Katekismus Heidelberg P26 – Allah Sang Pencipta

Renungan harian

31 Mei 2021

Katekismus Heidelberg

P26

Pert. Apa yang Saudara percayai bila Saudara berkata, Aku percaya kepada Allah Bapa, Yang mahakuasa, Khalik langit dan bumi?

Jaw. Bahwa Bapa yang kekal dari Tuhan kita Yesus Kristus, yang telah menciptakan langit dan bumi serta segala isinya dari yang tiada (a), dan juga tetap memelihara dan memerintahnya menurut rencana-Nya yang kekal dan pemeliharaan-Nya (b), adalah Allah dan Bapaku karena Anak-Nya, yaitu Kristus (c). Aku percaya kepada-Nya, bahkan aku tidak meragukan, Dia akan memeliharaku dalam semua kebutuhan tubuh dan jiwaku (d), dan juga mengubah segala bencana yang ditimpakan-Nya atasku di dunia yang penuh sengsara ini, menjadi kebaikan untukku (e). Sebagai Allah yang Mahakuasa Dia memang sanggup berbuat demikian (f), dan sebagai Bapa yang setiawan Dia berkehendak pula melakukannya (g).

(a) Kej 1:1. (b) Maz 145:15-16. (c) 2Ko 6:18. (d) Maz 55:23. (e) Rom 8:28. (f) Mat 7:11. (g) Mat 6:32.

Orang Kristen percaya tidak hanya akan keberadaan Allah tetapi memercayakan seluruh hidupnya kepada Allah. Ketika dikatakan bahwa kita percaya kepada Allah Bapa, itu berarti kita percaya bahwa Allah Bapa adalah Bapa dari Tuhan Yesus Kristus dan Bapa kita demi Kristus.

Allah itu mahakuasa, maka Ia bisa menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan. ‘Mahakuasa’ berarti Allah bisa melakukan segala sesuatu yang tidak bertentangan dengan natur-Nya. Allah tidak dapat berbohong karena Ia adalah Kebenaran. Ia tidak dapat berkontradiksi dengan perkataan atau sifat-Nya sendiri. Ketika Allah menyatakan kebencian-Nya terhadap dosa, pada saat yang sama Ia tidak mungkin mencintai dosa. Allah yang mencintai keadilan tidak mungkin berkenan pada ketidakadilan.

Referensi: Commentary on the Heidelberg Catechism by Dr. Zacharias Ursinus

Katekismus Heidelberg P25 – Allah Tritunggal

Renungan harian

24 Mei 2021

Katekismus Heidelberg

P25

Pert. Mengingat bahwa hanya ada satu Zat ilahi saja (a), apa sebabnya Saudara menyebutkan Bapa, Anak, dan Roh Kudus?

Jaw. Karena demikianlah Allah menyatakan diri-Nya dalam Firman-Nya (b). Ketiga Pribadi yang berbeda-beda itu merupakan Allah yang esa, yang sejati dan kekal (c).

(a) Ula 6:4. (b) 1Yo 5:7. (c) 2Ko 13:13.

Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa Allah itu esa. Pada bagian lain Alkitab, disebutkan bahwa ada tiga Pribadi Allah. Kekristenan yang sejati tidak pernah mengakui tiga Allah yang berbeda atau mengakui Allah yang esa yang hanya satu Pribadi.

Banyak pengkhotbah, demi penyederhanaan dan demi memudahkan penerimaan jemaat akan doktrin Allah Tritunggal, menyimpulkan bahwa Allah itu hanya satu Pribadi yang muncul dalam tiga ‘bentuk’ yang berbeda (Modalisme).

Modalisme membuat beberapa bagian Alkitab menjadi terlihat absurd atau tidak bisa ditafsir dengan benar. Bagaimana kita menjelaskan pembaptisan Yesus (Matius 3:16-17) dari pandangan Modalisme? Sesudah Yesus keluar dari air, Roh Yesus turun ke atas Yesus, lalu Yesus berkata dari surga: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan”. Tentu saja penjelasan ini terdengar sangat absurd.

Di atas kayu salib Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34). Bagaimana bagian ini dijelaskan dalam pandangan Modalisme? Apakah Yesus berdoa kepada diri-Nya sendiri (jika Bapa = Yesus)? Jika Bapa adalah sama dengan Yesus, mengapa Yesus tidak langsung saja berkata: ‘Aku mengampuni kamu semua’? Pandangan Modalisme kelihatannya mudah diterima dan mudah dimengerti jemaat, namun sebenarnya ini adalah pandangan yang sesat dan membuat penafsiran beberapa bagian Alkitab menjadi absurd.

Konsep Allah Tritunggal yang benar memang tidak bisa sepenuhnya dimengerti oleh rasio manusia, karena Allah itu tidak terbatas sedangkan manusia itu sangat terbatas. Kita tidak mungkin memasukkan semua air di laut ke dalam ember yang kecil. Ember itu bisa menampung sedikit air laut, namun air yang masih ada di laut itu masih sangat amat banyak. Tugas orang Kristen bukanlah mengerti Allah sepenuhnya (karena itu tidak mungkin) tetapi beriman/percaya dan mengerti siapa Allah sebatas apa yang Alkitab sudah nyatakan.

