Pujian yang Berbahaya

…Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya (Roma 16:18b).

Setiap orang pasti ingin mendapatkan pujian, namun sebagai orang Kristen kita harus berhati-hati terhadap segala pujian. Pujian dari Allah tidak mungkin salah, namun jika kita menanggapinya secara salah, maka kita bisa jatuh ke dalam dosa. Ketika Allah memuji kita, kita harus menyadari bahwa semuanya adalah karena anugerah Allah dan bukan kehebatan kita. Bagaimana dengan pujian dari manusia? Pujian dari manusia bisa benar dan bisa juga salah. Orang berdosa bisa memberikan pujian dengan kata-kata yang tepat, namun motivasinya bisa saja tidak tepat.

Di dalam Roma 16:17-18 Paulus membicarakan tentang orang-orang yang menentang ajaran sehat dan menyebabkan perpecahan dan godaan (terj. lain: jerat, batu sandungan). Salah satu ciri mereka adalah suka menggunakan bahasa yang manis (terj. lain: memuji). Jadi mereka sangat mungkin disukai oleh orang-orang yang tidak benar-benar mengenal mereka karena mereka suka memuji orang lain. Mereka terlihat baik dalam perkataan mereka dan mereka tidak tampak berbahaya sama sekali. Namun Paulus meminta agar seluruh jemaat berhati-hati terhadap mereka. Tujuan mereka memuji adalah untuk ‘menipu orang-orang yang tulus hatinya’. Kata ‘tulus’ diterjemahkan dari kata akakon yang bisa berarti: naif, tidak mengerti, atau tidak waspada/curiga. Ini berarti kita harus senantiasa berhati-hati termasuk ketika kita sedang dipuji.

Apakah kita harus senantiasa mencurigai orang lain, termasuk mereka yang memuji kita? Alkitab memerintahkan kita untuk menguji segala sesuatu (1 Tesalonika 5:21). Tuhan mau kita terus waspada. Pujian bisa memabukkan kita sampai kita tidak bisa menilai dengan tepat. Di dalam situasi ‘mabuk pujian’ itu kita bisa mudah ditipu dan diarahkan ke jalan yang salah. Kita harus waspada terhadap motivasi tersembunyi dari orang yang suka memberikan pujian. Ketika ada yang memuji Yesus sebagai ‘guru yang baik’, Yesus tidak terlena tetapi mengarahkan pujian tersebut kepada Allah (Lukas 18:18-19). Ketika orang lain memuji kita, kita seharusnya mengembalikan semua kemuliaan kepada Allah karena Allah-lah yang layak dipuji (Wahyu 4:11).