuhan berikan (Fil 4:6). Dalam Filipi dikatakan kamu kalau sudah meminta, sudah dapat atau tidak dapat tetap mengucap syukur. Orang Kristen mengucap syukur untuk keberadaan kita. Kita tidak boleh mengeluh sebagai orang Indonesia. Sebaliknya setelah kita bekerja dengan keras, berjuang dengan keras dan kita dipimpin sampai saat ini, kita bisa mengatakan Eben Haezer (sampai disini Tuhan memimpin kita).

(4) Tanda terakhir hidup kita sungguh-sungguh dipenuhi Roh Kudus, kita rendah hati di dalam takut akan Kristus (ay. 21, band Luk 18:11).

Ada orang yang kelihatannya rendah hati, sebenarnya dia justru sedang menyombongkan diri. Dia sedang berdoa tapi justru menunjukan hebatnya, dia bukan pembunuh, penzinah, bukan pemungut cukai, dia memberi perpuluhan, tapi ketika pulang orang ini menjadi orang yang sesungguhnya direndahkan. Pemungut cukai berdoa dengan hati yang hancur, tapi pulang sebagai orang yang ditinggikan. Ini mengajarkan kepada kita, bahwa orang yang dipenuhi Roh Kudus, dirinya mati untuk mempunyai potensi congkak / sombong.

Firman Tuhan berkata : “Allah menentang orang yang congkak tetapi mengasihi orang yang rendah hati” (Yak 4:6, 1 Pet 5:5). Yakobus menekankan pentingnya tanda bahwa kita mengasihi Tuhan adalah kerendahan hati. 1 Petrus 5 mengajarkan bahwa kita sebagai yang muda harus menghormati yang tua dan memiliki aspek kerendahan hati.

Kesimpulan dari keempat ciri tersebut adalah : Kerohanian yang hidup adalah seperti naskah khotbah yang berkuasa menjelaskan dengan benar antara apa yang kita percayai dengan kehidupan sehari-hari (2 Korintus 3:3). Bersyukur bahwa ternyata kerohanian kita itu seperti naskah khotbah. Disinilah kita harus bisa menyatakan bahwa jika kita sungguh-sungguh dipenuhi Roh Kudus, hidup kita akan semakin serupa dengan Tuhan Yesus.

CARA PANDANG KRISTEN MELIHAT SAKIT PENYAKIT DAN RESPONSNYA YANG BENAR Pdt. Tumpal Hutahaean

CARA PANDANG KRISTEN MELIHAT SAKIT PENYAKIT

DAN RESPONSNYA YANG BENAR

(Pdt. Tumpal Hutahaean – 20 Maret 2020)

PENDAHULUAN

Covid 19 menjadi tema utama yang menguasai semua media sosial di dunia. Bahkan Covid 19 ini telah merubah perilaku manusia dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan benda, manusia dengan politik, bahkan manusia dengan uang dan waktu. Apakah dengan adanya Covid 19 ini, ada perubahan sikap manusia terhadap Tuhan juga? Jawabannya: pasti ada. Perubahan yang positif, manusia semakin sadar akan dirinya hanya sebagai manusia biasa yang bisa mati setiap saat dan membuatnya semakin mau dekat dengan Tuhan sebagai Pencipta dan Penebusnya secara pribadi. Perubahan negatifnya, manusia semakin mundur imannya karena merasiokan semua kekhawatirannya dan ketakutannya dalam menghadapi Covid 19 ini tanpa iman dan ketaatan dan akibatnya ia melindungi diri secara berlebihan/paranoid (affective disorder) dan tidak melakukan ketaatannya terhadap Tuhan.

Jika ada pertanyaan kepada kita dalam konteks sekarang ini, maka pertanyaannya pasti berkenaan dengan merebaknya Covid 19. Manakah yang lebih penting: kesehatan secara rohani atau kesehatan secara jasmani? Bisakah keduanya dimiliki oleh orang Kristen dalam menyikapi Covid 19 ini? Bagi kita sebagai anak-anak Tuhan, kesehatan secara rohani pasti lebih penting daripada kesehatan secara lahiriah saja (baca 2 Korintus 12:7-10). Dalam konteks ini Rasul Paulus tetap kuat dan setia dalam melayani Tuhan walaupun tubuhnya ada sakit penyakit. Dan tidak ada alasan bagi Rasul Paulus untuk mundur dalam melayani Tuhan karena sakit. Hal yang menarik adalah Rasul Paulus menyadari semua penyakit itu adalah kehendak Allah supaya hidupnya menyaksikan kekuatan Tuhan yang melampaui dirinya sendiri.

Bagaimana dengan orang Kristen yang menyatakan bahwa kesehatan lahiriah itu penting karena kebahagiaan hidup ditemukan di dalam tubuh yang sehat? Artinya mereka mengatakan bahwa tubuh yang sehat adalah kunci kebahagiaan. Oleh karena itu mereka menolak mengadakan pertemuan dengan siapapun dan melakukan isolasi diri. Apakah ini artinya orang ini menjaga kesehatan hanya untuk menunjukkan tanggung jawab untuk mengasihi dirinya sendiri? Di mana kasihnya terhadap Tuhan? Bukankah Tuhan memberikan kepada kita tubuh yang sehat agar kita semakin efektif dalam melayani Tuhan (baca Filipi 2:30)?

Kiranya melalui PA khusus ini kita semakin memahami apa kata Alkitab tentang sakit penyakit dan bagaimana seharusnya sikap kita secara iman dalam merespons Covid 19 ini dengan benar dan bijaksana di dalam Tuhan.

PEMBAHASAN

DARI MANA ASAL MUASAL SAKIT PENYAKIT? (baca Kejadian 3:16 & Roma 5:12)

Pada mulanya manusia diciptakan oleh Allah baik adanya dan sempurna (Kejadian 1:26-28). Tetapi rancangan Tuhan berubah ketika Adam dan Hawa jatuh dalam dosa (Kejadian 3). Sebagai konsekuensinya Hawa merasakan sakit pada saat melahirkan (Kejadian 3:16). Dan dosa mengakibatkan Adam dan Hawa bisa mengalami kematian dan kematian ini masuk ke dunia sebagai akibat dari keberdosaan manusia (Roma 5:12). Jadi, jelaslah bahwa sakit penyakit adalah salah satu konsekuensi akibat manusia jatuh ke dalam dosa.

Apakah rasa sakit selalu bernilai negatif? Dari sisi yang lain, rasa sakit bernilai baik untuk manusia setelah jatuh dalam dosa. Bisa dibayangkan jika anak-anak kita tidak mengerti bahwa menyakiti teman dengan cara memukul tubuhnya adalah suatu kesalahan. Ketika anak kita terjatuh, ada rasa sakit, terkena api sakit, mendapatkan hukuman dari orang tuanya ia juga merasakan sakit. Semua ini baik supaya anak dapat mengerti konsep yang benar dan tidak sembarangan berbuat jahat terhadap orang lain serta mereka sadar bahwa dalam setiap kesalahan mereka bisa mendapatkan konsekuensi dari Allah.

Di sisi yang lain, jika anggota tubuh kita tidak merasa sakit maka ini justru lebih berbahaya karena jenis penyakit ini lebih menakutkan seperti kusta.

Jadi rasa sakit menyadarkan kita bahwa kita harus punya penguasaan diri dalam segala hal (Amsal 23:10) dan rasa sakit mendorong kita untuk berdoa kepada Tuhan untuk meminta pemulihan. Rasa sakit mengajarkan kita agar memiliki kerendahan hati untuk berobat ke dokter ketika kita sakit.

APA HUBUNGAN ANTARA IMAN DAN SAKIT PENYAKIT?

Allah bisa mengizinkan sakit penyakit menghinggapi tubuh anak-anak-Nya, seperti Rasul Paulus (2 Korintus 12:7-10). Ketika Allah mengizinkan penyakit ada di dalam tubuh kita, imanlah yang menyadarkan kita bahwa sakit penyakit itu adalah berkat tersembunyi untuk melatih iman dan ketekunan kita sebagai pengikut Kristus. Ini membuat kita bisa bersyukur dan berbahagia seperti apa kata Yakobus “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan” (Yakobus 1:2-3).

Dalam menghadapi keragaman setiap sakit penyakit, kita tidak bisa menggeneralisasi semua sumbernya pasti sama dan akibatnya juga sama. Alkitab memberikan kepada kita keragaman untuk mengenal sumber penyakit dengan tujuan berbeda-beda, sesuai dengan konteksnya. Yang menjadi pertanyaan kita, bagaimana kita dapat membedakan sumber-sumber penyakit dan mengapa Allah izinkan semuanya itu?

  1. Penyakit yang datangnya dari Tuhan untuk melatih iman dan mental anak-anak Tuhan (Ibrani 12:6-12).
  2. Penyakit yang dizinkan Tuhan supaya nama Tuhan dipermuliakan melaluinya (Yohanes 9:3).
  3. Penyakit normal karena kelemahan fisik (1 Timotius 5:23; Matius 12:15 14:14, 19:2) dan akibat umur (Mazmur 90:10).
  4. Penyakit akibat dosa atau hukuman dari Tuhan seperti Gehazi ( 2 Raja-Raja 5), raja Uzia (2 Tawarikh 26:16-22), Nebukadnezar (Daniel 4).
  5. Penyakit akibat perilaku yang salah dari diri kita sendiri (bandingkan Efesus 6:3).
  6. Penyakit karena Iblis (2 Korintus 12:7-10, Ayub, Lukas 9:37-43; 13:10-16)


APAKAH SETIAP ORANG KRISTEN PASTI SEHAT ?

Hidup sehat adalah anugerah dan jika kita diizinkan Tuhan mengalami sakit yang bukan karena dosa, maka itupun adalah anugerah. Jika kita diberikan oleh Tuhan kesehatan secara rohani dan kesehatan secara lahiriah, maka itupun adalah anugerah agar kita semakin efektif dalam melayani Tuhan. Iman kita kepada Tuhan tidak terlepas dari “Kasih” kita terhadap Tuhan. Artinya, iman kita akan berelasi dengan seluruh aspek kehidupan kita, baik pada waktu sehat maupun sakit, baik pada waktu lancar atau tidak lancar, baik pada waktu kaya atau miskin, dan lain sebagainya.