Katekismus Heidelberg P24 – Tiga Bagian Pengakuan Iman Rasuli

Renungan harian

17 Mei 2021

Katekismus Heidelberg

P24 – Tiga Bagian Pengakuan Iman Rasuli

Pert. Pengakuan Iman itu dibagi atas berapa bagian?

Jaw. Tiga bagian. Yang pertama mengenai Allah Bapa dan penciptaan kita. Yang kedua mengenai Allah Anak dan penebusan kita. Yang ketiga mengenai Allah Roh Kudus dan pengudusan kita.

Pembagian ini tidak berarti bahwa hanya Allah Bapa yang menciptakan, hanya Allah Anak yang menebus, dan hanya Allah Roh Kudus yang menguduskan. Ketiga Pribadi terlibat dalam penciptaan, penebusan, maupun pengudusan.

Penciptaan dikaitkan dengan Allah Bapa karena Ia adalah sumber dari segala pekerjaan ilahi termasuk penciptaan. Penebusan dikaitkan dengan Allah Anak karena Ia-lah Pribadi yang secara langsung menggenapkan karya penebusan di kayu salib. Pengudusan dikaitkan dengan Allah Roh Kudus karena Ia-lah yang secara langsung menguduskan orang percaya atau karena melalui Allah Roh Kudus-lah pengudusan orang percaya dapat terjadi. Referensi: Commentary on the Heidelberg Catechism by Dr. Zacharias Ursinus

Katekismus Heidelberg P 23 – Pengakuan Iman Rasuli

Renungan harian

10 Mei 2021

Katekismus Heidelberg

P23 – Pengakuan Iman Rasuli

Pert. Bagaimana bunyi Pasal-pasal Pengakuan Iman itu?

Jaw. Aku percaya kepada Allah Bapa, Yang mahakuasa, Khalik langit dan bumi.

Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita,

yang dikandung dari Roh Kudus,

lahir dari anak dara Maria,

yang menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus,

disalibkan, mati dan dikuburkan,

turun ke dalam kerajaan maut,

pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati,

naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang Mahakuasa,

dan akan datang dari sana untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.

Aku percaya kepada Roh Kudus.

Aku percaya adanya gereja (Kristen) yang kudus dan am,

persekutuan orang kudus,

pengampunan dosa,

kebangkitan daging,

dan hidup yang kekal.

Pengakuan iman merupakan bentuk ringkasan dan singkat dari iman Kristen yang membedakan Gereja dari beragam aliran. Pengakuan iman ini disebut ‘rasuli’ karena mengandung substansi doktrin para rasul yang harus dipegang oleh orang-orang percaya. Pengakuan iman ini bersifat ‘katolik’ karena semua orang Kristen hari memercayai ini.

Pengakuan iman menyatakan poin-poin ajaran utama yang dipegang oleh orang Kristen. Orang yang mengaku Kristen namun menolak pengakuan iman ini dapat dinyatakan telah menyimpang dari ajaran para rasul. Kita perlu memahami bahwa pengakuan iman tidak lebih tinggi daripada Alkitab tetapi dibuat berdasarkan pengajaran Alkitab. Suatu pengakuan iman menjadi standar yang kuat selama pengakuan iman tersebut berdasar pada Alkitab dengan tafsiran yang tepat.

Gereja yang sehat adalah Gereja yang memiliki dan menyatakan pengakuan imannya secara terbuka dan jelas serta mengajarkannya kepada semua jemaat.

Referensi:

Commentary on the Heidelberg Catechism by Dr. Zacharias Ursinus

Katekismus Heidelberg P22 – Apa yang Kita Imani?

Renungan harian

3 Mei 2021

Katekismus Heidelberg

P22 – Apa yang Kita Imani?

Pert. Apa yang perlu diimani oleh seorang Kristen?

Jaw. Segala sesuatu yang dijanjikan kepada kita dalam Injil (a). Isi pokoknya diajarkan kepada kita melalui Pasal-pasal Pengakuan Iman Kristen yang am dan pasti.

(a) Yoh 20:31.

Allah memberikan janji dan kita harus percaya. Kita percaya bahwa Allah itu maha kuasa dan tidak mungkin berdusta, sehingga semua janji-Nya pasti tergenapi. Mazmur 12:7 Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah. Mazmur 18:31 Adapun Allah, jalan-Nya sempurna; janji TUHAN adalah murni; Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung pada-Nya.

Di dalam sejarah, Gereja merumuskan pengakuan-pengakuan iman berdasarkan Alkitab untuk menegaskan apa yang Gereja percaya dan apa yang Gereja lawan. Pengakuan iman disusun secara sistematis dan sesuai konteks Gereja pada saat itu. Namun ini bukan berarti bahwa pengakuan iman itu tidak lagi berlaku pada masa kini. Sebaliknya Gereja bisa mempelajari dan mengembangkan lebih jauh demi menegakkan pengajaran yang benar.

Poin-poin yang singkat dan sederhana merumuskan apa inti yang orang Kristen harus percaya. Tentu saja pengakuan iman tidak dapat menjelaskan semua hal yang tertulis dalam Alkitab, namun pengakuan iman bisa mengarahkan orang Kristen untuk menemukan apa saja hal-hal esensi yang harus dipercaya.