Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati. (Yohanes 21:14)
Tuhan Yesus sudah sebanyak tiga kali menyatakan kepada para murid-Nya bahwa Ia akan mati namun akan bangkit pula. Meskipun sudah dinyatakan sebanyak tiga kali, para murid hanya dapat menangkap sebagian kebenaran yaitu “Yesus akan mati” dan berhenti pada kalimat tersebut. Mereka pada saat itu belum dapat mengerti apa arti kebangkitan yang disebutkan oleh Yesus. Kalimat Yesus mendatangkan kesedihan bagi mereka, bukan karena Tuhan tetapi karena mereka tidak mengerti ucapan tersebut. Pembaca Alkitab yang belum mengerti arti kebangkitan, jika membaca bagian ini, dapat mengalami kesedihan yang sama. Dalam Yohanes 21, Tuhan Yesus menampakkan diri kepada para murid yang pada saat itu berpikir bahwa Yesus sudah mati dan tidak mungkin bangkit. Apa yang tertulis dalam pasal ini dapat mengajarkan kepada para pembaca tentang perbandingan antara kebersamaan tanpa kesadaran akan Tuhan yang hidup dan kebersamaan dengan kesadaran akan Tuhan yang hidup.
Kebersamaan para murid sebelum penyaliban Yesus
Para murid begitu antusias mengikut Yesus ketika mereka dipanggil. Mereka menyaksikan banyak mukjizat Yesus dan bahkan mereka sendiri merasakan penyertaan dan kuasa Tuhan dalam pelayanan mereka. Mereka memiliki pengharapan yang besar di dalam Yesus, meskipun terkadang mereka salah mengerti pelayanan Yesus (Misalnya dalam Matius 20:20-28 ketika anak-anak Zebedeus meminta untuk dapat duduk di sebelah kanan dan kiri Tuhan Yesus). Komitmen mereka sangat kuat (ketika banyak orang meninggalkan Yesus, para murid tetap mengikut Yesus dan berkata “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah” [Yohanes 6:68-69]) meskipun tidak cukup kuat untuk membuat mereka tetap bersama dengan Yesus di taman Getsemani. Mereka pergi berdua-dua untuk memberitakan Kerajaan Allah, mengadakan mukjizat, dan mengusir Setan dalam nama Yesus. Mereka pulang dengan sukacita dan membawa kesaksian mereka masing-masing dengan antusias. Mereka terus berjalan bersama dengan pengharapan dan optimisme sebelum Yesus ditangkap dan disalib.
Kebersamaan para murid tanpa kesadaran akan Tuhan yang hidup
Setelah Yesus dinyatakan telah mati di atas kayu salib, semua pengharapan mereka sirna. Mereka kabur dan bersembunyi sampai situasi mereda. Para murid berkumpul di danau Tiberias dan kembali hidup sebagai nelayan. Mereka sudah melupakan panggilan yang Yesus telah berikan kepada mereka dan kembali ke hidup yang lama sebelum mereka dipanggil. Mereka tetap berkumpul bersama, namun kali ini tanpa pengharapan di dalam Yesus. Mereka tidak lagi membayangkan masa depan yang gemilang bersama dengan Yesus. Mereka tidak lagi pergi berdua-dua untuk memberitakan Injil, mengadakan mukjizat, dan mengusir Setan dalam nama Yesus. Mereka tidak lagi membayangkan Kerajaan Allah yang telah diberitakan oleh Yesus. Mereka berkumpul bersama di dalam putus asa dan tanpa pengharapan akan kebangkitan.
Kebersamaan para murid dengan kesadaran akan Tuhan yang hidup
Namun kebersamaan yang suram tersebut berubah menjadi kebersamaan yang penuh pengharapan setelah Yesus menampakkan Diri-Nya di hadapan mereka. Tanpa perlu diperintah, para murid berkumpul menghampiri Yesus yang sudah bangkit. Dalam Kisah Para Rasul dinyatakan bahwa para murid menyaksikan Tuhan Yesus yang terangkat ke surga, berdoa menantikan Roh Kudus, dan mereka menyebarkan Injil dengan penuh komitmen dan keberanian. Kebersamaan ini diwarnai dengan komitmen yang baru, semangat yang baru, sukacita yang baru, dan keberanian menghadapi apapun bahkan kematian demi memberitakan Injil. Kebersamaan seperti ini terjadi karena mereka sadar akan penyertaan Tuhan yang hidup.
Gereja masa kini tetap perlu memiliki kesadaran ini. Tanpa kesadaran ini, gereja hanya menjadi tempat perkumpulan orang-orang yang tidak berpengharapan. Namun dengan adanya kesadaran ini, gereja akan sungguh berfungsi sebagai perwakilan Tuhan di bumi.