Jika kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, maka kita akan selalu terdorong untuk memahami kehendak Tuhan atas kehidupan kita secara menyeluruh, termasuk ketika Allah mengizinkan kita sakit (2 Korintus 12:7-10). Penyakit, kesehatan, kesuksesan, dan kegagalan bisa dipakai oleh Tuhan untuk mematangkan iman kita (Ibrani 12:6) dan menguji iman kita. Jika ada anak Tuhan yang ketika tubuhnya semakin sehat malah semakin mengasihi dirinya sendiri dan malah semakin melayani dirinya sendiri, bahkan melebihi kasihnya kepada Tuhan dan sesama manusia, maka orang Kristen seperti ini dapat dikatakan sedang mengalami sakit rohani dan sedang memberhalakan dirinya sendiri dalam kesombongan. Kasih kepada diri sendiri yang berlebihan merupakan upaya manusia untuk melayani dirinya sendiri dan untuk meraih tubuh yang sehat tanpa mengejar kesehatan rohani merupakan perjuangan yang semu (bandingkan 1 Tim 4:8). Hal ini bukan berarti kita tidak boleh berolah raga, justru kita wajib menjaga keseimbangan hidup dengan komprehensif dan salah salah satunya dengan olah raga dan tidak makan sembarangan dan istirahat yang cukup dan melakukan olah raga rohani melebihi olah raga secara fisik.

 Jika hidup kita hanya memperhatikan kesehatan lahiriah saja atau melakukan olah raga jasmani saja dan melupakan pentingnya olah raga rohani. Orang seperti ini jika diberikan sakit penyakit, maka sudah pasti imannya tidak hidup atau bercahaya di kala sulit atau sakit. Kita boleh memerhatikan kesehatan tubuh kita, dengan tujuan agar kita semakin dipakai Tuhan dan semakin mau memuliakan Tuhan karena tubuh kita adalah bait Roh Kudus (1 Kor 6:19-20).

Saya percaya sakit penyakit jika diizinkan Tuhan maka dapat memberikan kesempatan kepada seseorang untuk mengalami kasih karunia Allah yang spesial. Rasul Paulus berkata “Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ‘Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.’ Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku” (2 Korintus 12:9). Rasul Paulus sedang membahas tentang “duri dalam daging” yang mengganggunya. Rasul Paulus menyatakan bahwa kasih karunia Allah telah dianugerahkan kepadanya. Itu memungkinkan dia untuk bertahan menghadapi sakit penyakit itu. Jadi kita percaya Allah akan menganugerahkan kasih karunia kepada anak-anak-Nya agar dapat menanggung sakit penyakit tertentu, entah itu kanker, pneumonia, stroke, Covid 19, dan lain sebagainya. Kita tidak percaya dengan ajaran teologi sukses yang menyatakan bahwa anak- anak Tuhan bebas dari sakit penyakit, penderitaan, kesulitan hidup dan kemiskinan. Ajaran seperti ini tidak berdasarkan Alkitab tetapi berdasarkan ajaran positive thinking, new age movement, materialisme, dan hedonisme.


BERKAT APA YANG TERSEMBUNYI UNTUK ORANG KRISTEN JIKA DIIZINKAN TUHAN MENGALAMI SAKIT PENYAKIT & RESPON KITA MENGHADAPI COVID 19 ?

  1. Semakin belajar mengandalkan kuasa Tuhan – pembentukan karakter rohani (2 Korintus 12:7-10).
  2. Melatih kita untuk semakin taat terhadap perintah Tuhan dan semakin berkomitmen untuk menghidupi Firman-Nya (Mazmur 119:71).
  3. Melatih menjadi anak-anak Tuhan yang kuat iman dan mentalnya (Ibrani 12:6-12).
  4. Membersihkan kita dari kejahatan atau keberdosaan yang terlihat & yang tidak terlihat (Amsal 20:30).
  5. Menjadi berkat bagi orang lain atau untuk melayani orang lain dalam situasi yang sama (2 Korintus 1:3-4).

Walaupun kita percaya dengan apa yang dikatakan Rasul Paulus “baik hidup atau mati adalah milik Tuhan” (Roma 14:8) dan “hidup adalah bagi Kristus dan mati adalah keuntungan” (Filipi 1:20-21), ini bukan berarti kita menanggapi ancaman dan kematian akibat Covid 19 dengan sikap yang tidak serius. Kita bukan bersikap tidak peduli dengan tindakan pemerintah dalam mengatasi perang terhadap Covid 19 ini. Dan sebaliknya kita juga tidak boleh paranoid, khawatir berlebihan, dan ketakutan berlebihan sampai kita takut sakit, takut mati, dan menganggap kematian karena Covid 19 ini adalah malapetaka atau aib. Jangan sampai pada akhirnya kita menyikapi ancaman Covid 19 ini dengan tidak beriman di dalam Tuhan dan tidak menjalankan ketaatan kita di saat-saat sulit ini untuk menjadi Garam dan Terang dunia.

Jadi bagaimana sikap kita yang benar dan bijaksana dalam menghadapi Covid 19 ini?

  1. Menjaga kestabilan iman seperti Rasul Paulus (Roma 14:8; Filipi 1:20-21). Ini berarti kita harus melihat hidup, penderitaan, dan kematian dengan fokusnya pada “Kristus dan keuntungan” dan bukan pada hidup kita sendiri. Jadi jika Allah mengizinkan kita meninggal, maka kita percaya bahwa kematian adalah pintu kebahagiaan untuk bertemu Tuhan di surga dan kita terlepas dari penderitaan, sakit, dan beban hidup di dunia.
  2. Memiliki keberanian yang suci dan kesetiaan seperti Luther (1483-1546) dalam menghadapi “black death” yang pada saat itu membunuh jutaan orang akibat pes. Luther tetap mengutamakan iman dan ketaatannya pada Tuhan (Christ alone), walaupun ia mau dibunuh oleh pemerintah Jerman pada saat itu. Dalam konteks pada saat itu salah seorang putrinya Luther meninggal akibat penyakit pes. Luther mengalami kesedihan, gejolak kemarahan, dan lain sebagainya. Namun pada akhirnya Luther tetap percaya pada kedaulatan Tuhan dan pemeliharaan Tuhan, dan ia tetap setia melayani Tuhan.
  3. Jangan mengganggap bahwa penderitaan dan kematian karena Covid 19 ini begitu menakutkan dan sepertinya sudah sangat dekat di depan kita atau keluarga kita. Akibatnya kita mengalami “affective disorder” yaitu respon emosi dan sikap yang berlebihan dan seperti tidak masuk akal lagi. Sikap yang seperti ini, justru yang membunuh daya tahan tubuh manusia dalam menghadapi Covid 19 ini (baca Yoh 11:25-26 & Ams 17:22).

Berdadasarkan data per tanggal 19 Maret 2020, data kematian akibat Covid 19 di Indonesia adalah 8%, dengan rincian 309 positif dan 25 orang meninggal, sedangkan di dunia berdasarkan data WHO, meninggal akibat Covid 19 adalah 4%, dengan rincian 209.839 orang positif dan 8.778 orang meninggal.

  1. Semua kebijakan Pemerintah dalam perang menghadapi Covid 19 ini harus kita taati. Bahkan kalau perlu kita dukung dan siap menjadi bagian dari tim Pemerintah dalam berperang menghadapi Covid 19 ini (Rom 13).
  2. Memiliki kepedulian iman dan kasih untuk setiap anak-anak Tuhan yang mengalami kelemahan iman, bahkan kemunduran iman karena Covid 19 ini (Gal 6:1). Sebagai anggota tubuh Kristus, kita semua terpanggil untuk saling menguatkan dan bergandengan tangan dalam menghadapi Covid 19 ini dengan sikap sebagai pemenang bagi Allah.

AKHIR KATA

Tuhan Yesus telah mati menggantikan kita untuk membayar dosa-dosa kita. Seperti yang dikatakan Rasul Petrus “Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh” (1 Petrus 3:18). Melalui iman-percaya dalam Yesus Kristus, Allah memberikan hidup kekal kepada setiap orang percaya, termasuk semua berkat di dalamnya. AMIN

Salah satu berkat itu adalah: “Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu” (Wahyu 21:4).

SOLI DEO GLORIA

Keunikan Kepemimpinan Kristus

Pdt. Tumpal H. Hutahaean

Tidak mudah mencari buku leadership yang ditulis oleh teolog reformed. Yang cukup mewakili adalah buku John Stott berjudul Basic Christian leadership. Buku itu mengarahkan bagaimana model kepemimpinan di gereja dan bagaiamana pelayanan rohani. Apa itu kepemimpinan? Dan apakah setiap kita mempunyai bakat menjadi pemimpin? Dari mana sumber bakat seorang pemimpin? Apakah menjadi pemimpin berarti tidak mau kalah dan orang yang dipimpin adalah orang yang selalu mengalah?

Apa substansi pemimpin?

Kepemimpinan tentang bagaimana visi kita mempengaruhi orang lain untuk bergerak mencapai tujuan yang sama. Contoh Nehemia yang mempunyai visi yang mempengaruhi orang lain untuk bergerak bersama. Kalau kita menyampaikan visi tapi orang lain tidak terpengaruh berarti kita tidak mempunyai bakat pemimpin. Kepemimpinan rohani berbeda dengan kepemimpinan dunia. Kepemimpinan rohani itu non-profit, sedangkan kepemimpinan dunia itu profit. Orang kristen seharusnya menjalankan kepemimpinan rohani dalam kehidupan sehari-hari di dunia. Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk “carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33). Dalam hal ini, profit ada namun bukan hal utama. Ketika mengikut Kristus maka kita menjadi cerdas dalam menjalani hidup. Orang kristen didorong untuk mendapatkan profit namun tidak mengutamakan profit. Keuntungan usaha atau kerja kita harus dikembalikan untuk kemuliaan Tuhan dan perkembangan pekerjaan Tuhan.

Kita perlu memikirkan dan menjalankan panggilan kita sebagai pemimpin. Setiap orang kristen dipanggil menjadi pemimpin minimal pemimpin diri sendiri, keluarga, dan ruang lingkup yang lebih luas lagi. Apakah pemimpin yang berhasil berarti dalam jangka waktu yang lama? Tidak. Pemimpin berhasil bukan tentang kuantitas berlama menjadi pemimpin tapi kualitas yang memengaruhi banyak orang. Banyak orang tergila-gila ikut seminar Jack Ma tapi tidak mau ikut seminar kristen. Jika kita mengikuti seminar kepemimpinan dengar membayar harga begitu mahal tapi pengaruhnya tidak terkait dengan ajaran kebenaran Tuhan Yesus Kristus maka itu suatu kebodohan. Banyak orang mau popular dengan pendekatan fenomenal tapi tidak sadar dipakai setan.

Darimana seseorang mempunyai bakat pemimpin: dilahirkan, dididik, atau kondisi lingkungan? Ketiganya merupakan faktor yang menumbuhkan bakat kepemimpinan seseorang. Ada pemimpin yang “instan” namun banyak yang melewati proses waktu relatif panjang.

I. Supremasi kepemimpinan Tuhan Yesus

Supremasi kepemimpinan Tuhan Yesus tidak dapat dibandingkan dengan pemimpin agama mana pun.

