Saudara-saudara yang di sana telah mendengar tentang hal ihwal kami dan mereka datang menjumpai kami sampai ke Forum Apius dan Tres Taberne. Ketika Paulus melihat mereka, ia mengucap syukur kepada Allah lalu kuatlah hatinya. (Kisah Para Rasul 28:15)
Ada begitu banyak hal yang Allah telah sediakan bagi anak-anak-Nya agar hati mereka dapat dikuatkan. Ayat ini menyatakan kepada para pembaca salah satu cara agar seorang percaya dapat dikuatkan hatinya. Kita akan merenungkan bagaimana seorang Rasul Paulus yang hidupnya dipakai secara luar biasa oleh Allah dapat dikuatkan hatinya.
Perjalanan Paulus
Kitab Kisah Para Rasul menyatakan kronologi perjalanan hidup Paulus dari saat ia masih bernama Saulus sampai ia bertobat dan dijadikan rasul Allah untuk menginjili orang-orang non-Yahudi. Pertobatan dan penginjilan Paulus yang begitu gigih ternyata dianggap sebagai ancaman oleh sebagian orang Yahudi. Paulus mengalami begitu banyak tekanan, baik secara mental maupun fisik, dari mereka yang menentang kekristenan. Ketika orang Yahudi berencana untuk membunuh Paulus, Allah menggagalkan rencana tersebut dan mengirim Paulus ke Roma melalui cara naik banding kepada Kaisar. Melalui perjalanan yang panjang Paulus pada akhirnya tiba di Roma dengan selamat.
Paulus yang tidak sendiri
Meskipun rasul Paulus dapat dikatakan telah dimunculkan oleh sang penulis sebagai tokoh utama dalam kitab ini, Paulus jelas tidak melayani Allah sendirian. Penulis kitab ini menceritakan bahwa ada saudara-saudari seiman yang mendukung perjalanan pelayanan Paulus dengan berbagai cara. Kisah Para Rasul 28:14-15 menceritakan tentang orang-orang yang menyambut kedatangan Paulus.
Persekutuan yang Menguatkan Hati
Kisah Rasul 28:15 menyatakan “Ketika Paulus melihat mereka, ia mengucap syukur kepada Allah lalu kuatlah hatinya.” Paulus dikunjungi oleh saudara-saudara seimannya. Hal ini membuatnya bersyukur kepada Allah. Pada akhirnya, hatinya dikuatkan sehingga ia semakin bersemangat dalam melayani Tuhan. Dalam ayat ini kita dapat melihat relasi horizontal (antara Paulus dan saudara-saudara seimannya) dan relasi vertikal (antara Paulus dan Allah). Relasi-relasi ini menguatkan hati Paulus.
Allah sendiri telah menyatakan “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja” (Kejadian 2:18). Ini berarti manusia membutuhkan Allah dan sesamanya. Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan kerinduan untuk berelasi atau kebutuhan untuk bersosial. Tuhan Yesus menyatakan “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” (Matius 22:37-40). Seluruh hukum Allah bertemu dalam dua titik ini. Kedua hukum ini menyatakan kebutuhan relasi setiap manusia: berelasi dengan Allah dan berelasi dengan manusia. Kasih di antara Paulus dengan saudara-saudaranya dan kasih di antara Paulus dengan Allah menguatkan hatinya.
Jika kita merasakan keletihan di dalam jiwa kita, itu berarti jiwa kita perlu dikuatkan. Tidak ada hal yang lebih menguatkan jiwa seorang percaya daripada kasih dari Allah dan kasih dari saudara-saudari seiman. Hendaklah kita memperhatikan nasihat dari sang penulis kitab Ibrani “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat” (Ibrani 10:25).