Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh (Mazmur 1:1)
Kitab Mazmur dibuka dengan sebuah kata yang unik: berbahagialah (atau makna lain menurut bahasa aslinya: diberkatilah). Tidak ada seorangpun yang tidak mencari kebahagiaan (atau berkat). Mazmur 1:1 menyatakan bahwa resep kebahagiaan atau berkat pertama-tama adalah menjauhi pergaulan yang salah.
Ada 3 bagian dalam ayat ini. Pertama, pemazmur menyatakan bahwa orang yang diberkati adalah dia yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik. Di dalam Alkitab, kata ‘berjalan’ bisa merujuk kepada perjalanan hidup. Kita semua hidup berdasarkan prinsip kita masing-masing. persoalannya adalah: dari mana kita mendapatkan prinsip hidup kita? Jika kita berjalan berdasarkan ajaran orang fasik, maka malanglah nasib kita. Semua arahannya adalah kefasikan yang dibenci Tuhan. Jika kita sering bergaul dengan orang fasik, maka kita akan menyerap banyak prinsip hidupnya yang fasik.
Kedua, pemazmur menyatakan orang yang berbahagia adalah ia yang tidak berdiri di jalan orang berdosa. Di sini ‘berdiri di jalan orang berdosa’ bisa berarti orang itu sedang menunggu kawan pergaulannya yang suka berdosa dan mereka berencana untuk melakukan dosa bersama-sama. Dosa tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang memalukan dan dilakukan secara tertutup dan pribadi tetapi dilakukan secara bersama-sama dan dengan perencanaan yang matang.
Ketiga, pemazmur menyatakan bahwa orang yang berbahagia adalah ia yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh. Duduk bersama dalam kebudayaan Yahudi mengindikasikan pergaulan yang erat. Sekumpulan orang yang duduk bersama dianggap sebagai kumpulan yang memiliki identitas yang sama menurut kebudayaan Yahudi. Ketika Yesus duduk dan makan bersama dengan orang-orang berdosa, orang-orang Farisi kebingungan dan bertanya (Matius 9:11). Bukan Yesus yang berdosa sehingga Ia duduk bersama-sama dengan para pendosa tetapi sebaliknya Yesus menyucikan mereka yang bergaul dengan-Nya. Sebagai manusia yang masih bisa tergoda untuk berdosa, kita harus dengan hati-hati memilih pergaulan kita.
Pertanyaan renungan: dari manakah kita mendapatkan prinsip-prinsip hidup kita? Apakah kita sudah memiliki pergaulan yang baik yang mendekatkan kita kepada Tuhan? Bagaimana komunitas kita menanggapi dosa?