  1. Yesus adalah pemimpinan utama dalam alkitab. Ia adalah pusat dan standar kepemimpinan. Pusat kekristenan adalah Kristus. Saat Kristus hadir ke dunia, Ia berfokus pada tubuh Kristus (umat-Nya). Kekristenan tanpa Kristus akan kehilangan identitas sejatinya.
  2. Tidak pemimpin dunia ini yang dapat menandingi kepemimpinan Yesus. Sebelum Tuhan Yesus hadir ke dunia, sudah ada nubuatan 4 zaman sebelumnya. Ini menyatakan bahwa kehadiran Yesus menjadi standar kepemimpinan yang benar. Ia adalah Raja di atas segala raja namun Ia mengosongkan diri-Nya sampai titik terendah. Tuhan dalam kedaulatan-Nya menetapkan Kristus lahir dalam keluarga sederhana yaitu Yunus dan Maria di tempat yang hina yaitu kandang binatang. Sedangkan kita seringkali ingin dilahirkan atau melahirkan di tempat-tempat yang terhormat atau di kota-kota yang terkenal. Karya Tuhan Yesus selama di dunia yaitu 3 tahun dapat sangat besar memengaruhi dunia. Ada perkiraan bahwa kekristenan di Asia akan semakin berkembang dan Cina kemungkinan besar akan menjadi yang besar umat Kristennya. Hanya Tuhan Yesus yang dapat menyatakan kapan mati dan bangkit. Tidak ada pemimpin yang melalui kematian dapat mengubah dunia kecuali Kristus. Tidak ada pemimpin lain yang melalui kematian memberikan pengharapan baru bagi dunia kecuali Tuhan Yesus. Melalui kebangkitan-Nya, banyak orang terpana. Melalui kenaikan-Nya, Ia adalah pemimpin dari kekal kembali lagi ke kekal sampai Ia datang kembali Hakim di atas sebagai hakim. Saksi Yehuwa seringkali menekankan tentang kedatangan Tuhan Yesus namun bersifat spekulasi yang seringkali salah dan hal ini tidak alkitabiah.
  3. Yesus memimpin berdasarkan pengajaran dan keteladanan. Inilah keunikan kepemimpinan Tuhan Yesus. Pengajaran-Nya mengubah kita dan mengalami pembaruan sejati dari hidup dalam dosa menjadi hidup dalam Kristus. Pusat dari pengajaran Firman Tuhan yaitu righteousness (dikayosune) atau Logos (Yohanes 1). Yohanes 8:31-32 menyatakan: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Ini menunjukkan bahwa pengajaran Tuhan Yesus bukan hikmat manusia. Pengajaran Tuhan Yesus membebaskan kita dari dosa dan membawa kita masuk dalam proses pengudusan. Masalah terbesar dalam hidup manusia adalah dosa. Melalui pengajaran Tuhan Yesus dapat menguduskan kita yang berdosa. Tuhan Yesus yang kekal inkarnasi ke dunia untuk membawa kita yang percaya kepada-Nya memperoleh hidup kekal. Tuhan Yesus sepenuhnya manusia (human being) sekaligus sepenuhnya Allah (divine being). Dengan demikian Tuhan Yesus dapat mengalami penderitaan hanya tidak berdosa (Ibrani 4:15). Selain itu, Tuhan Yesus menghidupi pengajaran-Nya. Inilah supremasi Kristus. Tuhan Yesus tidak pernah gagal dalam menghidupi pengajaran-Nya. Demikian pula kita seharusnya meneladani Kristus dengan menjalankan kebenaran yang dinyatakan kepada kita.  Ia juga menggenapi semua nubuatan tentang diri-Nya. Dalam kehidupan kita, apa yang kita inginkan seringkali tidak sesuai keinginan Tuhan. Tuhan Yesus menjalankan pengajaran-Nya yang penuh kuasa dengan keteladanan hidup. Dia melampaui pengajaran dan keteladanan dari orang Farisi dan ahli Taurat. Supremasi Kristus bukan secara fenomenal mukjizat melainkan pengajaran akan kebenaran.

II. Model kepemimpinan Tuhan Yesus

1. Visi: Kerajaan Allah yaitu menggenapkan keselamatan umat pilihan-Nya.

Berita keselamatan diberikan kepada semua orang dan Tuhan menginginkan semua orang diselamatkan yaitu umat pilihan-Nya. Kita tidak tahu berapa jumlah umat Tuhan tapi kemungkinan besar lebih banyak yang tidak diselamatkan. Fakta dunia berdosa menyatakan bahwa lebih banyak orang berdosa daripada orang yang mengasihi Kristus. Tuhan Yesus memiliki visi Kerajaan Allah tapi tidak memiliki tentara atau wujud kerajaan secara lahiriah. Dalam “12 rasul” tidak ada organisasi yang jelas. Jadi kepemimpinan Tuhan Yesus tidak memiliki sistem yang menggunakan standar dunia. Tuhan Yesus tidak mau organisasi dan administrasi mengikat visi-Nya. Dalam hal ini yang paling penting adalah visi Kerajaan Allah. Model kepemimpinan Kristus menerapkan visi bukan menjanjikan organisasi dan bukan menjanjikan sarana dan pra-sarana. Ini yang susah diterapkan. Namun jelas inilah yang paling penting bukan hanya dalam hal mengikut Kristus tapi juga dalam pendidikan, pekerjaan dan lainnya. Kita harus mengerti visi dan menerapkan visi. Ketika kita berada dalam suatu perusahaan yang paling penting mengerti dan menerapkan visi dari perusahan yang bersangkutan.

2. Misi: Membangun Kerajaan Allah.

Tuhan Yesus memanggil murid-murid-Nya ikut Tuhan Yesus dari titik nol. Tuhan Yesus tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalanya (Matius 8:20). Ia ketika membayar pajak ada “usaha” yang dicatat dalam Matius 17:27. Yang menjadi pengikut Kristus itu dipanggil oleh Tuhan Yesus. Bagaimana dengan Yudas? Yudas memang dipanggil walaupun tidak dipilih. Yudas dijadikan bendahara tapi seringkali mengambil uang. Tuhan Yesus adalah pemimpin yang luar biasa karena Ia fokus pada misinya termasuk dalam hal Yudas. Dalam kedaulatan-Nya, Ia membiarkan Yudas masuk dalam 12 murid untuk membangun Kerajaan Allah. Kalau bukan umat pilihan, pasti tidak ada yang mau ikut Kristus. Misalnya kita diterima kerja di perusahan yang tidak memberikan fasilitas yang tidak memadai, umumnya kita tidak mau. Dalam hal ini Yesus tidak menggunakan daya tarik duniawi melainkan daya tarik surgawi yaitu diri-Nya.

3. Manajemen kepemimpinan sebagai hamba atau pelayan

Tuhan Yesus membangun kepemimpinan-Nya tidak menggunakan manajemen duniawi. Dia Raja di atas segala raja namun menjalankan manajemen sebagai hamba atau pelayan. Bukan berarti Yesus menjadi pelayan dari murid-murid. Yesus sebagai pelayan berarti Dia berorientasi pada jiwa-jiwa. Tuhan Yesus tetap mengajarkan kepada murid-murid untuk berorientasi kepada jiwa-jiwa. Hal ini paling jelas diajarkan ketika Tuhan Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya (Yohanes 13:1-20). Inilah warisan keteladanan kepemimpinan Tuhan Yesus kepada murid-murid. Kaki merupakan bagian tubuh yang kotor dan setiap kali memasuki rumah harus dicuci. Biasanya yang mencuci adalah orang yang bersangkutan atau budak. Namun Tuhan Yesus mau mencuci kaki murid-murid-Nya. Ia mengajarkan kerendahan hati kepada murid-murid-Nya. Ia mengajarkan agar murid-murid bukan dilayani melainkan melayani.

4. Gaya kepemimpinan yang berkorban

Gaya kepemimpinan Yesus adalah pribadi yang rela berkorban. Selain itu, Ia lebih mengutamakan kesetiaan diri-Nya dan diikuti kesetiaan murid-murid-Nya. Ia juga menekankan suatu waktu kairos. Ini yang tidak ada di dunia. Yesus memberikan kepuasan yang bersifat kairos. Bukan uang, harta, atau kenikmatan dunia melainkan momentum kerajaan Allah melalui pengajaran dan mukjizat untuk menemukan arti hidup dan kemuliaan Allah. Ia selalu menciptakan momentum-momentum yang mengandung kairos sehingga yang dipimpin melihat Dia sebagai Tuhan. Ini yang seharusnya kita teladani. Kita seringkali tidak membawa orang lain melihat kemuliaan Tuhan melainkan kemuliaan diri kita. Inilah konsistensi kekekalan. Setiap waktu hidup Tuhan Yesus mengandung waktu kairos sehingga orang lain dapat melihat kemuliaan Tuhan.

III. Karakter kepemimpinan Tuhan Yesus

1. Yesus mencerminkan kepemimpinan yang tidak ambisius

Lukas 14:5-7, 25-26, 33. Ayat 25-26 disebut sebagai gaya bahasa hiperbol (dilebih-lebihkan). Intinya adalah ayat 27 dan 33 bahwa orang yang ikut Tuhan Yesus seharusnya tidak lagi terikat dengan hal-hal duniawi yang menghalangi kita untuk mengikuti Kristus. Bukan berarti kita meninggalkan keluarga kita melainkan kita mengutamakan Kristus di atas segala sesuatu termasuk keluarga. Demikian pula ketika Tuhan Yesus mengatakan “Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka” (Matius 8:22). Ini berarti jika ingin mengikut Yesus jangan tunda sekalipun dengan alasan keluarga. Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita bahwa seorang pemimpin bukan menarik orang dengan janji-janji palsu yang menarik. Pendekatan kepemimpinan Kristus seperti menjadi domba. Domba adalah binatang yang tidak ambisius. Dalam kelompok domba tidak ada yang menjadi “penguasa”. Sedangkan dalam kelompok singa selalu ada satu penguasanya. Singa disebut juga sebagai raja hutan. Singa mempunyai dorongan untuk menguasai wilayah dan kelompok tertentu. Demikian pula monyet yang menyatakan penguasaan atas wilayahnya. Domba adalah binatang yang lemah dan penurut sedangkan kambing melawan. Tuhan Yesus menggambarkan diri-Nya sebagai domba yang menyatakan bahwa Ia tidak ambius namun sumber kuasa sejati. Tuhan Yesus bukan pemimpin yang ambisius tapi ia menggenapkan ambisi paling suci yaitu membawa orang berdosa untuk diselamatkan. Ketika Ia menuntut semua pengikut-Nya untuk mengutamakan Tuhan, ini merupakan wujud ketaatan. Ketika kita taat pada suatu perusahaan tapi karena uang maka jiwa kita akan rusak. Di sini kita belajar agar pengikut Kristus lebih mengutamakan Tuhan Yesus lebih daripada apa pun.

a. Yesus sebagai Allah rela menjadi manusia

Ia mengosongkan diri dan mengambil rupa sama dengan manusia (Filipi 2:7). Sekarang ini banyak pemimpin yang sengaja menjadi karyawan untuk mengamati kerja karyawannya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan perusahaannya dan karyawannya. Hal ini pertama kali dijalankan oleh Tuhan Yesus. Ia menjadi manusia supaya menghayati pergumulan manusia. Ibrani 4:15 menyatakan “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah Imam Besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.” Ini merupakan wujud kerendahan hati-Nya. Ia adalah Raja namun datang bukan langsung mau disembah melainkan mengosongkan diri-Nya. Ini adalah gaya kepemimpinan yang membangun dari bawah ke atas. Karena itulah para pemimpin yang tidak pernah mengawali sebagai karyawan seringkali arogan.

b. Mendapatkan kemuliaan namun rela disiksa dan menderita.

