Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu (Amsal 27:1).
Iwan begitu senang karena bosnya menjanjikan kenaikan pangkat baginya minggu depan. Ia menceritakannya kepada orang-orang yang ditemuinya dan teman-temannya pun turut senang karenanya. Iwan sudah membayangkan apa yang akan ia lakukan setelah ia naik jabatan. Ia memikirkan masa depan yang cerah gemilang. Tidak jarang ia menatap cermin dan berkata kepada dirinya sendiri: “kamu hebat, kamu semakin naik, you’ve done a great job.”
Namun semua nuansa indah tersebut hilang seketika beberapa hari kemudian setelah ia menerima panggilan telepon dari bosnya. Dengan nada yang begitu suram, bosnya berkata “Wan, kita sudah habis. Perusahaan kita bangkrut. Mohon maaf kamu harus mencari pekerjaan lain.” Bagaimana kira-kira perasaan Iwan? Mungkin kita pernah mengalami hal yang mirip. Mungkin kita pernah membanggakan diri, setidaknya dalam hati, karena kita berpikir bahwa pada hari esok diri kita akan wisuda, mendapatkan promosi, mendapatkan pembeli yang berpotensi, dan hal lainnya.
Amsal memberikan saran yang tepat. Mengapa kita tidak boleh memuji diri karena esok hari? Karena kita tidak tahu akan masa depan kita. Hanya satu hal yang kita tahu tentang masa depan kita, yaitu suatu hari kelak kita pasti akan mati dan meninggalkan semua yang ada di dunia ini kecuali Tuhan Yesus datang terlebih dahulu. Saat Tuhan Yesus datang pun kita tidak bisa membawa kebanggaan duniawi kita. Kita seharusnya mendasarkan hidup kita pada hal yang pasti dan bukan yang tidak pasti.
Mungkin ada yang berkata “ada banyak ketidakpastian dalam hidup ini. Jadi haruskah saya menjadi orang yang pesimis?” Tentu tidak demikian. Tuhan sudah memberikan kita janji penyertaan dan janji keberhasilan melewati setiap pencobaan dalam hidup. Ini justru menguatkan kita dan membuat kita menjadi orang yang optimis.