Salah satu yang harus kita lakukan adalah meninggalkan zona nyaman. Untuk meninggalkan zona nyaman, kita harus membatasi diri. Orang-orang Amerika dan Eropa seringkali jalan kaki di tempat umum untuk bepergian rata-rata sejauh 3-4 km. Sedangkan di Cina, transportasi terhubung dengan mall sehingga orang-orang sedikit jalan karena telah disediakan fasilitas yang terhubung. Jepang hampir mirip dengan Eropa dan Amerika tidak terlalu “memanjakan” orang-orang yang bepergian. Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita bahwa pemimpin yang baik itu memberi contoh dari bawah ke atas bukan menyombongkan statusnya. Bahkan Tuhan Yesus rela “diperintah” oleh para pemimpin Romawi dan pemimpin agama. Karya Kristus yang tidak dapat ditandingi oleh pemimpin agama mana pun yaitu kematian dan kebangkitan-Nya.

2. Yesus membangun Kerajaan-Nya dari bawah ke atas

Yesus inkarnasi dari atas ke bawah namun membangun kerajaan-Nya dari bawah ke atas. Dalam hal ini Tuhan Yesus menekankan proses. Pada umumnya manusia ingin cepat atau instan dalam segala hal. Ada orang yang beli saham karena ingin cepat kaya. Siapa pun yang mau instan naik seringkali jatuhnya juga instan.

3. Yesus tidak memakai cara otoriter

Tuhan Yesus tidak mau kuasa-Nya murahan dan dipromosikan berdasarkan mukjizat-Nya. Orang-orang tertarik kepada Tuhan Yesus karena pengajaran-Nya. Seringkali ketika Ia berpesan kepada orang-orang “jangan beritahukan siapapun” atas mukjizat-Nya (Matius 8:4; Matius 16:20; Markus 8:30; Lukas 9:21). Ia tidak mau kuasa-Nya menjadi murahan. Tapi ada gereja-gereja tertentu lebih menonjolkan daya tarik mukjizat untuk menarik banyak orang. Tuhan Yesus dalam menggenapkan Kerajaan Allah melalui pengajaran dan karya kematian dan kebangkitan-Nya. Ia tidak mau dilihat sebagai pahlawan. Mengapa film superhero laku? Karena kita semua haus jiwa kepahlawanan. Zaman sekarang krisis kepahlawanan di rumah dan di mana pun. Dalam 1 Raja-raja 3:9, Salomo minta hikmat untuk memimpin umat Israel dan menyatakan keadilan. Ia minta hikmat untuk menyelesaikan perkara-perkara setiap orang untuk menyatakan keadilan. 2 Korintus 4:7, “Tetapi harta ini kami punyaidalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu bearsal dari Allah, bukan dari diri kami.” Harta yang paling penting bukan dari apa yang kelihatan tapi yang tidak kelihatan yang berasal dari Tuhan. Inilah harta rohani yang harus kita kejar. Seluruh harta duniawi itu fana tapi harta surgawi itu kekal. Setiap kita harus sadar bahwa kepemimpinan bukan dengan ancaman atau janji yang menarik melainkan hikmat dan kuasa dari Tuhan untuk memampukan kita menjadi pemimpin. Bagi Paulus, harta yang paling penting adalah mengandalkan Tuhan. Inilah peran iman dalam hidup orang percaya.

4. Gaya kepemimpinan Yesus itu mengasihi bukan mendominasi

Tuhan Yesus mengikat murid-murid-Nya dengan Dia melalui kasih. Ia menyatakan kasih dan pengorbanan-Nya bagi pengikut-Nya. Ia tidak mendominasi dan menguasai sehingga murid-murid-Nya ikut Dia seperti mengikuti superhero. Ia berkorban bukan untuk mengorbankan orang lain. Puncak kasih-Nya dengan mati di kayu salib untuk menyelamatkan manusia berdosa yang percaya kepada-Nya. Gaya kepemimpinan-Nya adalah mengorbankan diri bagi orang lain. Inilah yang harus kita teladani. Seringkali kita yang ingin naik jabatan malahan mengorbankan orang lain. Jangan kita menjadi pemimpin berdasarkan kehebatan atau pengalaman kita. Hal ini akan mengakibatkan proses regenerasi kepemimpinan yang tidak sehat. Ketika ada bawahan yang lebih hebat dan banyak pengalaman maka kita akan dilupakan bahkan dibuang. Kejahatan dalam manajemen duniawi adalah pemimpin yang baru melupakan pemimpin yang lama. Perusahaan yang sudah berhasil tidak dipandang sebagai sumbangsih dari pemimpin yang lama melainkan sebagai pencapaian dari pemimpin yang baru. Tapi ada yang tidak bisa dilupakan yaitu jejak kaki pengorbanan pemimpin yang rela berkorban. Inilah konsistensi kekekalan. Ini yang menjadi prinsip kepemimpinan Tuhan Yesus yaitu rela berkorban.

1 Petrus 5:2-4 menyatakan Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu. Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.” (1.38)

Kekuatan orang kristen sejati adalah dari Tuhan Allah. Pada saat kita bekerja itu adalah peperangan rohani. Kita tidak boleh menjilat atau memakai intrik dunia. Kita harus minta hikmat dan kuasa dari Tuhan. Ketika kita hidup bersaksi dan menjadi pemimpin yang berkenan kepada Tuhan maka kita akan memperoleh mahkota surgawi. Ketika kita tidak menjadi saksi Kristus maka yang kita peroleh adalah sebaliknya.

5. Yesus mencerminkan kepemimpinan yang rendah hati

Tuhan Yesus tidak menggunakan ancaman dalam memimpin. Mengapa banyak pemimpin Kristen yang tidak rendah hati? Jangan-jangan dalam hidupnya tidak ada Kristus.

6. Yesus mencerminkan kepemimpinan tim atau kelompok

Bisakah misi Allah tercapai tanpa manusia? Bisa. Tapi Tuhan ingin melibatkan manusia sehingga bersifat kepemimpinan kelompok. Ketika Tuhan Yesus memimpin secara tim, setiap orang berharga di mata-Nya termasuk Yudas. Tuhan Yesus dalam pergaulan-Nya dapat dekat dengan orang berdosa supaya orang berdosa dapat bertobat. Ketika kita bergaul dengan orang-orang sekitar kita bertujuan untuk menjadi saksi Kristus. Kita harus jadi garam dan jadi terang dunia.

IV. Gaya kepemimpinan yang salah

1. Berfokus pada diri. Tidak mudah percaya pada orang lain dan berfokus pada diri. Semua yang dikerjakan untuk pujian diri.

2. Tidak tegas dan kompromi.

3. Gagal mempertahankan disiplin dan otoritas rohani

4. Kasih murahan.

5. Jiwa bos yang congkak dan selalu minta dilayani dan dianggap penting bahkan lebih menghargai kedudukannya. Contoh: Rehabeam.

(Ringkasan belum diperiksa oleh pengkhotbah – LS)

Pemerintahan Allah vs Pemerintahan Dunia

Pdt. Tumpal H. Hutahaean, M.Th.

Pendahuluan

Benarkah bahwa Allah dalam kedaulatan-Nya mengatur segala sesuatu sampai bagian yang kecil-kecilnya? Tuhan Yesus berkata: Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya (Matius 10:29-30). Jadi Allah mengetahui jumlah rambut kita. Apakah Allah mengatur semua itu sampai bagian yang terkecil? Kita bisa memelihara hewan dan mengetahui kondisinya, namun apakah kita mengaturnya? Tentu tidak. Tuhan mengatur segala sesuatu. Artinya tidak ada sesuatu pun yang terjadi di luar kendali Tuhan dan Tuhan menentukan segala sesuatu yang terjadi. Termasuk juga dengan dosa dan pemerintahan yang jahat. Kita percaya bahwa Allah berdaulat namun Allah bukanlah sumber dosa.

Mungkinkah Tuhan bertindak di luar sifat Keadilan-Nya, Kasih-Nya, Kebaikan-Nya, dan Kesempurnaan-Nya (bandingkan 1 Yohanes 4:8) pada saat mengambil keputusan untuk segala sesuatu yang terjadi berkaitan dengan manusia, pemerintahan, militer, politik, dan lainnya? Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih (1 Yohanes 4:8). Apakah karakter kasih itu ada di luar diri-Nya atau di dalam segala atribut-Nya? Apa bedanya dengan karakter diri kita yang belum ada nilai kasih? Kita telah jatuh ke dalam dosa sehingga potensi kasih kita diarahkan kepada diri sendiri. Setelah kita ada di dalam Tuhan kita memiliki potensi untuk mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama. Setelah kita percaya kepada Tuhan, kita diadopsi menjadi anak Allah. Saat itulah kita belajar di dalam kasih, berjalan dalam kasih, dan mengampuni dalam kasih. Kasih itu adalah milik Kristus. Kasih itu sekarang ada di dalam diri kita karena Kristus ada di dalam hati kita. Namun Allah itu kasih adanya. Jadi apakah mungkin Allah mengambil keputusan yang bertentangan dengan atribut-Nya termasuk kasih? Tidak mungkin. Peristiwa yang sangat besar adalah ketika Allah mengutus Yesus Kristus mati di atas kayu salib. Yesus Kristus dalam Perjanjian Baru membawa Kerajaan Allah. Simbol Kerajaan Allah adalah salib. Di dalam salib ada satu pribadi yang didera, disiksa, dan dibunuh. Jadi simbol kekuatan Kerajaan tidak tampak di sana secara lahiriah. Maka ada perbedaan dari konsep Kerajaan Allah dengan kerajaan dunia. Kerajaan dunia itu identik dengan kekuatan dan kemenangan yang tampak secara lahiriah. Kita melihat di dalam sejarah bahwa Tuhan memakai bangsa-bangsa dan kerajaan-kerajaan untuk menyerang, menangkap, dan membuang Israel ketika memberontak terhadap Tuhan, namun Tuhan tidak melenyapkan kerajaan-kerajaan itu. Ada 1 kerajaan yang dilenyapkan oleh Tuhan yaitu Tirus. Mengapa dilenyapkan? Saat Nebukadnezar sudah menaklukkan Yerusalem, kerajaan Tirus begitu senang. Jadi Tirus berbahagia karena penderitaan Yerusalem. Kerajaan Tirus itu sombong karena memang termasuk sangat kaya pada saat itu. Yehezkiel sudah menubuatkan bahwa pada akhirnya Babel menghancurkan Tirus. Segala tiang di Tirus diratakan dengan tanah karena dijadikan jalan. Jadi di sini kita belajar bahwa setiap raja yang berpikir bahwa dirinya sama dengan Allah, maka tinggal menunggu waktu sampai kerajaan itu dihancurkan. Allah itu sempurna dan suci maka tidak ada keputusan-Nya yang bertentangan dengan diri-Nya sendiri.

Mungkinkah keputusan dan tindakan kita bertentangan dengan iman kita? Mungkin. Mengapa demikian? Karena kita bukan Allah. Kita memiliki kebebasan sehingga bisa melakukan dosa. Mengapa manusia dalam kebebasannya, kekuasaan, kekayaannya, dan kedaulatannya dapat bertindak dengan sewenang-wenangnya di mana kedaulatan Tuhan yang berkuasa seperti tidak ada? Pada tahun 722 SM, bangsa Israel dibuang ke Niniwe. Nabi Yunus diutus bukan untuk membenci atau menghukum bangsa itu tetapi untuk mempertobatkan bangsa itu. Di sini Yunus tidak rela. Pada tahun itu Israel benar-benar tidak memiliki kedaulatan dalam pemerintahan karena sudah dihancurkan oleh Niniwe. Apakah kerajaan Israel itu kuat? Ya. Mengapa Tuhan memakai bangsa Niniwe? Masalahnya Israel terlalu berkompromi dengan bangsa-bangsa lain dan tidak lagi bersekutu dengan Tuhan. Di sini Tuhan menjadi sangat marah karena tidak memprioritaskan Tuhan. Tuhan tidak mau kita menduakan Tuhan di dalam hidup kita. Jangan sampai kita menganggap diri kita lebih baik dari Israel. Bisa saja kita lebih jahat daripada Israel. Setelah Niniwe, yang berkuasa adalah kerajaan Babel yang dipimpin oleh Nebukadnezar mulai tahun 605 SM. Tuhan mengizinkan 1 suku tersisa meskipun dulu suku ini tidak mengutamakan Tuhan namun kemudian bertobat. Suku ini adalah Yehuda. Pada tahun 585 SM, Tuhan memakai Daniel dan teman-temannya sebagai tokoh iman dan mutiara iman ketika Yehuda dibawa ke Babel. Setelah itu Babel dikalahkan oleh kerajaan Media-Persia yang dipimpin Darius. Kerajaan yang berkuasa setelah itu adalah kerajaan Yunani yang menghancurkan kerajaan Tirus. Kerajaan Yunani digantikan oleh kerajaan Romawi. Setelah itu ada Kerajaan Allah. Jadi kalau kita mempelajari sejarah, kita bisa menyimpulkan bahwa ada waktu untuk segala hal. Kita tidak perlu bersedih jika pemimpin yang kita pilih itu kalah. Kesedihan kita tidak boleh melampaui maksud Tuhan. Ketika semua sudah terjadi, kita melihat kepada kedaulatan Allah dan bukan manusia. Kita sebagai orang Reformed tidak melihat segala hal sebagai ‘akhir’. Sebelum dunia ini berakhir, kita melihat dunia ini dalam kronos dan kairos Tuhan. Kita mungkin pernah melihat ada orang yang berhasil duduk di kursi pemimpin, padahal orang tersebut memiliki moralitas yang buruk. Di sini kita melihat ada kedaulatan Tuhan sehingga ia bisa menjadi pemimpin. Kita di sini melihat bukan hanya dalam kacamata manusia tetapi lebih melihat kepada kedaulatan Allah. Tuhan bisa mengangkat siapapun dari bidang apapun menjadi pemimpin. Tuhan bisa memakai orang yang sangat jahat sekalipun untuk mendatangkan kebaikan bagi dunia. Di sini kembali kita melihat kedaulatan Tuhan. Di dalam sejarah kita melihat bahwa Tuhan bisa memakai banyak cara untuk mengatur setiap bangsa dan negara. Tidak ada satu bangsa pun yang ada di luar kedaulatan Allah.

Siapakah yang disebut pemerintahan dunia yang dibenci Tuhan (Nahum 1:2-3, 7-8)? Ada murka Tuhan untuk pemerintahan yang melawan Allah dan juga pribadi-pribadi yang fasik. Meskipun kekuasaan terus berganti dan pribadi diganti oleh pribadi lain, ternyata murka Tuhan selalu ada. Apakah murka Tuhan sewenang-wenang? Tidak. Filipi 3:18-19 Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi. Ini berarti mereka lebih peka untuk urusan kepuasan perut mereka. Tuhan membenci orang-orang yang menuhankan perut. Orang ini hanya memikirkan kepuasan diri terutama kepuasan mulut. Mungkin ini mengapa usaha rumah makan itu sangat besar. Tuhan tidak berkenan pada pemerintahan yang berorientasi pada kepuasan jasmani. Dikatakan juga bahwa kemuliaan mereka adalah aib mereka. Banyak negara menetapkan standar kesucian yang sangat jauh dari Alkitab. Banyak orang yang bekerja di dalam pemerintahan tidak lagi memiliki rasa malu. Mereka mempertontonkan aib mereka di depan umum. Ini karena suara hati nurani mereka sudah hilang walaupun masih ada hati nurani. Orang ini bangga dengan keberdosaannya. Di dalam sejarah, pemerintah-pemerintah yang seperti ini satu persatu disingkirkan oleh Tuhan. Niniwe adalah contoh dari yang disebutkan di dalam Filipi 3:18-19. Niniwe adalah satu-satunya bangsa besar yang saat itu bertobat karena 1 orang yang pernah lari dari Tuhan namun kemudian dibawa kembali oleh ikan. Saat itu Yunus berkhotbah dengan kemarahan dan kebencian, namun kita tahu bahwa kuasa pertobatan itu datang bukan dari mulut Yunus tetapi dari Allah. Yunus hanyalah alat di tangan Tuhan. Setelah Niniwe bertobat, Yunus menyatakan kemarahannya karena mereka bertobat. Saat ini pun pemerintah-pemerintah dunia bisa bertobat melalui suara dari hamba Tuhan yang terlihat kecil namun dipakai oleh Tuhan. Di sini kita harus berdoa dan bersedia untuk diutus oleh Tuhan. Di Niniwe, dari yang paling atas sampai yang paling bawah itu bertobat. Bahkan binatang-binatang pun berpuasa. Mereka takut dihukum oleh Tuhan (Yunus 3:5-9).

Nebukadnezar menyombongkan dirinya (Daniel 4:30) dan Tuhan menghukumnya (Daniel 4:31-33). Tuhan memberikan mimpi kepadanya dan Daniel memberikan penafsiran (Daniel 4:24-27). Nebukadnezar diberikan penyakit boanthropy karena kesombongannya. Ia bertingkah laku seperti binatang sampai pada waktu yang ditentukan. Dalam Daniel 4:26 ditulis kerajaan tuanku akan kembali tuanku pegang segera sesudah tuanku mengakui, bahwa Sorgalah yang mempunyai kekuasaan. Jadi Nebukadnezar harus mengakui Allah terlebih dahulu. Respons Nebukadnezar ditulis dalam Daniel 4:36-37 Pada waktu akal budiku kembali kepadaku, kembalilah juga kepadaku kebesaran dan kemuliaanku untuk kemasyhuran kerajaanku. Para menteriku dan para pembesarku menjemput aku lagi; aku dikembalikan kepada kerajaanku, bahkan kemuliaan yang lebih besar dari dahulu diberikan kepadaku. Jadi sekarang aku, Nebukadnezar, memuji, meninggikan dan memuliakan Raja Sorga, yang segala perbuatan-Nya adalah benar dan jalan-jalan-Nya adalah adil, dan yang sanggup merendahkan mereka yang berlaku congkak. Di Niniwe masih tercatat jejak kaki rohani. Nebukadnezar di sini mungkin tampak sudah beriman namun ini hanya pengakuan di mulut saja. Ada perbedaan antara mulut dan hati. Yakobus 4:4 Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah. Apa yang disebut sebagai sahabat dunia? Orang-orang pada saat itu lebih mencintai uang dan kesenangan serta tawaran-tawaran dunia. Dunia pada zaman ini juga menawarkan begitu banyak kesenangan. Ada berita-berita dimana ada orang-orang yang bersenang-senang sampai melakukan vandalisme. Israel dan Yehuda adalah contoh dari yang disebutkan dalam Yakobus 4:4. Mereka berpikir bahwa mereka adalah bangsa yang sangat penting di Perjanjian Lama. Mereka merasa istimewa dan akhirnya menjadi sombong. Namun kita melihat bahwa mereka mengalami pembuangan. Di sini kita sebagai keluarga jangan sampai bersahabat dengan dunia. Di zaman ini, kita harus mendidik anak-anak kita menjadi pejuang bagi Tuhan. mereka harus dilatih untuk membaca buku rohani dan melayani. Yakobus 4:6 Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: ‘Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati’. Di sini dikatakan bahwa Allah membenci orang yang congkak seperti yang dikatakan Nebukadnezar. Setelah itu ia memiliki anak bernama Belsyazar (Daniel 5:2). Ia begitu sombong dan saat ia bersenang-senang, ia mengeluarkan perkakas bait Allah. Dia merasa kerajaan Media-Persia tidak akan bisa menaklukkan kerajaannya. Dia memberikan keyakinan yang palsu kepada para bawahannya dan menunjukkan dengan memakai barang-barang bait suci. Kemudian tampaklah jari-jari yang menulis ‘mene, mene, tekel ufarsin’ (Daniel 5:25). Daniel kemudian dipanggil karena ia mengerti akan hal itu. Pada malam itu Belsyazar terbunuh oleh tentara Media-Persia yang masuk melalui saluran air. Belsyazar memiliki dosa kesombongan. Di sini kita melihat ada tabur-tuai. Jangan sampai kita menganggap apa yang kita miliki sebagai milik kita. Segala hal harus dilihat sebagai milik Tuhan. Negara-negara yang besar dan sombong satu persatu dihancurkan oleh Tuhan. Kita melihat banyak negara yang dahulu besar sekarang menjadi kecil dan bahkan mengalami krisis.

Pembahasan

Apa pengertian Pemerintahan Allah (Divine Government)? Ini merupakan aktivitas Allah yang berkesinambungan dimana Ia memerintah segala sesuatu, kepada tujuan dari eksistensi-Nya (Roma 13:1). Allah diwakilkan sebagai Raja dari alam semesta baik dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Ia mengadaptasi pemerintahan-Nya kepada natur dari penciptaan-Nya yang Ia perintah; pemerintahan-Nya akan dunia secara fisik berbeda dengan dunia secara rohani. Hal itu begitu universal (Mazmur 103:19 dan Daniel 4:34, 35), termasuk segala sesuatu yang paling tidak berarti (Matius 10:29-31) dan yang kelihatannya accidental (Amsal 16:33), dan yang melahirkan perbuatan manusia yang baik dan jahat (Filipi 2:13; Kejadian 50:20; Kisah Para Rasul 14:16). Pemerintahan Allah itu berbicara tentang aktivitas Allah. Tidak ada pemerintahan dunia yang kekal. Semua yang ada di dunia ini akan lewat oleh waktu dan ditelan oleh waktu. Hanya Tuhan-lah yang kekal. Roma 13:1 menyatakan bahwa tidak ada pemerintahan di dunia ini yang tidak berasal dari Allah. Bahkan pemerintahan di agama-agama lain pun tidak berada di luar kedaulatan Allah. Ada gedung gereja yang akhirnya diubah dan dijadikan wihara. Ini pun dalam kedaulatan Tuhan. Di sisi lain Tuhan juga bekerja di dalam sejarah untuk memunculkan gereja-gereja baru. Mazmur 103:19 TUHAN sudah menegakkan takhta-Nya di sorga dan kerajaan-Nya berkuasa atas segala sesuatu. Ayat ini menyatakan bahwa Kerajaan Allah tidak mungkin digoncangkan. Di sini kita bisa berbangga karena kita adalah bagian dari Kerajaan Allah. Oleh karena itu kita harus beriman. Kisah Yusuf dari saat ia mendapatkan visi itu sampai ia bisa menjadi pemimpin di Mesir, menurut Yusuf merupakan kebaikan Tuhan. Kita bisa melihat pemerintahan Allah dari 2 sisi yaitu makro yang mencakup banyak bidang dan mikro yaitu pemerintahan Allah di hati kita. Ketika kasih itu sudah diberikan di dalam hati kita, maka tidak ada hal apapun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah (Roma 8:39). Ketika orang-orang Kristen kalah dalam pemilihan pemimpin di negara kita, kita tidak perlu bersedih karena ada pemerintahan Allah di dalam hati kita. Di situ kita harus memiliki semangat muda seperti Rasul Paulus.

Bagaimana Allah melaksanakan pemerintahan-Nya atas manusia dan sejarah manusia? Menurut teologi Reformed, manusia mengerti akan kekuasaan setelah ada mandat kerja. Kejadian 1:28 menyatakan bahwa manusia berkuasa atas ciptaan di dunia. Jadi kekuasaan itu bersumber dari Tuhan. Namun setelah kejatuhan dalam dosa, manusia menggunakan kekuasaan dengan semena-mena. Di sini manusia menghancurkan mandat kerja sehingga tidak lagi dikaitkan dengan Tuhan tetapi dikaitkan dengan diri. Di sini Allah sebagai pemberi kekuasaan tidak bisa disalahkan karena manusialah yang berdosa. Teologi sukses sering mengutip ayat yang menyatakan bahwa kita ini adalah kepala dan bukan ekor (Ulangan 28:13). Mereka menafsir ayat ini dan menyatakan bahwa orang Kristen harus menjadi pemimpin perusahaan dan bukan pegawai. Apakah benar pengertian yang demikian? Yeremia 29:7 menyatakan bahwa kita harus mengusahakan kesejahteraan di kota tempat kita berada. Di sini kita tidak diwajibkan untuk menjadi penguasa kota itu. Ketika Priskila dan Akwila diutus oleh Paulus pergi ke Roma, ternyata mereka tidak menjadi kepala. Beberapa waktu kemudian ternyata Paulus dihukum mati di sana. Di zaman gereja mula-mula ada orang-orang yang diutus dan berdagang di berbagai tempat untuk memberitakan Injil di sana.

Bagaimana Pemerintahan Allah memelihara diri agar tetap kudus dari pemerintahan dunia yang jahat? Pertanyaannya bukanlah ‘bagaimana pemerintahan Allah mengontrol pemerintahan yang jahat’. Kita percaya Allah adalah Allah yang sempurna dalam memelihara diri-Nya sebagai yang kudus untuk melawan setiap pelanggaran akan kekudusan-Nya (lihat Daniel 1:1-2). Allah tidak segan-segan untuk menyerahkan Yoyakim, raja Yehuda kepada bangsa Babel karena raja Yoyakim melawan Tuhan. Di sini Allah-lah yang berkuasa menyerahkan Yoyakim dan ini bukan karena kehebatan Babel. Bagian ini ada kesamaan dalam Yehezkiel 26 dimana dikatakan bahwa Tuhan-lah yang mengizinkan Babel untuk menghancurkan Tirus. Kekuatan Babel bersumber dari Tuhan. Setelah Yoyakim, jabatan raja diserahkan kepada Yoyakhin lalu kemudian Zedekia. Ia menjadi raja yang terakhir sebelum pembuangan. Allah memelihara pemerintahan secara moral di dunia ini dengan memberikan upah kepada yang taat dan menghukum kepada yang tidak taat (Mazmur 99:4; Yesaya 33:22; dan Roma 1:32). Tidak ada kekejamaan pemerintahan manusia yang melampaui keadilan Tuhan. Sekejam-kejamnya pemerintahan manusia, akan ada waktunya di mana Tuhan akan menghakimi mereka dan mereka menjadi bukan apa-apa. Keadilan-Nya yang memanifestasikan kebenaran-Nya dengan memberikan upah kepada pemerintahan, disebut keadilan yang menguntungkan (remunerative justice). Atribut ini menyingkapkan kasih-Nya; sementara Allah pasti memberikan hukuman yang setimpal kepada pemerintah sebagai retributive justice, atribut ini menyingkapkan murka-Nya.

Penutup

Pemerintahan Allah (Divine Government) merupakan aktivitas Allah yang berkesinambungan dimana Ia memerintah segala sesuatu, kepada tujuan dari eksistensi-Nya (Roma 13:1). Hal itu begitu universal (Mazmur 103:19 dan Daniel 4:34, 35), termasuk segala sesuatu yang paling tidak berarti (Matius 10:29-31) dan yang kelihatannya accidental (Amsal 16:33). Tidak ada sesuatu pun yang terjadi di luar kendali Tuhan dan Tuhan menentukan segala sesuatu yang terjadi. Termasuk juga dengan dosa dan pemerintahan yang jahat. Kita percaya bahwa Allah berdaulat namun Allah bukanlah sumber dosa. Allah memelihara pemerintahan secara moral di dunia ini dengan memberikan upah kepada yang taat dan menghukum kepada yang tidak taat (Mazmur 99:4; Yesaya 33:22; dan Roma 1:32).

(Ringkasan belum diperiksa oleh Pengkhotbah – LS)

Problem Kasih di Zaman Digital

oleh Pdt. Tumpal Hutahaean, M.Th.

Pendahuluan

Mengapa manusia pada hari ini kehilangan relasi antar manusia? Topik ini sudah mulai diteliti dari sejak tahun 90-an ketika internet itu mulai ada. Salah satunya oleh seorang pemikir Kristen bernama Jacques Ellul (1912-1994) menulis banyak buku tentang teknologi dan masyarakat. Kita semua adalah makhluk sosial. Tuhan memberikan kita potensi untuk mengembangkan relasi di dalam mengasihi dan dikasihi. Namun setelah kejatuhan dalam dosa (Kejadian 3), potensi kita untuk berelasi menjadi rusak. Kita menjadi cenderung mau dikasihi daripada mengasihi. Hal yang lebih mengerikan lagi adalah manusia bisa lebih mengasihi benda mati daripada makhluk hidup. Benda mati itu dianggap bisa memberikan kepuasan dan kenikmatan, maka benda itu lebih dikasihi daripada manusia. Ini adalah masalah yang serius di mata Tuhan. Jika orang tua Kristen tidak memandang ini secara serius, maka keluarga itu ada dalam bahaya. Di balik teknologi yang mutakhir pada zaman ini, ada Setan yang menunggangi dan memakainya untuk merusak manusia. Akhirnya teknologi itu bisa menjauhkan kita dari Tuhan serta membuat kita tidak lagi berfokus dan bergantung pada Tuhan. Peperangan kita pada zaman ini di kota bukanlah peperangan dengan Setan yang merasuki manusia tetapi dengan penyalahgunaan teknologi yang berbahaya. Bagaimana masalah ini dapat diselesaikan? Manusia harus kembali kepada Tuhan Yesus Kristus (Yohanes 3:16 dan Efesus 4:17-32). Yohanes 3:16 berbicara mengenai media yaitu Yesus Kristus. Di dalam kasih ada pengorbanan. Namun di dalam keluarga, hal yang terbalik bisa terjadi yaitu orang tua mengorbankan anak. Orang tua demi kemudahan dan kenyamanan bisa dengan mudahnya memberikan gadget kepada anak agar anak tidak mengganggu orang tua. Mengapa ada orang-orang yang mau mengeluarkan banyak uang demi mendapatkan gadget terbaik? Apakah ini berhubungan dengan kepuasan diri sendiri yang sementara? Mengapa ada orang Kristen yang masih belum bisa melepaskan diri dari kecanduan gadget? Apakah orang tersebut belum benar-benar menerima kasih Kristus sehingga belum hidup dalam kasih-Nya? Efesus 4:17-32 menyatakan bahwa orang yang seperti ini membutuhkan pembaruan agar ia bisa menang terhadap narkoba digital.

Sekarang kita hidup di zaman digital dimana kemajuan teknologi dengan arus pertukaran pengetahuan dan informasi itu terjadi sangat cepat dan mutakhir. Tetapi sebaliknya, banyak hubungan suami-istri, orang tua dengan anak, dan lain-lain semakin mundur, dingin, dan sunyi karena gadget. Mengapa semua ini terjadi? Apa yang salah? Mengapa angka perceraian semakin meningkat? Mengapa pada zaman ini tingkat kejatuhan pemuda semakin meningkat? Pada zaman digital ini sudah ada benturan antara dua generasi. Generasi pertama adalah yang disebut sebagai generasi imigran digital, dimana ia lahir sebelum zaman digital dan juga dipengaruhi oleh zaman digital (gadget). Generasi yang kedua disebut sebagai generasi digital. Mereka lahir di zaman digital dan dibesarkan dalam pengaruh zaman digital (gadget). Mengapa ada benturan di sini? Zaman digital mengubah karakter manusia. Beberapa ciri dari orang-orang yang dipengaruhi zaman digital: identitas, agresif-reaktif, tidak mau dikendalikan dan tidak suka proses. Mereka menggunakan media sosial dan mereka suka untuk menyatakan identitas mereka. Mereka sering memasang foto dan tulisan mereka di media sosial. Mereka tidak suka jika dilarang untuk membagikan foto dan mereka suka jika selalu tampil dalam banyak foto. Ini sangat berbeda dengan generasi lampau yang menganggap foto diri sebagai bagian dari privasi. Orang yang dipengaruhi zaman digital juga berbicara mengenai privasi, namun dalam definisi yang berbeda. Privasi zaman digital berbicara mengenai larangan untuk mengkritik atau menyalahkan. Orang-orang ini suka membuka banyak hal tentang diri mereka di media sosial termasuk hal-hal yang seharusnya disimpan untuk diri sendiri. Mereka juga cenderung agresifreaktif yaitu suka menyerang. Di sini mereka memiliki kesombongan yang berkaitan dengan aktualisasi diri. Di dalam zaman ini mereka juga bebas untuk berekspresi. Mereka tidak suka diatur dan dikekang. Internet adalah kebutuhan sehari-hari mereka. Dalam zaman ini banyak tempat makan, khususnya untuk kaum muda, memberikan internet gratis bagi pengunjung sehingga ramai. Relasi zaman sekarang terkesan tidak lengkap tanpa internet. Mereka tidak suka dikendalikan namun suka mengendalikan gadget mereka. Di sinilah terjadi benturan antara orang tua dan anak. Orang tua dibesarkan dalam disiplin dan aturan, namun anak pada zaman ini tidak demikian. Orang yang dipengaruhi zaman digital juga tidak suka proses. Mereka lebih menyukai hasil yang instan. Inilah mengapa banyak orang pada zaman ini lebih suka melakukan transaksi secara online. Mereka tidak mau lagi pergi ke pasar karena tidak instan. Hal ini menciptakan kelemahan baru bagi generasi ini yaitu kelemahan dalam proses berpikir. Mereka ingin semuanya tersaji secara instan. 4 ciri ini menimbulkan benturan. Banyak orang tua salah menanggapi masalah ini dan tidak tahu solusinya. Tidak sedikit orang tua juga berkompromi sehingga salah mendidik anak.

Data dari Unicef dan Kemenkominfo pada tahun 2014 menunjukkan bahwa 30 juta anak-anak dan remaja (14-19 tahun) di Indonesia adalah pemakai internet aktif. 80% responden menggunakan untuk mencari data dan informasi; 70% untuk pertemanan secara media sosial; 65% untuk mendengar musik; 39% untuk menonton film dan youtube; 24% untuk berinteraksi dengan orang yang tidak dikenal; 25% untuk memberitahu alamat dan nomor telepon mereka kepada teman di media sosial. Hal yang mengagetkan adalah 52% memakai internet untuk melihat pornografi dan 14% sudah mengakses dan menyimpannya. Inilah mengapa ada sekolah-sekolah yang melakukan pemeriksaan pada gadget para siswa. Di dalam bagian ini memang perlu ada pengawasan, termasuk di rumah. 42% akhirnya menyadarinya dan menghindari hal ini namun 13% terjangkit dengan pornografi dan menjadi korban baik secara langsung maupun tidak langsung. Pernah ada berita yang menyatakan bahwa seorang anak SD diperkosa oleh anak SD lainnya di depan teman-temannya. Inilah kerusakan zaman ini. Dari tahap pornografi bisa berkembang ke tahap pornoaksi. Jika kita tidak melek teknologi dan melek iman, maka kita akan dihancurkan oleh Setan melalui cara ini. Inilah mengapa kita harus memersiapkan diri. inilah peperangan yang kita hadapi sebagai orang Kristen. Narkoba bukan lagi berupa obat-obatan tetapi berupa narkoba digital. Bagaimana sikap kita setelah melihat kondisi ini dan data di atas? Apakah sekarang ini mungkin semakin parah? Apakah orang tua turut bersalah jika anaknya menjadi rusak karena gadget? Bagaimana dampaknya terhadap relasi kasih antar pribadi? Bagaimana solusinya?

Pembahasan

A. Antara Kain dan Set: mengandalkan teknologi atau Tuhan?

            Dalam Kejadian 4:22 disebutkan bahwa Tubal-Kain yang adalah keturunan dari Kain merupakan bapa dari semua tukang tembaga dan besi. Kata ‘tukang’ di sini berasal dari kata dasar ‘teknologi’. Ketika Yusuf disebut sebagai tukang kayu (Matius 13:55), kata itu memiliki makna yang sama. Tubal-Kain dan keturunannya pandai dalam menjadi tukang tembaga dan besi namun pada akhirnya mereka selalu melawan Tuhan. Sedangkan keturunan Set adalah keturunan yang senantiasa mencari wajah Tuhan (Kejadian 5). Dalam ayat 24 dikatakan bahwa Henokh hidup bergaul dengan Allah. Kain adalah pembunuh pertama. Keturunannya menguasai teknologi dan selalu hidup dengan teknologi tetapi selalu melawan Tuhan. Keturunan Set tidak disebut sebagai ahli apapun namun mereka bergaul dengan Allah. Apakah ini artinya perkembangan teknologi adalah dari dosa dan harus kita hindari? Tidak. Teknologi tidak bersalah tetapi yang bersalah adalah orang yang mengembangkan dan menggunakannya hanya untuk kemuliaan diri dan kepuasan diri (bandingkan Roma 8:19 yang berbicara mengenai kemuliaan Tuhan). Semangat ini menyadarkan kita bahwa semua perkembangan teknologi boleh dipelajari namun harus diisi dan diarahkan. Ini karena manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa akan selalu ditundukkan kepada kesia-siaan belaka dalam keberhasilan dan kepuasannya (Roma 8:20). Manusia yang sudah terikat dengan media sosial tidak akan puas hanya dengan mengakses internet selama 1 atau 2 jam. Di Tiongkok sudah mulai ada klinik-klinik yang khusus merawat anak-anak dengan kecanduan narkoba digital. Anak-anak ini memerlukan waktu paling sedikit 6 jam untuk mengakses internet. Ada pula anak-anak yang dilarang mengakses internet kemudian berencana bunuh diri. Ini adalah masalah yang sangat serius. Mereka yang sudah terikat dalam relasi dengan gadget ini cepat merasakan depresi ketika gadget tersebut diambil. Jika mereka membutuhkan paling sedikit 6 jam, maka sepulang dari sekolah mereka tidak akan berinteraksi dengan teman-teman dan keluarganya secara langsung. Generasi ini sangat mungkin akan lebih mudah sakit karena kurang melakukan aktivitas fisik dan hanya duduk atau tidur dengan gadget mereka.

Teknologi itu baik adanya dan Tuhan tidak anti terhadap teknologi. Perhatikan peristiwa Kejadian 3:21 dimana Tuhan menggantikan daun dengan kulit binatang. Apa artinya? Tuhan menggunakan teknologi yang lebih baik untuk memberikan penutup atas ketelanjangan manusia. Adam dan Hawa memakai daun yang mudah sobek, namun Tuhan memberikan kulit yang lentur dan tahan lama. Itulah pengorbanan yang pertama karena ada hewan yang disembelih. Dikatakan bahwa Tuhan membuat pakaian dari kulit binatang. Di sini Tuhan membuat di dalam proses dengan teknologi. Kita sebagai orang tua Kristen juga tidak boleh anti terhadap teknologi. Kita boleh menggunakannya tetapi harus untuk kemuliaan Tuhan. Kita tidak boleh memberikan kebebasan yang liar kepada anak dan juga tidak boleh memberikan kekang yang terlalu keras. golongan Kain suka kepada teknologi sedangkan golongan Set lebih suka beribadah. Jonathan Edwards adalah seorang Reformed yang menyukai teologi Puritan. Banyak dari keturunannya menjadi orang yang berhasil di Amerika. Di sini ada hukum tabur tuai. Keturunannya selalu melakukan ibadah keluarga, maka dari itu tidak heran jika banyak dari keturunannya diberkati oleh Tuhan. orang Puritan melihat kepentingan dari ibadah keluarga dan melihat bahwa keluarga itu adalah gereja kecil. Ada yang menyatakan bahwa Tuhan tidak hanya melihat sikap kita di gereja tetapi juga sikap kita sehari-hari termasuk di dalam keluarga. Keturunan Jonathan Edwards juga masih memegang konsep bahwa rumah adalah rumah Tuhan. Ini berarti semua penghuni rumah itu harus suci. Rumah harus menjadi tempat pemulihan rohani dan tempat edukasi. Banyak dari keturunannya menjadi orang-orang yang berpengaruh di Amerika. Di masa yang sama, ada orang yang begitu kaya namun kekayaannya berasal dari penjualan narkoba dan bisnis kotor lainnya. Banyak dari keturunannya hidup di dalam dosa. Ada keturunannya yang menjadi pelacur, kriminal, dan tidak sedikit yang mati muda. Garis keturunan Set adalah yang benar. Nuh lahir dalam garis keturunan Set dan dialah yang dipilih Tuhan untuk membangun bahtera. Jadi di sini kita melihat bahwa orang-orang yang bergaul dengan Tuhan itulah yang dipakai untuk menjadi penerobos zaman.

B. Antara kasih dan memanjakan anak atau diri atas nama kasih

Memberikan gadget sebagai tanda kasih dan perhatian (yang belum pada waktunya). Apa masalahnya? Banyak orang tua melihat ini bukan sebagai masalah. Mereka merasa memiliki uang dan berhak memakai uang tersebut sesuai kemauan mereka. Mereka juga merasa paling berhak dan paling tahu bagaimana memberikan barang kepada anak-anak mereka. Masalahnya adalah: apakah benar bahwa kasih bisa ditukar dengan pemberian gadget dan lainnya? Anak-anak zaman sekarang akan duduk diam ketika sudah diberikan gadget oleh orang tuanya. Mereka akan sangat berfokus pada permainan mereka dan bahkan mereka tidak peduli lagi dengan keadaan di sekitar mereka. Hal ini juga terjadi di komunitas Kristen. Masalahnya adalah orang tua Kristen memberikan kemanjaan sehingga anak-anaknya tidak belajar untuk berjuang dan membangun relasi dengan manusia lain secara langsung. Anak-anak dibiarkan berelasi dengan benda mati yang memberikan kepuasan sehingga anak-anak ini akan tumbuh menjadi egois dan cepat marah. Mereka sudah menang dalam menindas orang tua dengan cara mengatur orang tua. Anak yang sudah dibiasakan untuk duduk diam karena ada gadget pada akhirnya akan bertumbuh menjadi anak yang suka memberontak. Seharusnya anak-anak dari masa kecilnya sudah diajar untuk berelasi dengan manusia lainnya secara langsung. Apakah benar bahwa gadget merupakan gaya hidup masa kini – konsumerisme? 90% kaum muda zaman ini mengatakan bahwa gadget adalah gaya hidup. Apakah itu merupakan gaya hidup juga bagi kita? Kita tidak boleh melihat ini sebagai gaya hidup tetapi sebagai fungsi. Jika kita sudah tergila-gila pada merek tertentu, maka kita sudah menjadi orang konsumeris. Kita akan menjadi budak dari merek jika tidak berhati-hati. Jadi di dalam bagian ini kita sebagai orang tua Kristen harus waspada agar jangan sampai memanjakan anak dan akhirnya merusak masa depannya dan karakternya. Orang tua Kristen harus berani memberikan disiplin untuk kebaikan anak.

Di Indonesia sudah mulai bermunculan gerakan yang membatasi penggunaan gadget pada anak, misalnya gadget tidak boleh dipakai dari jam 6 sore sampai jam 9 malam. Mereka yang mengikuti gerakan ini menyadari bahwa gadget sudah menyita banyak waktu untuk membangun relasi dalam keluarga. Mereka tidak mau kehilangan masa emas dalam pembangunan relasi keluarga. Ketika semua anggota keluarga sudah berkumpul di rumah pada jam 5 atau 6 sore, mereka menyingkirkan dan menyembunyikan semua gadget sampai jam 9 malam. Mereka kemudian memanfaatkan waktu yang ada untuk berbincang-bincang di dalam keluarga. Di sini kita belajar untuk mengendalikan waktu pemakaian gadget dan bukan sebaliknya. Kasih seharusnya tidak memanjakan tetapi memberikan edukasi. Banyak orang tua membiarkan dan menitipkan anak pada dunia internet, games, film, dan lainnya. Apa masalahnya? Mereka merasa bahwa ini bukanlah suatu masalah karena tidak mengganggu pekerjaan dan tidak mengganggu orang lain. Masalahnya adalah: apakah benar jika waktu yang kita punya dipakai bukan untuk berelasi dengan keluarga atau kawan kita tetapi dengan benda mati? Kita perlu membangun pengenalan yang berkualitas dengan orang-orang di sekitar kita. Di luar negeri ada orang yang menikahi bonekanya, anjingnya, atau selimutnya. Di sini sudah ada keanehan karena bukannya berelasi dengan manusia, mereka lebih memilih benda mati atau hewan.

Apakah benar dalil ini: ‘supaya anak-anak tidak rewel dan supaya kita bebas beraktivitas, maka kita memberikan gadget? Terkadang kita mau mempertahankan fokus kita dan menyelesaikan pekerjaan kita tetapi di dalam prosesnya mengorbankan anak. Dalil tersebut salah karena gadget bukanlah solusi untuk anak yang rewel. Kita harus mencari tahu mengapa anak tersebut rewel. Kita harus mengingat bahwa kita harus menjaga kesucian di dalam keluarga. Setiap potensi dosa yang ada di dalam keluarga harus segera dibereskan. Disiplin terkadang diperlukan agar kebenaran bisa ditegakkan. Amsal 13:24 mengajarkan kita untuk memukul anak pada waktunya. Salah satu dosa yang sekarang marak di dalam rumah adalah dosa melalui media sosial. Ada anak perempuan yang menjadi lesbian pasif karena menonton film yang pemeran utamanya adalah seorang lesbian. Saat itu ia masih remaja. Setelah ia bersekolah di luar negeri, ia menjadi lesbian aktif. Dari menonton ia kemudian melakukan. Di sini orang tua harus mengendalikan akses internet di rumah. Kita sendiri juga harus menjaga diri sesuai Galatia 6:1 sambil membimbing orang lain ke jalan yang benar. Segala tawaran dosa yang ada di internet tidak hanya mengancam anak-anak tetapi juga orang tua. Tidak sedikit jumlah pasangan yang bercerai karena perselingkuhan melalui media sosial. Orang tua bisa mengasihi atau mengorbankan anak atau diri, dimana masalahnya? Siapa sahabat kita yang kita kasihi dan rindukan setiap hari? Atau kita lebih merindukan gadget kita? Gadget mengakibatkan kita kehilangan kepedulian hidup. Di sini kita sudah terjebak dalam kecanduan gadget. Ketika anak-anak kita sudah kehilangan kepedulian terhadap keluarga, studi, pertemanan, dan lainnya, maka mereka sesungguhnya sudah mengalami masalah yang serius. Berapa banyak teman yang berelasi secara nyata dengan kita setiap hari? Apakah kita lebih banyak berelasi dengan teman lewat media sosial? Di beberapa gereja di luar negeri sampai menciptakan ruang bersosialisasi untuk menanggapi masalah ini. Di dalam ruangan itu, semua internet dimatikan. Di sini gereja mencoba untuk menebus waktu agar jemaat membangun relasi secara nyata di hari Minggu. Mereka sadar bahwa mereka sudah kehilangan relasi yang indah sebagai tubuh Kristus di gereja. Gereja harus menyadari kebahayaan dari penyalahgunaan media sosial. Kita harus menjaga diri agar tidak sampai memanjakan diri dengan gadget.

C. Antara Hidup dalam Peperangan Rohani dengan Menikmati Hidup.

Cara kerja Setan di zaman digital ini adalah memunculkan spirit-spirit Kain modern yang mengembangkan teknologi untuk kemuliaan diri. Kita mengingat bahwa keturunan Kain hidup sangat dekat dengan teknologi namun tidak menyembah Tuhan. Cara beroperasi kuasa Setan adalah secara sistematik masuk ke dalam dunia digital yang isinya menjauhkan manusia dari Tuhan dan menghilangkan nilai-nilai hidup untuk bergantung pada Tuhan sehingga sebaliknya manusia bergantung pada teknologi (Efesus 6:12).  Kalau media sosial mengikat kita sehingga kita tidak dekat dengan Tuhan, maka di sana Setan sudah menang. Jika tidak berhati-hati, maka gadget dapat menyita perhatian kita dari membaca Alkitab, berdoa, dan melayani Tuhan. Keturunan Kain modern adalah orang-orang yang ahli dalam teknologi. Kita harus memunculkan ahli teknologi yang beriman Kristen. Kita harus bisa mengisi websites kita dengan isi yang memuliakan Tuhan. Peperangan yang kita hadapi adalah peperangan rohani dan kita harus terus siaga. Jangan sampai kita menjadi korban dari semua ini. Setan memunculkan penemuan baru untuk membangun menara Babel modern (Kejadian 11:1-9). Di sini ada penerapan dari teknologi. Manusia menemukan teknologi baru untuk membangun menara yang puncaknya sampai ke langit, yaitu penemuan batu bata dan perekatnya untuk membangun menara keangkuhan hidup. Pada zaman dahulu, orang-orang membangun gedung dengan perekat dari getah pohon atau tanah liat khusus. Ini adalah penemuan baru untuk zaman itu. Mereka menggunakan penemuan ini untuk kemuliaan manusia. Pada zaman ini hal yang sama juga terjadi. Manusia terus memberontak dan tidak mau diatur serta dikekang. Orang modern tidak mau berelasi dengan Tuhan. Kita perlu lebih banyak melakukan retreat pribadi dan mendekatkan diri dengan Tuhan.

D. Antara Kasih, Teknologi, dan Kemuliaan Tuhan

Peristiwa Nuh (Kejadian 6-9) mengungkapkan kepada kita pentingnya peranan kasih, teknologi, dan kemuliaan Tuhan. Konteks pada saat itu adalah Tuhan menetapkan untuk membinasakan semua orang berdosa melalui peristiwa air bah dan menyelamatkan Nuh berserta keluarganya melalui bahtera (kata teba berarti ‘keranjang’. Kata ini juga dipakai dalam kisah bayi Musa yang diletakkan dalam keranjang). Jadi Musa sendirian di dalam keranjang itu dan Nuh selamat bersama dengan keluarganya dan hewan-hewan di dalam bahtera itu. Pembuatan Kapal ini rumit dan Tuhan adalah arsiteknya. Nuh berserta dengan keluarganya adalah pelaksananya. Kapal ini dibuat dari kayu gofir (Kejadian 6:14) dengan panjang 300 hasta, lebar 50 hasta, dan tinggi 30 hasta. Perbandingkan ini sampai sekarang dipakai sebagai standar perbandingan keseimbangan beban berat di atas air. Di dalam bagian ini tetap ada teknologi. Pada saat itu Nuh tetap bisa mendidik anak-anaknya untuk takut akan Tuhan. Mereka harus menjadi satu komunitas yang terasing dari dunia dan hanya merekalah manusia yang diselamatkan. Keluarga ini berkenan di mata Tuhan di tengah kumpulan manusia berdosa. Kasih itu penting dan membuat keluarga menjadi kompak. Di dalam kisah Nuh juga kita melihat keterlibatan teknologi. Nuh harus mempersiapkan kapal, makanan, semua hewan, dan kemudian setelah air bah surut ia juga membuat kebun anggur (Kejadian 9:20). Ia adalah keturunan Set yang masih hidup, sedangkan keturunan Kain sudah mati. Di sini kita melihat bahwa orang yang bergaul dengan Tuhan tidak membenci teknologi tetapi mempelajari teknologi itu dari Tuhan dan menggunakannya untuk menjalankan perintah Tuhan. Sekarang banyak orang menggunakan dan mengembangkan teknologi untuk menggeser posisi Tuhan. Kita harus menebus hal tersebut.

Penutup

Kasih harus dipertumbuhan dengan sifat untuk membangun. Keluarga harus dibangun imannya agar semuanya melihat Tuhan. Sikap yang beribadah juga harus dibangun dengan benar. Di zaman ini ada banyak orang yang beribadah untuk mencari kepuasan. Mereka menyembah teknologi dan mengambil kepuasan dari sana. Kasih dan teknologi harus dipergunakan untuk menebus orang berdosa dan menyelamatkan ciptaan Tuhan yang lain. Kita bisa mengirimkan bahan renungan Alkitab melalui media sosial supaya orang lain mendapatkan berkat. Inilah penggunaan yang kudus. Kita harus belajar dari Bezaleel dan Aholiab yang diberikan keahlian oleh Tuhan untuk membuat Tabut Perjanjian (Keluaran 36:1-2, bandingkan dengan Yesaya 28:23-29). Dalam Yesaya 28:23-29 dituliskan bahwa Tuhan memberikan keahlian kepada orang-orang yang beribadah untuk bertani. Tuhan memberikan keahlian itu untuk memelihara umat-Nya. Kasih kita harus memiliki sifat penebusan dan bukan mengorbankan. Kita harus menebus relasi kita dengan sesama kita dan menebus penggunaan gadget kita. Kita harus mengingat bahwa kita ini adalah makhluk sosial yang harus membangun relasi dan memiliki potensi tersebut untuk dikembangkan demi kemuliaan Tuhan. Kita membutuhkan transformasi dari Kristus agar kita bisa mentransformasikan segala hal termasuk relasi kita. Jika media sosial menjauhkan kita dari Tuhan, maka kita harus menebus sehingga kita menjadi lebih dekat dengan Tuhan melalui media sosial. Jika kita terjebak dengan media sosial, maka waktu kita akan dihabiskan secara sia-sia. Gadget hanyalah alat dan kita harus memakainya untuk kemuliaan Tuhan.

(Ringkasan belum diperiksa oleh Pengkhobah – LS)